Bekas Menjadi
BiodieselDitinjau dari Segi
Teknis dari Lingkungan
Nathalie Anjanie Poetri
1162005023
OUTLINE
Pendahuluan
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Tinjauan Pustaka
Biodiesel
Minyak Goreng Bekas
Dampak Penggunaan Biodiesel Pada Lingkungan
Dampak Penggunaan Minyak Jelantah Sebagai Campuran Biodiesel Untuk Lingkungan
Pembuatan Biodiesel
Spesifikasi Biodiesel
Metodologi Penelitian
Waktu dan Tempat
Alat dan Bahan
Proses Pre-treatment
Proses Esterifikasi
Proses Pemurnian
Proses Uji syarat mutu biodiesel
Latar Belakang
Tahun 2016 indonesia resmi keluar dari organisasi tersebut akibat kebijakan
OPEC untuk menurunkan produksi minyak indonesia, hal ini salah satu yang
membuat indonesia mengimpor minyak bumi karena jumlah kebutuhan di
indonesia semakin meningkat
pemerintah indonesia saat menggalakkan bahan bakar non fossil dari
bahan bakar nabati untuk menghasilkan biodiesel sebagai pengganti BBM
melalui PERMEN ESDM no 12 tahun 2015 tentang perubahan ketiga atas
PERMEN ESDM no 32 tahun 2008 tentang penyediaan, pemanfaatan dan
tata niaga bahan bakar nabati (BBN)/Biofuel sebagai bahan bakar lain
Tahun 2020 Presiden RI meresmikan implementasi program B30 yaitu solar
dengan kandungan CPO 30%. Minyak sawit mentah (CPO) adalah produk
baku dasar yang diperoleh melalui ekstraksi buah kelapa sawit.
Menurut Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta pembuangan minyak goreng
bekas ke badan air atau permukaan tanah menyebabkan rusaknya
ekosistem perairan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Kebijakan Peraturan
Gubernur (PERGUB) no. 167 tahun 2016 tentang Pengelolaan Limbah
Minyak Goreng. Didalam Pergub tersebut mewajibkan setiap kegiatan
usaha kategori penghasil limbah minyak goreng untuk melakukan
pengelolaan limbah minyak goreng secara baik dan benar sesuai dengan
ketentuan yang diatur
Pengolahan minyak goreng bekas menjadi biodiesel merupakan salah satu
cara yang efektif untuk mengurangi limbah minyak goreng bekas yang
dihasilkan di Jakarta dan dapat mengurangi pencemaran perairan di
Jakarta
Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian campuran biodiesel dengan
minyak jelantah B30 dengan variabel konsentrasi minyak jelantah dan
CPO, serta ditinjau dari segi aspek teknis dan lingkungan.
Tujuan Penelitian
Biodiesel adalah bioenergi atau bahan bakar nabati yang dibuat dari minyak nabati, baik minyak
baru maupun bekas penggorengan melalui proses transesterifikasi, esterifikasi, atau proses
esterifikasi-transesterifikasi. Biodiesel digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti BBM untuk
motor diesel. Biodiesel dapat diaplikasikan baik dalam bentuk 100% (B100) atau campuran dengan
minyak solar pada tingkat konsentrasi tertentu (Hambali, dkk., 2007).
Selama penggorengan, minyak goreng akan mengalami pemanasan pada suhu tinggi ± 170 –
180oC dalam waktu yang cukup lama. Hal ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi,
hidrolisisi, dan polimerisasi yang menghasilkan senyawa-senyawa hasil degadasi minyak seperti
keton, aldehid, dan polimer yang merugikan kesehatan manusia. Proses-proses tersebut
menyebabkan minyak mengalami kerusakan (Listiadi dan Putra, 2013).
Dampak Penggunaan Biodiesel Pada Lingkungan
Biodiesel dari minyak jelantah memiliki keunggulan yang sama dengan biodiesel pada
umumnya, seperti pengurangan emisi gas buangan. Menurut Environmental Protection Agency,
emisi gas karbon monoksida dari biodiesel 50% lebih rendah dibanding emisi dari solar.
Sehingga, efek rumah kaca juga turut berkurang. Selain itu, biodiesel dari minyak jelantah
dapat mengurangi limbah dari minyak jelantah itu sendiri. (sumber: www.balairungpress.com)
Pembuatan Biodiesel
Menurut Hikmah dan Zuliyana (2010), biodiesel merupakan monoalkil ester dari
asam-asam lemak rantai panjang yang terkandung dalam minyak nabati atau
lemak hewani untuk digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel. Biodiesel
dapat diperoleh melalui reaksi transesterikasi trigliserida dan atau reaksi esterifikasi
asam lemak bebas tergantung dari kualitas minyak nabati yang digunakan
sebagai bahan baku.
Diagram Pembuatan Biodiesel
Spesifikasi Biodiesel
Spesifikasi biodiesel yang akan dicampur harus sesuai dengan standar yang telah
ditatapkan karena standar tersebut dapat memastikan bahwa biodiesel yang
dihasilkan dari reaksi pemrosesan bahan baku minyak nabati sempurna yaitu bebas
gliserol, katalis, alkohol, dan asam lemak bebas (Boedoyo, 2006). Berdasarkan
Badan Standarisasi Nasional (BSN, 2015) melalui Standar Nasional Indonesia syarat
mutu biodiesel
Tabel SNI Biodiesel
Metodologi Penelitian
Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari - Agustus 2020
bertempat di Laboratorium BALITBANG Kementrian ESDM, Jl.Ciledug Raya
Kav.109 - Cipulir Kebayoran Lama Jakarta Selatan 12230 Indonesia
Proses Pre-treatment
CPO dan minyak jelantah dicampurkan berdasarkan perbandingan dalam
200 mL, dengan. Kemudian pencampuran dengan perbandingan seperti
pada tabel
Tabel Perbandingan
Proses Pemurnian
Proses pemurnian pada penelitian ini dilakukan dengan proses washing dan
drying