Anda di halaman 1dari 24

Tujuannya…

Agar para pengawas dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan


mengenai K3 dan dapat memahami situasi dilingkungan kerja pada
pekerjaan yang mengandung potensi bahaya pada ketinggian di
lokasi kerja, sehingga semua pekerja Selalu mengikuti praktek
bekerja dengan aman dan sesuai prosedur;
Selalu memenuhi peraturan dan perundangan yang diterapkan;
Selalu melaporkan keadaan bahaya dan ikuti prosedur yang berlaku
untuk mengambil tindakan.
Definisi.........

Bekerja diatas ketinggian adalah suatu kegiatan atau


Aktifitas yang dilakukan object dalam hal ini adalah
Pekerja yang mempunyai resiko jatuh dari atas ketinggian
yang apabila diukur dari lantai dasar ke titik jatuh yaitu
setinggi 1,8 meter. Namun, dalam pemenaker Nomor 9 Tahun
2016 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dalam
Pekerjaan di ketinggian, batas ketinggian itu tidak ada.
Adanya yaitu perbedaan ketinggian yang memiliki potensi
jatuh, baik jatuh diatas permukaan tanah maupun perairan
dan menyebabkan tenaga kerja atau orang lain mengalami
cidera atau meninggal dunia.
Berdasarkan laporan Labour Force Survey ( LFS2 ) di inggris, salah satu penyebab
Terjadinya kecelakaan kerja yang berdampak pada cidera serius dan kematian
Adalah terjatuh dari ketinggian ( 31% ) Dan sebagian besar terjadi pada bidang
kontruksi ( 11% ).

Oleh karena itu tingginya angka kecelakaan kerja pada pekerjaan ketinggian,
maka
Perlu dibuatkan prosedur kerja yang sesuai dengan peraturan keselamatan dan
Kesehatan kerja dan berdasarkan dengan undang – undang atau peraturan yang
berlaku.

Hal – hal yang perlu diperhatikan saat bekerja diketinggian

Sebelum memulai bekerja, Job Safety Analysis ( JSA ) harus dibuat dan
dilengkapi serta tindakan pengendalian harus dilakukan untuk melindungi
pekerja dari resiko kejatuhan atau terjatuh dari ketinggian. Saat pekerjaan
berlangsung pengawasan juga harus dilakukan untuk memastikan semua sudah
sesuai dengan persyaratan.
Persyaratan Pelaksanaan K3 pada ketinggian diantaranya :

 Perencanaan
 Prosedur Kerja
 Teknik bekerja aman
 Alat Pelindung Diri (APD), Perangkat pelindung jatuh
 Angkur

Tenaga kerja, pengusaha dan/atau pengurus wajib mempunyai prosedur


kerja diketinggian sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf b ( Tentang
Prosedur Kerja )secara tertulis untuk melakukan pekerjaan diketinggian.

Prosedur kerja yang dimaksud diantaranya :


1. Teknik dan cara perlindungan jatuh
2. Cara pengelolaan peralatan
3. Teknik dan cara melakukan pengawasan
4. Pengamanan tempat kerja
5. kesiap siagaan dan tanggap darurat
Prosedure kerja…
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGOPERASIAN GONDOLA 1. TUJUAN
Memastikan aktivitas pengoperasian gondola pada area kerja Hoffmen Cleanindo berjalan dengan baik
TEMPORER/PERMANEN sesuai dengan standar aturan pemerintah yang berlaku.

