Anda di halaman 1dari 14

PENANGANAN FISTULA

URETHROKUTAN
PASCA PEMBEDAHAN
HIPOSPADIA-PENGALAMAN
PADA 35 KASUS
Pendahuluan
 Fistula urethro-kutan : komplikasi paling sering pada hipospadia,
 Insidens : 4 – 25%.
 Dipengaruhi : teknik operasi.
 Teknik water proofing : memiliki keberhasilan yang baik dalam
repair fistel urethro-kutan pasca operasi hipospadia.
Pasien dan Metode
 Dilakukan operasi pada 35 pasien
 Usia : 3 – 18 tahun (rata-rata 7 tahun)
 Diperiksa kondisi urethra saat operasi untuk menyingkirkan
kelainan anatomis lain (misal stenosis urethra distal)
 Dinilai lokasi, ukuran, jumlah fistula
 Pada kasus yang meragukan dilakukan pemeriksaan methylene
blue
Pasien dan Metode
 Dilakukan insersi kateter pada urethra
 Dilakukan insisi sirkumferensial di sekitar fistula
 Bila terdapat fistula berdekatan dilakukan insisi gabungan
 Fistula kecil dijahit secara simpel interrupted dengan vicryl atau
chromic catgut dengan ukuran 6-0
 Flap jaringan dijahit dengan chromic cat gut ukuran 5-0
 Untuk fistula ukuran besar, multipel, rekuren, dan terdapat scar
dilakukan flap waterproofing
Hasil
 Fistula terjadi pada hari pelepasan kateter 83%, hari ketiga 11%,
dan hari ke4-7 6%
 74% tidak memiliki kondisi patologis pada urethra  fistula karena
kesalahan teknik : tidak cukup inversi mukosa, inadekuat jaringan
penutupan, jaringan iskemik, jahitan yang overlapping (kebocoran
jahitan)
 Kondisi patologis : meatal stenosis 9%, striktur urethra 10%,
dehisiensi jahitan 7%.
Hasil
 Tingkat keberhasilan penutupan fistula secara keseluruhan pada
repair pertama : 89%
 Keberhasilan dengan simple closure : 77%, layered closure : 89%,
closure with waterproofing : 100%.
 Tingkat keberhasilan repair fistula pada repair kedua 33%, terjadi
perbaikan sampai 100% bila dikombinasi interposisi waterproofing
 Pada repair ketiga dilakukan interposisi tunika vaginalis dengan
keberhasilan 100%.
Hasil
 Tingkat keberhasilan repair dengan vircyl 62% vs 96% dengan
chromic catgut
 Kebanyakan teknik waterproofing dengan menggunakan flap
tunika vaginalis (lokal flap), dan flap dartos penile dan skrotal
digunakan pada fistula distal dan proksimal
 Tingkat keberhasilan teknik waterproofing : 100%
Diskusi
 Insidensi fistula  menilai keberhasilan operasi hipospadia
 Insidensi : 0 – 23%
 Penyebab fistula : tidak diketahui pasti
 Diperkirakan : infeksi lokal, iskemia lokal, prosedur yang tidak
standar, obstruksi distal, handling yang tidak baik
 Analisa statistik : ukuran, lokasi, jumlah fistula, kondisi jaringan
kulit penis, material benang  bermakna terhadap terjadinya
fistula
Diskusi
 Keberhasilan repair kedua dan ketiga lebih rendah pada simple
closure (50 – 80%) dan dengan tambahan teknik waterproofing
menjadi 100%.
 Repair dengan teknik yang sama pada kondisi dengan scar akan
meningkatkan rekurensi fistula dan diperlukan penggunaan teknik
waterproofing untuk mengatasinya.
Kesimpulan
 Rencana repair fistula pada pasca koreksi hipospadia bergantung
ukuran, lokasi, dan jumlah fistula, serta kondisi jaringan di sekitar
fistula
 Waktu minimal untuk koreksi adalah 6 bulan pasca operasi yang
pertama
 Terjadi perbaikan tingkat keberhasilan repair dengan
menggunakan flap interposisi waterproof untuk mencegah
terjadinya rekurensi fistula.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai