Anda di halaman 1dari 21

REFRESHING

BRONKIOLITIS

OLEH
PEMBIMBING : dr. Suryono Wibowo, Sp. A
Rina Wulandari
2015730112
BRONKIOLITIS
2
Definisi

Bronkiolitis adalah penyakit IRA-bawah yang ditandai dengan adanya


inflamasi pada bronkiolus. Umumnya, infeksi tersebut disebabkan oleh virus.
Secara klinis ditandai dengan episode pertama wheezing pada bayi yang
didahului dengan gejala IRA.

3
Etiologi

Sekitar 95% dari kasus-kasus tersebut secara serologis terbukti disebabkan oleh invasi RSV. Penyebab lainnya
seperti Adenovirus, virus Influenza, virus Parainfluenza, Rhinovirus, dan mikoplasma, tetapi belum ada bukti
kuat bahwa bronkiolitis disebabkan oleh bakteri.

4
Epidemiologi

Bronkiolitis merupakan infeksi saluran respiratori tersering pada bayi. Paling


sering terjadi pada usia 2-24 bulan, puncaknya pada usia 2-8 bulan. Sembilan
puluh lima pesen kasus terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun dan 75% di
antaranya terjadi pada anak berusia di bawah 1 tahun. Bronkiolitis paling sering
terjadi pada bayi laki-laki berusia 3-6 bulan yang tidak mendapatkan ASI, dan
hidup di lingkungan padat penduduk. Bronkiolitis terjadi 1,25 kali lebih banyak
pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Dominasi pada anak laki-laki
yang dirawat juga 1,6 kali lebih banyak daripada anak perempuan.

5
Patofisiologi

Droplet masuk ke dalam saluran nafas replikasi di dalam nasofaring menyebar dari saluran
nafas atas menuju saluran nafas bawah  berkolonisasi dan replikasi pada mukosa bronkus dan
bronkiolus nekrosis sel epitel edema submukosa, serta pelepasan debris dan fibrin ke dalam
lumen bronkiolus bronkiolitis.

6
Manifestasi Klinis

▰ Hidung terasa penuh atau pilek ▰ Malaise


▰ Sakit kepala ▰ Muntah
▰ Batuk ▰ Nafsu makan berkurang.
▰ Demam (ringan atau tinggi) Pada infeksi yang lebih parah dapat
dengan menggigil dan ditemukan biru-biru pada bibir dan
berkeringat kaku, kebingungan atau sangat sulit
▰ Napas cepat, mengi, nyeri dada untuk bangun.
(tajam atau tertusuk) saat
bernapas dalam atau batuk
7
Diagnosis

▰ Anamnesis
Bayi mengalami gejala batuk, pilek, dapat disertai demam yang
kemudian diikuti gejala akibat keterlibatan saluran respiratori bawah
seperti wheezing, takipnea, dan retraksi. Takipnea dapat ringan sampai
terjadi gagal napas. Karakteristik gejala klinis adalah puncak penyakit
terjadi pada hari ke-3–4.

8
Diagnosis

▰ Pemeriksaan Fisik

Bayi dapat ditemukan merintih (grunting), sianosis, suhu tubuh normal,


subfebris atau tinggi, takipnea, pernapasan cuping hidung, sekret hidung,
retraksi subkostal, interkostal dan suprasternal. Pada perkusi dapat ditemukan
hiperresonansi, suara pernapasan mungkin normal atau ekspirasi memanjang,
wheezing, dan crackles. Hepar dan lien dapat teraba akibat hiperinflasi toraks
Apnea merupakan komplikasi yang sering ditemukan pada bayi prematur
dengan bronkiolitis yang disebabkan oleh RSV.

9
Pemeriksaan Penunjang

▰ Radiologi foto thorax


Dapat menunjukkan gambaran foto normal atau hiperinflasi
dengan depresi/pendataran diafragma, atelektasis atau
konsolidasi. Pulse oximetry memperlihatkan saturasi O2 ↓.

