Anda di halaman 1dari 48

Jessica Pratiwi – 01073180125

HEPATITIS VIRAL Dibimbing oleh:


dr. Etra Ariadno, Sp.PD
PENDAHULUAN
Hepatitis adalah suatu penyakit dimana terjadi proses inflamasi atau peradangan
pada organ hepar yang dapat disebabkan oleh berbagai macam etiologi, yaitu
antara lain infeksi virus, toksin, efek samping dari obat-obatan, autoimun dan
iskemia.
Infeksi virus yang menyebabkan hepatitis terdiri dari hepatitis A,B,C,D, dan E. Namun
virus lain seperti herpes simplex, varicella-zoster, coxsackievirus dan cytomegalovirus
dapat juga menyebabkan hepatitis namun kasusnya lebih jarang ditemukan.
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia, data menunjukkan bahwa pada tahun 2013 secara Nasional
diperkirakan terdapat 1,2 % penduduk di Indonesia mengidap penyakit hepatitis.
Apabila dikonversikan ke dalam jumlah absolut penduduk Indonesia tahun 2013
yaitu sekitar 248.422.956 jiwa, maka bisa dikatakan bahwa 2.981.075 jiwa
penduduk Indonesia terinfeksi Hepatitis.
5 provinsi di Indonesia dengan prevalensi hepatitis tertingggi adalah Nusa Tenggara
Timur, Sulawesi Tengah, NAD, Gorontalo dan Papua Barat.
ANATOMI
Secara anatomi, hepar terletak pada inferior dari diafragma sisi kanan dan mengisi
sebagian besar dari regio hipokondriak kanan serta regio epigastrik pada rongga
abdomen. Pada bagian luar hepar, ditutupi oleh lapisan peritoneum viseral dan
jaringan ikat dari peritoneum itu sendiri.
Ligamen falsiformis, yang berasal dari permukaan inferior diafragma menuju ke
permukaan hepar, membagi hepar menjadi 2 lobus utama yaitu lobus kanan yang
merupakan lobus terbesar dan lobus kiri yang ukurannya lebih kecil. Lobus kanan
mencakup lobus kaudat dan kuadratus di inferior.
Ligamen falsiformis ini juga berfungsi untuk menyokong hepar pada rongga
abdomen.
FISIOLOGI
Metabolisme karbohidrat
Metabolisme lipid
Metabolisme protein
Metabolisme obat-obatan dan hormone
Ekskresi bilirubin dan sintesis cairan empedu
Storage
Fagositosis
HEPATITIS
HEPATITIS A
Digolongkan dalam famili picornaviridae dan genus hepatovirus
Resisten terhadap garam empedu karena vierusnya tidak memiliki selubung
Resisten terhadap panas, dingin, detergen, dan asam
Dapat di inaktivasi dengan formalin, chlorine, dan suhu >38,5C
Dapat bertahan di lingkungan kering dalam jangka waktu 2 jam sampai 60 hari
Manusia merupakan satu-satunya reservoir.
HEPATITIS A
Infeksi hepatits A bersifat self- limited.
Transmisi terjadi melalui rute fekal-oral, yaitu dengan cara mengkonsumsi makanan
atau minuman yang terkontaminasi.
Penularan dari 1 orang ke orang lain juga dapat terjadi terutama apabila
higienitas personal buruk.
Transmisi melalui rute perkutaneus sangat jarang terjadi.
Replikasi virus terbatas pada organ hepar, namun dapat ditemukan pada cairan
empedu, feses dan darah terutama pada masa inkubasi akhir atau fase preikterik
PATOGENESIS
• Masa inkubasi : 2-6 minggu, rata-rata 4 minggu
• Durasi viremia : 5-7 hari.
• Infeksi kronik : -
• Gejala muncul : 15-50 hari (dengan rerata 25-30
hari) setelah infeksi.
• Feses bersifat infeksius : 1-2 minggu setelah gejala
muncul.
• Peningkatan SGOT/SGPT: 2 minggu setelah infeksi,
puncak 4 minggu
• IgM anti HAV : 1 minggu setelah infeksi
• IgG anti HAV : 3 minggu setelah infeksi
Fase Inkubasi
• Waktu masuknya virus dan timbulnya gejala klinis
• 14-50 hari (28-30 hari)

