Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KLIEN DENGAN STROKE

ALI HAMZAH, SKp. MNS.


Gambaran Umum

 Berat otak dewasa manusia adalah kurang lebih 2 % dari


berat badan atau sekitar 1400 gr.
 Otak membutuhkan 20 % darah dari COP. Dalam 1 menit
sebanyak 800 cc darah mengalir ke seluruh jaringan otak,
atau dalam keadaan normal CBF adalah 60 – 70 cc/100 gr
jaringan otak/mnt.
 Apabila CBF: 24 – 30 cc/100 gr jar. Otak/mnt, akan terjadi
iskhemi dari jaringan otak dan apabila < 16 cc/100 gr jar.
Otak/mnt maka akan terjadi infark jaringan otak yang
bersifat permanen.
 Dengan demikian CBF mempunyai pengaruh yang sangat
penting thd fungsi otak.
Peredaran darah Otak

Aliran darah ke otak melalui 2 sistem, yaitu:


1) Sistem karotis: melalui sepasang arteri karotis interna
(kanan dan kiri) beserta cabang-cabangnya, yaitu:
 A. serebri anterior: ke otak depan (lobus frontalis)
 A. serebri media: ke otak tengah (lobus parietalis dan
temporalis).
 Arteri oftalmika: ke mata
2) Sistema vertebro basiler: melalui arteri vertebralis (kanan
dan kiri) yang kemudian bercabang menjadi arteri basilaris,
mensuplai darah ke otak bagian belakang (lobus oksipitalis)
melalui salah satu cabangnya yaitu : A. serebri posterior.
Pengertian

 Stroke or Cerebro Vascular Accident (CVA) is “a disruption


in the normal blood supply to the brain. It often occurs
suddenly and produces focal neurologic deficits”
(Ignatavicius, Workman, and Mishler, (1995, p. 1245).

 Smeltzer & Bare (2000) stated that stroke or


cerebrovascular accident (CVA) is a sudden loss of brain
function resulting from disruption of the blood supply to a
part of the brain.

 Stroke atau CVA adalah suatu kondisi dimana terjadi


gangguan/defisit/kehilangan fungsi otak (neurologik) fokal
secara mendadak sebagai akibat dari ggn aliran darah
(arteri) ke bagian dari otak
Faktor Resiko

Faktor resiko stroke dibagi 2 bagian, yaitu:


1) Faktor resiko mayor, yaitu:
- Hypertensi
- Penyakit jantung
- DM.
2) Faktor resiko minor, yaitu:
- Hiperlipidemia
- Obesitas
- Gaya hidup: kebiasaan merokok, minum alkohol, drug
abuse, sedentary lifestyle, kurang olah raga.
- Usia
- Stress yang tinggi
- Hematokrit yang meningkat.
Stroke Risk Factors
Non-modifiable
 AGE
 Gender - Female
 Race – Blacks > Asians or Hispanics>
Whites
 Family Hx.
 Coagulation Disorders
 Cardiac Disease
Stroke Risk Factors
Modifiable
 Hypertension  Alcohol Abuse
 Diabetes mellitus  Oral Contraceptives

 Hypercholesterolemia  Pregnancy

 Elevated LDL or Low  Migraine Headaches


HDL  Obesity
 Elevated homocystein  Sleep apnea
 Smoking  Carotid stenosis
 Drug abuse A combination of these
risk factors will
increase risk of
stroke!
Penyebab

Stroke disebabkan oleh keadaan patologis yang


dialami pembuluh darah serebral, yang
berhubungan dengan:
1) Iskhemik/infark
a. Trombosis.
Terjadi kelainan pada dinding arteri yang
menyebabkan penyempitan dari lumen arteri
shg pada suatu saat dapat terjadi penyumbatan.
Trombosis dapat timbul krn proses:
- Atherogenik, umumnya krn proses atherosklerosis sejak
usia 30 tahunan dan bertambah berat seiring dg
bertambahnya usia.
Atherosklerosis disebabkan oleh penumpukan fatty streak
atau trombus di dlm lapisan tunika intima, shg diameter
pemb. Darah menyempit, shg bila terjadi pd pemb. Darah
otak akan terjadi hipoksia dan iskhemia jaringan otak, dan
akhirnya terjadi infark otak.
- Non atherogenik, misalnya: karena penyakit kelainan darah
(mis: anemia, polisitemia), arteritis, dan efek samping
penggunaan pil KB.

b. Emboli. Mrpk benda asing dlm aliran darah shg dpt


menyebabkan penyumbatan arteri, penurunan CBF,
hipoksia dan iskhemia jar. Otak, dan akhirnya infark otak.
Emboli dpt disebabkan dari faktor jantung (misal: atrial
fibrilasi, AMI, kelainan katup, dan endocarditis), dan non
jantung (misal: plaque atheromatosus, emboli udara, dan
lemak).

c. Spasme.

d. Kompresi, terjadi pada kondisi peningkatan TIK


Patofisiologi : Stroke Iskemia

Oklusi

Iskemia

Hipoxia Cerebral

Met. Anaerob

Defisit Ggn keseimbangan


Neurologis Asam basa & elektrolit

TIK Edema
Cerebral Thrombosis
 Most common cause
of CVA

 Most often:
 Atheroclerosis

 Thrombus

 CVA
Cerebral Embolism
 2nd most common
cause of CVA
 Most often:
 Heart disease

 Thrombus

 Embolus

 CVA
2. Perdarahan Pembuluh Darah Otak.
Terjadi karena adanya rupture
(pecah) pem. Darah (arteri) serebral,
sebagai akibat dari hipertensi, aneurisma
arteri serebral, anomali arteri-vena
serebral, diskrasia darah, dan pemakaian
obat anti koagulan.
Cerebral Hemorrhage
 3rd most common cause of CVA
 Most often:
 Hypertension

 Ruptured cerebral blood vessel

 CVA
Stroke Hemoragik

Ruptur pembuluh darah


Cerebral

Volume/massa cranial

TTIK Defisit Neurogis


mendadak
Tekanan darah sistemik

Aliran darah ke otak

Jaringan otak hipoxia, hiperkarbia, asidosis

Peningkatan TIK & Progressive

TIK > 20 mmHg mengganggu perfusi cerebral


Tek darah sistemik

Volume darah ke otak


Meningkat

Ektravasasi edema lasogenik

TTIK Perfusi cerebral

Defisit neurologis progressive


Subarachnoid Hemorrhage
 Occurs when a blood
vessel outside of the
brain ruptures.
 Happens often at the
site of cerebral
aneurysms.
 Coiling less invasive
than clipping.
Intracerebral Hemorrhage
 Occurs when diseased
blood vessel in brain
burst.

 Medical Emergency
must go to surgery.

 High mortality
associated with ICH.

 12% of all strokes.


Kerusakan Sel syaraf Pasca Stroke
Classification According to Pathology process
(STROKE Types)

DULU CVD III

1. INFARK OTAK 1. INFARK OTAK


a. ATEROTROMBOTIK a. ATEROTROMBOTIK
b. KARDIOEMBOLI b. KARDIOEMBOLI
c. LAKUNER c. LAKUNER
2. PIS 2. PIS
(Perdarahan intraserebral)
3. PSA 3. PSA
(Perdarahan subarahnoidal) 4. PERDARAHAN INTRA-
KRANIAL e.c. AVM*
(PIS, PSA, KOMBINASI)

*AVM = ARTERIOVENOUS
MALFORMATION
Klasifikasi

 Berdasarkan manifestasi/stadium klinik:


1) Transient Ischemik Attack (TIA):
- Mrpk ggn peredaran darah otak sepintas (GPDOS).
- Timbul scr mendadak gejala deficit neurologis fokal
akibat iskhemia otak yg menghilang dlm waktu beberapa
menit atau jam akan tetapi tdk lebih dari 24 jam.
- Onsetnya cepat, pd umumnya gejala kelainan neurologik
timbul dlm waktu 2-5 mnt dan menghilang dlm waktu
kurang dari 24 jam.
- Penyebabnya: paling sering krn atherosklerosis,
disrithmia jantung, hipotensi, krisis hipertensi, polisitemia,
anemia, spasme.
2) Stroke in evolution (SIE) atau worsening/progressive stroke.
Defisit neurologik bertambah berat scr kuantitatip maupun
kualitatip yg bertahap selama jangka waktu ttt, misal: saat awal
serangan stroke pasen mengalami parese pada tangan dan
wajah, beberapa jam kemudian parese meluas pada kaki dan
akhirnya terjadi hemiplegi.

3) Completed stroke atau stable stroke.


- Dpt disebabkan oleh trombosis atau oklusi krn emboli.
- Ditandai adanya defisit neurologik yang relatip stabil atau
sedikit sekali perubahannya setelah lebih dari 3 mg.

4) Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND) atau improving


stroke. Mrpk deficit neurologik yg berlangsung lebih dari 24 jam
dan akan menghilang dlm beberapa hari atau < 3 mg.
 Berdasarkan Proses Patologik:
1) Stroke infark
2) Stroke dengan perdarahan:
a. Perdarahan intra serebral (PIS/ICB).
b. Perdarahan sub arachnoidal (PSA/SAB).