10
Pemeriksaan penunjang

▰ Laboratorium
AGD didapatkan hipoksemia. Pada bronkiolitis berat dapat
disertai hiperkapnia dan asidosis. Enzyme linked
immunosorbent assay (EIA) atau immuno- fluorescence dari
sekret hidung: antigen RSV (+) → bila memungkinkan
dilakukan. .

11
Tatalaksana

▰ Pemberian oksigen,
▰ Minimal handling pada bayi,
▰ Cairan intravena dan kecukupan cairan,
▰ Penyesuaian suhu lingkungan
▰ Tunjangan respirasi,
▰ utrisi yang memadai

12
Tatalaksana Pemberian Oksigen

▰ Diperlukan apabila saturasi dibawah 92%


▰ Pemberian dapat melalui:
1. Nasal Prongs (2 Liter)
2. Headbox (4 liter)
3. Ventilasi high frequency jet ventilation atau extracorporeal membrane
oxygenation (ECMO)

13
Tatalaksana Terapi Cairan

▰ Apabila pasien sesak dan laju nafas cepat


▰ Pasien muntah hebat
▰ Jumlah cairan disesuaikan dengan berat badan, kenaikan suhu dan status
hidrasi

14
Tatalaksana Antibiotik

▰ Perubahan pada kondisi umum penderita,


▰ Peningkatan lekosit
▰ Pergeseran hitung jenis,
▰ Tersangka sepsis.

15
Tatalaksana Antivirus

▰ Menghambat translasi messenger RNA (mRNA) virus ke dalam protein virus dan
menekan aktivitas polymerase RNA.
▰ Terapi dapat diberikan: 60mg/ml selama 2 jam sampai total 6g/100ml tiap 24
jam selama 3 hari

16
Tatalaksana Bronkodilator

▰ Epineferin dan Beta 2 agonis.


▰ Epineferin bekerja dengan cara konstriksi pembuluh darah paru dan
pengurangan edema, relaksasi otot bronkus
▰ beta 2 agonis bekerja dengan cara mengurangi pelepasan mediator dari sel
mast, menurunkan tonus kolinergik, mengurangi sembab mukosa dan
meningkatkan pergerakan silia saluran napas

Dosis:
Bronkodilator Salbutamol: 0,1mg-0,3mg/kg BB
17
Tatalaksana Kortikosteroid

▰ Diberikan pada penderita bronkiolitis berat


▰ Sediaan: prednisone, prednisolone, dan metilprednisolon
▰ dosis per hari berkisar 0,6-6,3mg/kgBB.
▰ Cara pemberiannya adalah melalui oral, intramuscular, dan intravena.

18
Komplikasi

Jika anak gagal memberikan respons terhadap terapi oksigen atau keadaan anak
memburuk secara tiba-tiba, lakukan pemeriksaan foto dada untuk melihat kemungkinan
pneumotoraks.Tension pneumothorax yang diikuti dengan distres pernapasan dan pergeseran
jantung, membutuhkan penanganan segera dengan menempatkan jarum di daerah yang
terkena agar udara bisa keluar.
(perlu diikuti dengan insersi kateter dada dengan katup di bawah air untuk menjamin
kelangsungan keluarnya udara sampai kebocoran udara menutup secara spontan dan paru
mengembang).

19
Pencegahan

Salah satu bentuk pencegahan terhadap RSV adalah higiene


perorangan meliputi desinfeksi tangan menggunakan alcohol
based rubs atau dengan air dan sabun sebelum dan sesudah
kontak langsung dengan pasien atau objek tertentu yang
berdekatan dengan pasien.

20
Prognosis

Berdasarkan studi kohort, 23% bayi yang mempunyai riwayat infeksi bronkiolitis akut berat
akan berlanjut menjadi asma.

21

Anda mungkin juga menyukai