Fase Prodromal (Pre-Ikterik)


• 5-7 hari
• mual, muntah, demam, nyeri kepala, malaise,
Manifestasi anoreksia dan nyeri perut

Klinis Fase Ikterus


• urin yang gelap, jaundice dan pruritus, dapat
bertahan sampai 2 minggu
• Sklera ikterik, hepatomegaly, nyeri tekan URQ

Fase Prodromal (Pre-Ikterik)


• Ikterus menghilang, abnormalitas fungsi hati tetap
ada
• Keadaan akut membaik dalam 2-3 minggu
• Fase penyembuhan klinis dan biokimia +/- 2-3
bulan
GEJALA KLINIS
• Chills • Skin Rash
• Cough • Fever
• Myalgia • Bradycardia
• Arthralgia
• Icteric
• Diarrhea
• Constipation • Lymphadenopathy
• Urticaria • Hepatosplenomegaly
• Pruritus
LAB
IgM Anti HAV IgG Anti HAV
Mempunyai peran diagnostic sebai Penanda infeksi lampau
penanda infeksi akut
Timbul 3 minggu post infeksi
Timbul 1 minggu post infeksi
Menetap seumur hidup
Dapat dideteksi 5-10 hari sebelum
timbul gejala Akan memberi proteksi seumur hidup
terhadap reinfeksi HAV
Menetap selama 3-6 bulan
TREATMENT
• Symptomatic: antipiretik, antiemetik
• Enough hydration
• Adequate nutrition
Indikasi rawat:
• Low intake ec vomitting
• dehidrasi
• Tanda dan gejala liver failure: encephalopathy, coagulopathy
Resiko Infeksi
• Dewasa  2 minggu sebelum dan sesudah onset
• Anak dan Immunocompromised  6 bulan setelah onset
VAKSIN
Vaksin hepatitis A dibuat dari virus hepatitis A yang dikembangbiakan dalam sel
diploid manusia dan diinaktivasi dengan formaldehid.
Vaksin diberikan 2x dengan interval 6-12 bulan secara terpisah.
HEPATITIS B
TRANSMISI
PERJALANAN PENYAKIT
Fase • Respon imun minimal
Imunotoleran • HBV aktif berreplikasi