2. RUANG LINGKUP
Semua area kerja gondola Hoffmen Cleanindo

3. ACUAN/REFERENSI
 Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 klausul 7.5.1 dan 7.2.3.
 Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja OHSAS 18001:2007 Klausul 4.4.6.
 Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2004 klausul 4.4.6.
 Peraturan Pemerintan Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 nomor
83, TambahanLembaran Negara Nomor 4532)
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. KEP.296/MEN/IX/2009
Tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Konstruksi Bidang Instalasi
Gedung dan Bangunan Sipil Sub Bidang Instalasi Mekanikal Jabatan Kerja Operator Gondola pada
Bangunan Gedung.
 SMK, element 3.1.1.
 PASS 99:2012, klausul 7

4. DEFINISI

5. PROSEDUR

5.1. Operator gondola yang bertugas menyiapkan semua material dan peralatan kerja yang diperlukan
yang sudah ditetapkan menjadi standar seperti yang tertera pada form pemeriksaan Daftar Simak
(checklist) gondola permanen (QP 16-64-00) atau Checklist Pemeriksaan Gondola Temporer (QP 16-65-
00) dan semua peralatan (yang tertera pada checklist atau daftar simak. Adapun tipe gondola dapat di
jelaskan sebagai berikut:

A. Permanen gondola
Tipe permanen gondola:
I. Tipe Luffing
Tipe Luffing adalahtipe gondola yang dilengkapi dengan lengan/arm/boom yang dapat
bergerak naik turun dengan ujung lengan yang tertumpu pada body/badan roof car.
Lengan boom tersebut mempunyai variasi panjang dan sudut luffing yang tergantung pada
kondisi gedung. Tipe ini digunakan pada gedung–gedung yang mempunyai gaya arsitektur
sederhana, dan tidak memerlukan lengan yang panjang untuk menjangkaunya, seperti
Date Prepared by: Reviewed by: Approved by: gedung-gedung yang bergaya arsitektur candi atau rumit agak sulit dijangkau jika
memakai tipe ini.
Tanggal Dibuatoleh: Diperiksaoleh: Disetujuioleh:
II. Tipe Sliding
Gondola tipe sliding merupakan gondola sistem yang menggerakkan tangan boom maju
mundur atau telescopic. Ada 2 macam, yaitu single arm dan double arm. Single arm disini,
maksudnya adalah tangan yang tergantung/menjulur hanya satu dan biasanya dilengkapi
dengan swivel system (sistim yang dapat memutar platform) pada ujung tangannya.
Double arm maksudnya kedua tangannya tergantung/ menjulur yang dapat dilengkapi
Yanah dengan swivel system atau pun tidak.
Hamidun Iksan Linda Susanti III. Tipe Fix Arm
Tanggal Human Resources
Operation Manager
HSE& Improvement Process Tipe ini bentuknya hamper sama dengan tipe sliding, hanya tangan/boomnya tidak dapat
13 Februari 2019 bergerak secara telescopic.
IV. Special Design
Tipe ini dibuat untuk gedung – gedung yang mempunyai bentuk – bentuk khusus
1.1. Operator Gondola melakukan pemeriksaan kelengkapan alat alat Alat Pelindung Diri (APD) yang sudah
menjadi standard pada form pemeriksaan checklist gondola permanen (QP 16-64-00) atau Checklist
Pemeriksaan Gondola Temporer (QP 16-65-00).

1.2. Operator gondola melakukan pemeriksaan cuaca dan kecepatan angina padalokasi kerja untuk
memastikan cuaca, jarak pandang dan terutama kecepatan angina sudah sesuai dengan standar
keselamatanya itu maksimal 30 knot atau 15 m/detik (diukur dengan anemometer)).

1.3. Operator gondola memastikan kondisi kesiapan fisik melalui pemeriksaan mandiri perihal kondisi
kesehatan sebelum melakukan pekerjaan dan memastikan tingkat kelelahan sebelum melaksanakan
pekerjaan.

1.4. Operator gondola memastikan form Pemeriksaan Checklist gondola Permanen/temporer (QP 16-64-00
atau QP 16-65-00 (sesuai dengan jenis yang akan digunakan) telah di isi dan dilengkapi juga
ditandatangani oleh pihak terkait (termasuk Supervisor mengawasi dan representasi dari pihak klien)
dalam memeriksa:

