Anda di halaman 1dari 10

Assalammualaikum,,Wr,,Wb

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN NAPZA

Disusun oleh :
INDRA
LISCHA ENJELINA
NELI DARLIA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITAS DEHASEN
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Berdasarkan hasil temuan Tim Kelompok Kerja Pemberantasan


Penyalahgunaan Narkoba Departemen Pendidikan Nasional menyatakan sebanyak 70%
pengguna narkoba di Indonesia adalah anak usia sekolah. Angka itu menunjukkan
persentase pengguna narkoba di kalangan usia sekolah mencapai 4% dari seluruh pelajar
di Indonesia. Data Pusat Laboratorium Terapi dan Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional
(BNN) menunjukkan, selama tahun 2004, sedikitnya 800 siswa SD mengonsumsi
narkoba. Padahal, tahun 2003 jumlah pengguna narkoba yang berusia kurang dari 15
tahun hanya 173 orang. Ironisnya, pengkonsumsi narkoba dari kalangan siswa SD yang
rata-rata berusia tujuh tahun hingga 12 tahun itu berasal dari kelas ekonomi menengah ke
atas, terpelajar dan berprestasi di sekolah. Lebih dari 50% siswa SD yang mengonsumsi
narkoba itu berdomisili di Jakarta. Disusul kota-kota lain, seperti Bali, Medan, Palu dan
Surabaya (Jehani & Antoro, 20014).
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. DEFINISI
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/ bahan berbahaya. Selain
narkoba, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif. Semua istilah ini, baik "narkoba" ataupun "napza", mengacu pada kelompok
senyawa yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya.

2. JENIS DAN EFEK YANG DITIMBULKAN OLEH NARKOTIKA


Narkotika merupakan narkoba yang sangat cepat menimbulkan ketergantungan,
berupa serbuk putih dengan rasa pahit. Dalam pasaran warnanya bisa putih, coklat atau
dadu, cara penggunaan dapat disuntikan, dihirup dan dimakan.

a. Morfin merupakan analgesik yang kuat, tidak berbau, berupa kristal putih yang
warnanya menjadi kecoklatan. Mengurangi rasa nyeri, kantuk atau turunnya
kesadaran. Menyebabkan sembelit, gangguan menstruasi dan impotensi.
b. Ganja menimbulkan ketergantungan psikis yang diikuti oleh kecanduan fisik dalam
waktu lama, terutama bagi mereka yang telah rutin menggunakannya. Bentuk
daun kering, cairan yang lengket, minyak ‘damar ganja’. Menurunkan keterampilan
motorik, peningkatan denyut jantung, rasa cemas, banyak bicara, perubahan
persepsi tentang ruang dan waktu, halusinasi, rasa ketakutan dan agresif, rasa
senang berlebihan, selera makan meningkat.

c. Psikotropika memiliki bentuk berupa tablet dan kapsul warna warni. Cara
penggunaan ditelan secara langsung. Mendorong tubuh melakukan aktivitas
melampaui batas maksimum. Meningkatkan detak jantung dan tekanan darah,
rasa senang yang berlebihan, hilangnya rasa percaya diri.

d. Zat yang menimbulkan halusinasi dikenal jamur, kotoran kerbau, sapi, kecubung.
Efek yang ditimbulkan bekerja pada sistem syaraf pusat untuk mengacaukan
kesadaran dan emosi pengguna. Perubahan pada proses berfikir, hilangnya
kontrol, hilang orientasi dan depresi.
e. Methamphetamine dikenal shabu atau ubas. Bentuknya berupa serbuk kristal
dan cairan. Mudah larut dalam alkohol dan air. Cara penggunaannya dihisap
dengan bantuan alat (bong). Menimbulkan perasaan melayang sementara yang
berangsur-angsur membangkitkan kegelisahan luar biasa. Aktivitas tubuh
dipercepat berlebihan.

f. Obat penenang dikenal obat tidur, pil koplo, BK, Nipam, Valium, Lexotan, dll.
Bentuknya berupa tablet. Digunakan dengan cara ditelan secara langsung.
Memiliki efek bicara jadi pelo, jalan sempoyongan, persepsi terganggu
memperlambat kerja otak, pernapasan dan jantung.

g. Alkohol memiliki efek memperlambat kerja sistem syaraf pusat, memperlambat


refleks motorik, menekan pernafasan, denyut jantung dan mengganggu
penalaran dan penilaian. Menimbulkan perilaku kekerasan, meningkatkan resiko
kecelakaan lalu lintas.

h. Zat yang mudah menguap/solvent dikenal Lem Aica Aibon, Thinner, Bensin,
Spiritus. Efeknya begitu dihisap masuk ke darah dan segera ke otak.
Memperlambat kerja otak dan sistem syaraf pusat. Menimbulkan perasaan
senang, pusing, penurunan kesadaran, gangguan penglihatan dan pelo.
3. TANDA DAN GEJALA
Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala yang sering tampak pada para
pengguna NAPZA, dilihat dari :
a. Ciri-ciri Umum
•Terjadi perubahan perilaku yang signifikan
•Sulit diajak bicara
•Mulai sulit untuk diajak terlibat dalam kegiatan keluarga
•Mulai sering pulang terlambat tanpa alasan
•Mudah tersinggung
•Mulai berani membolos dan meninggalkan pekerjaan sehari-hari

b. Perubahan Fisik dan Lingkungan


•Jalan sempoyongan, bicara pelo, dan tampak terkantuk-kantuk
•Mata merah dan berair
•Hidung berair atau seperti pilek
•Pola tidur berubah, bangun di malam hari dan bangun di siang hari
•Kamar tidak mau diperiksa atau selalu terkunci
•Sering menerima telpon atau tamu yang tidak dikenal
c. Perubahan Perilaku Sosial
•Menghindari kontak mata langsung ketika berbicara dengan orang lain
•Berbohong atau memanipulasi keadaan
•Kurang disiplin
•Bengong atau linglung

d. Perubahan Psikologis
•Mudah tersinggung
•Sering terjadi perubahan mood yang mendadak
•Malas melakukan aktivitas sehari-hari
•Sulit berkonsentrasi
•Tidak memiliki tanggung jawab
•Emosi tidak terkendali
4. TERAPI

Upaya pemulihan yang sesungguhnya adalah dengan merubah gaya hidup


dan sikap pada seorang pecandu secara mendasar, yaitu pola pikir dan perilaku
adiktif yang menyebabkannya kecanduan narkoba (martono 2006).

1. Pengobatan
Terapi pengobatanyang dilakukan untuk pasien NAPZA misal dengan
detoksifikasi. Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan
gejala putus zat dengan dua cara:
•Detoksifikasi tanpa substitusi
•Detoksifikasi dengan substitusi

2. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu
melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna
NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan
fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien
baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. Sarana rehabilitasi yang disediakan harus
memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan (Depkes, 2001).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN Sdr. T
DENGAN GANGGUAN NAPZA
SEKIAN DAN TERIMAKASIH…

Anda mungkin juga menyukai