• Rekonstruksi imun
Fase • Proses inflamasi
Imunoreaktif • Destruksi hepatosit

• Sistem imun tubuh berhasil melawan HBV


Fase Karier • Replikasi minimal
Inaktif
• Serokonversi HBeAg

Fase • Gambaran inflamasi aktif


Reaktivasi • Derajat kerusakan hati fluktuatif

• Virus tidak terdeteksi di darah baik


dengan DNA maupun HbsAg
Fase Recovery • Antibodi untuk antigen viral lainnya
sudah terbentuk
PERJALANAN PENYAKIT
LAB
HISTOLOGI HATI
Pemeriksaan histologis hati penting untuk dilakukan untuk menentukan derajat
fibrosis.
Indikasi :
1. apabila pasien tidak memiliki indikasi pengobatan tetapi usia > 30 tahun
2. apabila pasien < 30 tahun tetapi memiliki riwayat karsinoma hepatoseluler atau
sirosis dalam keluarga.
Usia 30 tahun ditarik sebagai batas untuk dilakukannya pemeriksaan karena
berdasarkan studi, onset terjadinya sirosis di Indonesia pada pasien hepatitis B
adalah 40 tahun, sehingga deteksi pada usia 30 tahun merupakan batas yang cukup
baik untuk mendeteksi sirosis dini
TREATMENT
 Indikasi terapi pada infeksi hepatitis B ditentukan berdasarkan kombinasi dari empat kriteria,
1. nilai DNA VHB serum
2. status HBeAg
3. Nilai ALT
4. Gambaran histologis hepar.
 Indikasi terapi pada pasien dengan HBeAg (+) adalah:
DNA VHB > 2x104 IU/L + ALT 2-5x di atas batas normal yang menetap selama 3-6 bulan atau ALT
serum meningkat > 5x batas atas normal atau dengan gambaran histologis fibrosis derajat sedang
sampai berat.
 Pada pasien dengan HBeAg (-), indikasi dimulainya terapi adalah:
DNA VHB > 2x103 IU/L + ALT > 2x di atas batas normal yang menetap selama 3-6 bulan.
TREATMENT
Interferon
•Interferon alpha pengobatan durasi terbatas karena obat ini memiliki efek
samping yang cukup berat.
•PEG-Interferon
Analog Nukleosida
•Lamivudin
•Telbivudin
•Entecavir pengobatan jangka panjang atau seumur hidup
Analog Nukleotida
•Adefovir
•Tenofovir
TREATMENT
Semua obat interferon diberikan secara subkutan dengan dosis :

1. 5 MU per hari atau 10 MU sebanyak 3 kali per minggu untuk interferon konvensional, selama 16-24
minggu

2. 180 μg/minggu untuk Peg-IFN a-2a dan 1.15 μg/kg/minggu untuk Peg-IFN a-2b selama 48 minggu

Terapi yang paling disarankan untuk Hep B kronik: tenofovir, entecavir karena tingkat resistensi rendah.

Dosis entecavir yang disarankan untuk pasien >16th tanpa riwayat pengobatan adalah 1x0,5mg dan
1x1mg bagi pasien dengan riwayat pengobatan. Dosis Tenofovier : 1x300mg
MANAGEMENT HEP B KRONIK
VAKSIN
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan bayi
memperoleh empat dosis vaksinasi hepatitis B. Dosis pertama pada
saat baru dilahirkan, dosis kedua pada usia 1-2 bulan, dosis ketiga
pada usia 3 bulan, dan dosis keempat pada usia 4 bulan.
Vaksinasi hepatitis B untuk orang dewasa terbagi ke dalam tiga
dosis. Dosis pertama dan kedua dengan jeda waktu 0, 1, 6 bulan.
HEPATITIS C
 Digolongkan dalam genus hepacivirus dengan diameter 32 nm, bentuk sirkular dan
mengandung single stranded RNA. Virus hepatitis C ini memiliki 6 genotipe dan memiliki
karakteristik masing-masing.
15% dari kasus infeksi Hepatitis C bersifat akut, 85% dari kasus, infeksi Hepatitis C menjadi
kronis dan secara perlahan merusak hati selama bertahun-tahun. Dalam waktu tersebut, hati
bisa rusak menjadi sirosis (pengerasan hati), stadium akhir penyakit hati dan kanker hati.
TRANSMISI
GEJALA
AKUT KRONIK
Malaise Asimtomatik
Letih Malaise
Anoreksia Letih
Ikterik Nyeri perut kuadran atas
Hepatomegali Athralgia
Peningkatan ALT Trombositopenia
LAB
Anti HCV
• Anti HCV  menunjukkan apabila
seseorang pernah terinfeksi sebelumnya
• Tidak memiliki efek protektif
• Terbentuk 7-8 minggu setelah infeksi
HCV RNA
• HCV RNA menunjukkan jumlah virus
dalam tubuh
• Terbentuk 7-10 hari post-infeksi
SEROLOGI
TREATMENT
PEG-IFN
Interferon bersifat sebagai
imunomodulator. Mekanisme :
menghambat berbagai tahap replikasi
virus meliputi saat virus masuk dalam
tubuh, uncoating, sintesis mRNA dan
sisntesis protein.
Pegylated ditambahkan dalam
formula obat untuk membuat interferon
bertahan lebih lama didalam tubuh,
penurunan toksisitas, meningkatkan
stabilitas obat, perlindungan terhadap
proteolisis dan memperbaiki daya
larut.
DAA
DAA merupakan terapi utama
hepatitis C saat ini.
Cara kerja: katalisasi proses
post-transkripsi protein untuk
replikasi HCV.
Kelompok pertama : NS3/4A
protease inhibitor. (-previr)
Kelompok kedua: NS5A protein
inhibitor (-asvir)
Kelompok ketiga : analog NS5B
polymerase inhibitor (-buvir)
RBV
Mekanisme kerja ribavirin yaitu
1. Menghambat langsung replikasi HCV
2. mMenghambat enzim inosine monophosphate
dehydrogenase pada tubuh,
3. enginduksi mutagenesis RNA virus
4. Imunomodulasi melalui induksi sel respon imun T-
helper.
Ribavirin cepat diabsoprsi (waktu paruh sekitar 2 jam)
dan di distribusikan secara luas ke seluruh tubuh setelah
pemberian oral, metabolisme utama terjadi di ginjal.
HEPATITIS D
• Hepatitis D biasanya ko-infeksi dengan hepatits B karena virus hepatitis D tidak
mampu menciptakan kapsul permukaannya dan menggunakan kelebihan
HBsAg untuk membentuk kaspulnya.
TRANSMISI Percutaneous
Coinfection
Injection, drug use
Low risk untuk infeksi chronic
Permucosal
Superinfection
Sex contact
Biasanya menyebabkan infeksi HDV kronik
Memiliki resiko tinggi menjadi chronic liver disease
GEJALA
Jaundice
Joint pain
Abdominal pain
Muntah
Anoreksia
Urin berwarna gelap
Fatigue
DIAGNOSIS
Infeksi HDV di diagnosis
dengan tingginya titer
Immunoglobulin G (IgG) dan
Immunoglobulin M (IgM)
anti-HDV, di konfirmasi
dengan adanya HDV RNA
dalam serum.
HBsAg digunakan untuk
monitoring treatment
response jika quantitative
HDV RNA tidak ada.
Penurunan titer HBsAg
menunjukan HDV clearance.
TREATMENT
Prevention: pre/post exposure prophylaxxis to prevent HBV infection
Untuk mentatalaksana infeksi virus Hepatitis D , dapat digunakan beberapa obat
seperti interferon alfa, peginterferon , Peginterferon dengan adefovir dipivoxil dan
HBV nucleotide inhibitors
HEPATITIS E
Virus hepatitis E (HEV) ditularkan
melalui jalur oral-fekal dari makanan
dan minuman yang terkontaminasi, dan
air minum yang tercemar tinja infeksius.
HEV endemik dibeberapa bagian
negara berkembang yang sanitasinya
kurang baik
Bersifat self-limited, namun memiliki
potensi untuk menjadi infeksi persisten
dan menyebabkan chronic liver disease
pada pasien immunocompromised.
GEJALA
Jaundice Nyeri perut
Urin gelap Anoreksia
Feses pucat Biasanya gejala bertahan hingga 1
sampai 4 minggu.
Fatigue
Periode inkubasi hepatitis E adalah 15-
Demam 60 hari (40 hari.)
Mual muntah
DIAGNOSIS
PERJALANAN PENYAKIT
TREATMENT
Self-limiting pada pasien imunokompeten.
Beberapa pasien mungkin memerlukan
pengobatan gejala
Pada pasien dengan faktor prognostik
yang buruk seperti status imunosupresi atau
penyakit hati, infeksi HEV dapat
berkembang menjadi hepatitis fulminan
atau gagal hati akut/kronis.
Short-course ribavirin telah terbukti
menghasilkan pemulihan total dan
menghindari perlunya transplantasi hati

Anda mungkin juga menyukai