 Berdasarkan tempat lesi:


1) Sistem karotis
2) Sistem vertebrobasiler
Gejala stroke secara Umum

 Kelumpuhan ½ badan (kiri/kanan), dpt juga ke-4


anggota badan.
 Kelumpuhan otot-otot wajah sesisi, atau kadang-
kadang pada kedua sisi.
 Gangguan bicara, dapat berupa: rero, afasia
motorik, dan afasia sensorik.
 Gangguan kesadaran.
 Gangguan penglihatan (kadang-kadang).
Gejala Stroke tergantung sistem yang terkena:

A. Sistem karotis:
1. kelumpuhan ½ badan, berlawanan (kontra
lateral) terhadaop daerah otak yang terkena.
2. Kelumpuhan otot-otot wajah pada sisi yg
sama dg kelumpuhan dari badan (kontra
lateral thd lesi di otak).
3. Ggn. Wicara: rero atau afasia.
4. Ggn. Kesadaran, terutama pada PIS.
5. Gangguan penglihatan (buta pada satu mata).
B. Sistem vertebro basiler:
- kelumpuhan ½ badan/dpt juga kelumpuhan pada
ke-4 anggota gerak.
- Kelumpuhan otot-otot wajah pada sisi yang
berlawanan dg kelumpuhan anggota badan.
- Ggn. Bicara.
- Ggn. Kesadaran.
- Ggn. Penglihatan (diplopia).
- Rasa berputar-putar, muntah, dan ggn.menelan.
Perbedaan gejala stroke karena
trombosis dan emboli:

Trombosis: Emboli:
 Onset: gradual.  Onset: saat tidur.
 Evolusi: intermitten,  Evolusi: tiba-tiba,
completed stroke. completed stroke.
 Kesadaran: sadar  Kesadaran: sadar

 Prodormal: TIA  Prodormal: tidak ada


 Kejang: tidak ada.  Kejang: tidak ada
 CSF: normal  CSF: normal.
 Deficit neurologis: nyeri  Deficit neurologis:
kepala, ggn wicara, ggn paralise dan aphasia.
penglihatan, bingung.
Perbedaan gejala antara stroke PIS
dan stroke PSA

PIS: PSA:
 Timbulnya: dlm 1 jam.  Timbulnya: dlm 1-2 menit.
 Nyeri kepala: hebat  Nyeri kepala: sangat hebat.
 Kejang: umum  Kejang: sering fokal.
 Kesadaran: menurun  Kesadaran: menurun
 Tanda rangsang meningen: sementara.
Kadang-kadang ada/tdk ada.  Tanda rangsang meningen:
 Hemiparese: (++) (+++)
 Ggn syaraf otak: (+)  Hemiparese: kadang-kadang
 Ggn. syaraf otak: (+++)
Pengkajian

1) Keluhan utama: Penurunan kesadaran, parese/plegi, ggn.


Wicara, kesulitan mengunyah/menelan.
2) Riwayat kesehatan sekarang:
 Identifikasi faktor penyebab stroke
 Kaji kapan saat mulai timbul: apakah pada saat tidur/istirahat,
atau saat aktifitas.
 Bgmana tanda dan gejala berkembang? Bila tiba-tiba
kemungkinan krn emboli atau perdarahan, sedangka bila
onsetnya berkembang scr bertahap: thrombosis.
 Bgmana severity dan gejala? Bila langsung jelek konndisinya:
perdarahan, bila tanda dan gejala < 24 jam: TIA.
 Adakah kel. Ut. Disertai dg kel. lain, misalnya: penurunan
sensasi, ggn. Penglihatan.
3) Riwayat kesehatan dahulu: kaji faktor resiko dan penggunaan
obat-obatan seperti: aspirin, anti koagulan, vasodilator, riwayat
pekerjaan, kebiasaan olah raga dan penggunaan waktu santai.
4) Riwayat kesehatan keluarga: kaji riwayat hipertensi, penyakit
jantung, kebiasaan makan makanan tinggi cholesterol,
kebiasaan merokok, dll.
5) Pemeriksaan fisik:
- Tingkat kesadaran: umumnya menurun.
- Penurunan kemampuan konsentrasi, intelektual dan memori.
- Ketidakmampuan untuk memecahkan masalah dan membuat
keputusan.
- Disorientasi orang, tempat, dan waktu (bila pd hemispher
kanan).
- Ggn berbahasa, analitik thinking, keterampilan menghitung
(bila stroke terjadi pd hemispher kiri).
- Gangguan fungsi motorik: penurunan kekuatan otot
(hemiplegi atau hemiparese kiri/kanan tergantung
hemispher otak yg terkena), penurunan tonus (hipotoni,
atoni) dan penurunan massa otot (atropi).
- Gangguan fungsi sensorik: penurunan sensibilitas
(parasthesia, hypoalgesia, dll).
- Gangguan fungsi visual: ptosis, penurunan lapang pandang,
konjungtiva pucat, dan ptechiae konjungtiva.
- Gangguan beberapa fungsi nervus cranial: N. II, III, IV, V,
VI, VII, VIII, IX, X, dan XII.
 Sistem cardiovaskuler: terdapat arithmia, hipertensi, anemia,
dll.
 Sistem pernafasan: sesak nafas, hypersekresi lendir, ngorok,
ronchi, irama nafas irreguler, dan perubahan pada pola dan
frekwensi nafas.
 Sistem perkemihan: incontinensia urine.
 Sistem pencernaan: kesulitan mengunyah dan menelan, distensi
abdomen, incontinensia alvi, dll.
 Sistem integumen: kaji tanda-tanda dekubitus.
6) Pengkajian psikososial:
- Status sosial ekonomi, pekerjaan, dan pengetahuan ttg penyakit
- Status emosional: depresi, emosi labil, marah, konsep diri, dan
mekanisme coping.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Rongent kepala dan medulla spinalis
2. EEG
3. Lumbal fungsi
Tujuan,
a, u/pemeriksaan
b. mengurangi tekanan
4. Angiogarfi serebral
Tujuan
a. Visualisasi st arteri otak.
b. Melihat adanya
- Aneurisma arteri
- Anomali pembuluh darah
- Ppecahnya pembuluh darah
- Pergeseran pembuluh darah
akibat lesi masa ( tumor ).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
5. CT Scan
Tujuan :
melihat keadaan patologi di otak dan medulla spinalis
Teknik scanning dapat terlihat adanya :
edema,hematom,iskemia & infark