A. Tali Keselamatan (Safety Line) dipakai ketali kekang tubuh (Body Harness) selama waktu
pengerjaan dan berada di dalam gondola ( 1 operator 1 Safety Line ).
B. “Beam”, “arm” dan pemberat (Counter Weight) diperiksa kondisinya dari kemungkinan rusak
atau korosi.
C. Kondisirel, bantalan dan roda rel diperiksa dari kemungkinan kendor, rusak atau kotor serta
jalur rel harus dalam keadaan bersih dari benda benda asing lain.
D. Semua baut diperiksa dari kemungkinan longgar, rusak atau hilang.
E. Penambat “Arm” diperiksa dengan cermat dari kemungkinan kendor atau rusak.
F. Tali baja (Wire Rope) diperiksa dari kemungkinan putus dan keteganganya sesuai dengan
petunjuk pemeliharaanya.
G. Penggulung tali baja atau drum wire winder diperiksa dari kemungkinan retak atau kerusakan
lainya.
H. “Block stop wire rope” diperiksa fungsi kerjanya dari kemungkinan tidak berfungsi sesuai
dengan petunjuk pemeliharaan.
I. Saklar utama (power switch) diperiksa sesuai dengan petunjuk pemeliharaan.
J. Pagar pembatas (barikade) dalam kondisi baik dan terpasang dengan baik.
K. Mesin penggerek (motor hoist) diperiksa fungsinya dengan benar dan sesuai dengan petunjuk
pemeliharaan.
L. Pagar keranjang (Cart) diperiksa dengan baik dipastikan tidak ada kerusakan.
M. Lebar lantai keranjang (Cart/Working Platform) harus paling tidak 440 mili meter dalam
lebaran dibuat dengan material yang tidak licin (Slip Resistant) dan dipastikan jarak minimal
antara sambungan pada pesawat gondola maximum adalah 6 milimeter.

1.5. Operator gondola memastikan dan memasang rambu rambu pembatas dan tanda tanda peringatan
dan pemeriksaan kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD) pada diri sendiri atau rekan yang bertugas
bersama.
1.1. Pemeriksaan kondisi struktur gondola diperiksaoleh operator gondola termasuk di dalamnya system
mekanikal dan system elektrikal pada unit gondola yang akan digunakan.

1.2. Pemeriksaan dan uji coba alat komunikasi (handie talkie) dilakukan oleh operator gondola dan
memastikan membawa HP sebagai alat cadangan komunikasi bila HT atau Handie Talkie tidak
berfungsi (selama melakukan pekerjaan pada gondola penggunaan Handphone untuk keperluan
pembicaraan personal/pribadi tidak diijinkan) dan frekwensi perlu diketahui dan disepakati oleh team.

2. Operator gondola menempatkan alat alat kerja dan material yang diperlukan untuk pembersihan
kedalam gondola dan memastikan tertata rapi tidak menggangu ruang gerak selama berada di dalam
gondola.

2.1. Operator gondola menyambung aliran listrik dan memastikan unit masih bekerja dengan baik.

2.2. Operator gondola menghidupkan gondola danmenggerakan gondola keposisi yang ditentukan dengan
aman.

2.3. Seteleh gondola sampai pada posisi yang aman dan dipastikan area di sekeliling sudah aman maka
gondola dapat dimatikan

2.4. Setelah gondola sudah dalam posisi stabil dan aman maka operator gondola dapat memulai
melakukan pekerjaan pembersihan sesuai dengan rencana.

2.5. Bila terdapat perubahan cuaca secara tiba tiba atau kondisi kecepatan angin pada area yang sedang
dikerjakan yang tidak aman untuk pengoperasian gondola, maka inisiatif untuk menurunkan gondola
(untuk unit gondola temporer dan dikembalikan pada posisi yang sudah ditentukan untuk gondola
permanen) perlu dilakukan oleh operator gondola.

2.6. Setelah semua pekerjaan selesai dilakukan, operator gondola harus memastikan semua peralatan
kerja sudah tertata rapi di dalam gondola sebelum gondola di gerakan turun kelantai dasar atau
dinaikan (sesuai dengan posisi penempatan yang sudah ditentukan).

2.7. Setelah gondola turun dengan aman pastikan kabel power listrik dicabut atau dimatikan.

2.8. Pastikan pesawat gondola berada pada posisi yang sudah ditentukan dan patuhi instruksi pemberesan
yang telah diarahkan/ditentukan oleh pihak gedung.

2.9. Semua alat kerja dan dipastikan sudah tidak berada pada gondola sebelum dilakukan pembersihan
terhadap sampah lepas pada gondola termasuk didalamnya rambu-rambu pada tempat yang sudah
ditentukan.
Teknik Bekerja aman…
Alat Pelindung Diri (APD)
Angkur
Persyaratan Bekerja diatas ketinggian

Persyaratan dasar dalam bekerja diketinggian meliputi :

1. Pekerja harus dalam kondisi fit sebelum melakukan


kegiatan bekerja dan tidak mempunyai riwayat penyakit kronis
2. Semua pekerja sebelum melakukan bekerja diketinggian harus
sudah mendapat pelatihan bekerja diketinggian
3. Job Safety Analysis harus dibuat dan semua pekerja harus
berpartisipasi
4. Semua peralatan penahan dan pencegah jatuh harus dalam kondisi
baik
5. Semua peralatan pendukung harus sesuai standart dan didirikan
atau dioperasikan oleh orang yang berkompeten.
JOB SAFETY ANALYSIS JSA No. 2.123.00.19
JOB DESCRIPTION Menggunakan Scaffolding
(Perancah)
PMS No
COMPANY CNOOC COSL Department Drilling New Task Revision No 0
PT. HOFFMEN HSE
DATE 13 Februari 2019 Task Review SHEET 1 of 1
JOB PLANNING HAZARD IDENTIFICATION CONTROLS

1. Mengadakan safety meeting sebelum memulai Miss Communication / salah paham akan -Komunikasi yang baik dengan semua krew.
pekerjaan. intruksi pekerjaan yang diberikan. -Pastikan setiap personil mengerti dengan jelas
rangkaian program kerja pemeriksaan, pemasangan,
dan pembongkaran scaffolding.
2. Memeriksa dan menggunakan alat pelindung - Kecelakaan fatal, terbentur, tertusuk, -Memastikan orang yang melakukan pekerjaan ini
diri (APD) terjepit, tergores. sudah mendapat pelatihan khusus dan berpengalaman.
- APD harus di periksan dan digunkan dengan baik dan
benar sesuai SOP yang berlaku.

3. Pemeriksaan kondisi alat scaffolding (perancah) -Terjepit -Memastikan perancah yang akan di pakai sesuai
-Kejatuhan perancah dengan standard keselamatan perusahaan.
-Perancah Rusak -Wajib menggunakan APD seperti sarung tangan, helm
safety, dan sepatu safety.
-Pastikan kondisi percancah dalam keadaan stabil saat
melakukan pemeriksaan.
-Melakukan pemeriksaan pada kondisi perancah
dengan cermat dari kemungkinan retak, karat , patah,
tangga perancah hilang, bengkok, ataupun cacat
kerusakan lainnya.
-Lakukan pembersiahan perancah dari sisa lumpur,
pelumas, dan lainnya secara hati-hati.
4.Mendirikan scaffolding (Perancah) -Tiang perancah amblas -Pemasangan perancah harus diawasi oleh pengawas
-Perancah rubuh yang berkompeten.
-Terjepit -Memastikan lokasi pemasangan memiliki landasan
-Terpleset Jatuh yang keras, stabil, dan rata.
-Hati-hati saat melakukan penyambungan pada
perancah, perhatikan jari dan tangan harus
menggunakan sarung tangan dan juga helm safety pada
pekerja.
-Jaga keseimbangan tubuh saat berada di atas perancah.
-Pasang alat perancah sesuai dengan petunjuk
pemasangan pabrik pembuat perancah.
-Pastikan setiap mekanisme pengunci pada perancah
harus di fungsikan dan dipastikan bekerja dengan baik.
-Perancah harus di pasang sesuai dengan rekomendasi
pabrik ataupun standard keselamatan yang berlaku di
perusahaan.
5 Melakukan pekerjaan di atas scaffolding -Bahaya tergelincir/terpeleset,terjatuh atau -Pastikan sepatu dalam keadaan bersih dari lumpur,
(Perancah) Tersandung pelumas, atau kotoran lain yang dapat menyebabkan
-Kejatuhan barang slip, dan juga wajib menggunakan helm safety.
-Naik/turun tangga harus memanfaatkan kedua tangan
dan tubuh selalu menghadap tangga. Jangan
merosot/melompat untuk menutuni tangga.
-jika membawa peralatan ke atas perancah masukkan
ke dalam kantong dan di ikatkan pada pinggang.
-Gunakan harnees dengan benar jika pekerjaan
dilakukan pada ketinggian lebih dari 2 meter.
-Pastikan pekerjaan memiliki izin / work permit dari
pihak yang berwenang.
-Jaga langkah kaki, jangan berpindah tempat secara
mendadak saat bekerja atau berdiri berdekatan agar
tidak membebani lantai kerja secara keseluruhan.
-Hindari bersandar pada pagar lantai kerja, pagar hanya
di gunakan untuk berpegangan atau penahan jatuh.
-Lakukan pekerjaan dengan hati-hati.

6.Pembongkaran Scaffolding (Perancah) -Barang Jatuh - Pastikan tidak ada peralatan ataupun bahan material
-Cidera yang tertinggal di lantai perancah.
-Kejatuhan tiang perancah -Pastikan ada perintah pembongkaran dan
-Tiang perancah rusak pembongkaran di awasi oleh pengawas yang
berpengalaman.
-Pekerjaan pembongkaran di lakukan dari titik tertinggi
perancah dan harness harus di pakai.
-Tiang-tiang perancah di turunkan menggunakan tali
tambang yang kuat dan tidak boleh di jatuhkan.
-Tiang-tiang perancah harus di susun dengan rapi di
landasan yang keras,kering, dan stabil agar
memudahkan pemindahan.
Bahaya-bahaya yang dapat timbul saat bekerja di ketinggian adalah :

1. Dehidrasi (kekurangan zat cair pada tubuh)


2. Perubahan keadaan tubuh pada pekerja seperti
pusing, limbung, perubahan pada tekanan darah
3. Gangguan pengelihatan dan ganguan proses mental dan psikologis
4. Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh alat–alat
kerja.
5. Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh kelalaian
operator.

Oleh karena itu biasanya dibeberapa tempat kerja sebelum memulai pekerjaan di
ketinggian harus melakukan medical check up terlebih dahulu untuk memastikan kondisi
pekerja agar bekerja dengan sehat dan aman.
SEBAB – SEBAB KECELAKAAN

Ditinjau dari sudut Keselamatan Kerja unsur – unsur penyebab kecelakaan


kerja mencakup 5 M yaitu :

1. Manusia
2. Manajemen ( unsur pengatur ).
3. Material ( Bahan – bahan ).
4. Mesin ( peralatan ).
5. Medan ( tempat kerja / lingkungan kerja ).

Semua unsur tersebut saling berhubungan dan membentuk suatu sistem


tersendiri. Ketimpangan pada salah satu atau lebih unsur tersebut akan
menimbulkan kecelakaan / kerugian.
Contoh bentuk – bentuk ketimpangan unsur 5M tersebut :

1. Unsur Manusia, antara lain :


>> Tidak adanya unsur keharmonisan antara tenaga kerja maupun
dengan pimpinan
>> Kurangnya pengetahuan / keterampilan.
>> Ketidakmampuan fisik / mental.
>> Kurangnya motivasi.
2. Unsur Manajemen, antara lain :
>> Kurang pengawasan.
>> Struktur Organisasi yang tidak jelas dan kurang tepat.
>> Kesalahan prosedur operasional
>> Kesalahan pembinaan pekerja.
3. Unsur Material, antara lain :
>> Adanya bahan beracun / mudah terbakar.
>> Adanya bahan yang mengandung korosif.
4. Unsur Mesin, antara lain :
>> Cacat pada waktu proses pembuatan
>> Kerusakan karena pengolahan.
>> kesalahan perencanaan.
5. Unsur Medan, antara lain :
>> Penerangan tidak tepat ( silau / gelap ).
>> Ventilasi buruk dan housekeeping yang jelek.
PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA

Berdasarkan Uraian diatas, maka kecelakaan terjadi karena adanya ketimpangan dalam
Unsur 5M, yang dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok yang saling terkait, yaitu :
> Manusia
> Perangkat keras
> perangkat Lunak
Oleh karena itu dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian kecelakaan kerja
adalah dengan pendekatan pada ketiga unsur kelompok tersebut, yaitu :

>> Pendekatan terhadap kelemahan terhadap unsur manusia :


a. Pemilihan / penempatan pegawai secara tepat agar
diperoleh keserasian antara bakat dan kemampuan fisik
pekerja dan tugasnya.
b. Pembinaan pengetahuan dan keterampilan melalui
training yang relevan dengan pekerjaannya.
c. Pembinaan motivasi agar tenaga kerja bersikap dan
bertindak sesuai dengan keperluan perusahaan.
d. Pengarahan penyaluran intruksi dan informasi yang lengkap
dan jelas.
e. Pengawasan dan disiplin yang wajar.
>> Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat keras :
a. Perancangan, pembangunan, pengendalian modifikasi, peralatan
kerja, dan mesin harus memperhitungkan keselamatan kerja.
b. Pengelolaan penyimpanan dan pengeluaran peralatan,
pengangkutan, penyusunan dan pengguanaanya secara tepat
sesuai dengan standar keselamatan kerja yang berlaku.
c. Pemeliharaan tempat kerja tetap bersih dan aman untuk pekerja.
d. Perencanaan lingkungan kerja sesuai dengan kemampuan manusia
>> Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat lunak, harus melibatkan
seluruh level manajemen :
a. Pelaksanaan dan pengawasan dari safety policy.
b. Penentuan struktur pelimpahan wewenang dan pembagian
tanggung jawab.
c. Penentuan pelaksanaan pengawasan, melaksanakan pengawasan
dan mengawasi sistem / prosedur kerja yang benar.
d. Pembuatan sistem pengendalian bahaya.
e. Perencanaan sistem pemeliharaan, penempatan dan pembinaan
pekerja terpadu.
f. Penggunaan standar / code yang dapat diandalkan.
g. Pembuatan sistem pemantauan untuk mengetahui ketimpangan
yang ada.
KESADARAN K3
Kesadaran akan K3 di lingkungan kerja perlu dibudayakan, bukan karena ada hukuman
bila melanggar ketentuan K3 namun juga harus dicamkan dalam diri bahwa keselamatan
dan kesehatan kerja adalah sebuah kebutuhan yang tidak bias diabaikan
keberadaannya.
Produktivitas tinggi yang dicapai dengan susah payah tak akan ada artinya bila terjadi
kecelakaan kerja yang memakan korban cidera maupun korban jiwa pekerja.
Karena sebab itu, jadikanlah keselamatan dan kesehatan kerja sebagai kebutuhan dan
bukan sebuah beban yang menghambat produktivitas dan kelancaran kerja. Justru bila
tidak tercipta keselamatan dan kesehatan kerja akan membuat sebuah pekerjaan
terhambat, baik dari segi waktu, mutu, dan biaya yang dikeluarkan mungkin akan lebih
besar dibanding nilai pekerjaan yg sedang dikerjakan.

Akhirnya dapat disimpulkan, melakukan pencegahan kecelakaan kerja perlu


diperhatikan unsur – unsur yang terlibat dalam pekerjaan tersebut, baik manusia,
perangkat keras maupun perangkat lunak merupakan suatu kesatuan yang saling terkait
dalam pencegahan kecelakaan kerja, dengan kata lain” PENCEGAHAN KECELAKAAN
KERJA MERUPAKAN TANGGUNG JAWAB KITA BERSAMA”

Anda mungkin juga menyukai