6. MRI
Tujuan
Mendeteksi patologi otak & medulla spinalis
Menggunakan magnet untuk melihat bayangan
struktur tubuh & melihat area infark dan malformasi
arteri maupun vena

7. Lab darah
Peningkatan hemoglobin dan hematokrit menunjukan
adanya oklusi.
Prinsip intervensi dan penatalaksaan stroke

1) Perawatan dan pengobatan secara umum:


 Semua pasen stroke dlm fase akut harus tirah baring dg posisi
“head up” apabila stroke perdarahan, dan posisi “flat” apabila
stroke infark.
 Monitor vital sign dan tanda-tanda peningkatan TIK setiap 15 –
30 mnt dlm fase akut, kemudian setiap 1 - 2 jam setelah
melewati fase akut, dan setiap 4 jam apabila pasen stabil.
 Pertahankan kepatenan dan kebersihan jalan nafas dengan:
suctioning scr hati-hati dg lama 10-15 detik setiap suctioning,
dan latihan batuk efektip apabila klien sadar.
 Berikan bantuan O2 tambahan melalui nassal canule atau
ventilator (kolab. Dg. Dokter).
 Pasang NGT dan berikan nutrisi Via NGT atau parenteral.
 Lakukan mobilisasi pasip dan aktip sedini mungkin.
 Observasi intake out put setiap 8 jam.
 Lakukan miring kiri-kanan setiap 2 jam sekali.
 Bimbing dan ajarkan bladder dan toilet training.
 Pasang condom atau dower catheter (tergantung
kebutuhan klien).
 Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, untuk
pemberian obat-obatan dan pemeriksaan
lab/diagnostik, fisiotherapi, speech therapi, social
worker, dan rohaniawan.
 Berikan pendidikan kesehatan.
2) Kontrol pengobatan, menghindari faktor resiko dan
merubah gaya hidup yang tidak sehat.
- Hipertensi, DM, dan penyakit jantung hrs
diobati dan kontrol secara teratur.
- Mengikuti program diet sesuai dengan hasil
kolaborasi dg nutritionist.
- Hindari merokok, minum-minuman keras,
makan-makanan tinggi lemak dan tinggi
garam.
- Olah raga secara teratur dan merubah life
style.
3. Kontrol dan pengobatan thd kemungkinan
komplikasi serta mencegah serangan ulang:
- Oedema otak, antara lain dengan menghindari
aktifitas yang dpt meningkatkan TIK, pemberian
obat anti oedema, pemberian anti convulsan, dan
anti perdarahan
- Atropi otot dan dekubitus, antara lain dengan
mobilisasi dini dan penggunaan kasur angin.
- Berikan pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan
pasen dan keluarga.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:

 Ggn. Perfusi jaringan otak b.d. menurunnya aliran darah ke


otak.
 Resiko tinggi peningkatan TIK b.d. proses desak ruang akibat
perdarahan otak.
 Gangguan ventilasi O2 b.d. hypersekresi lendir atau obstruksi
trakheobronkhial.
 Ggn. Mobilitas fisik: Hemiparese atau hemiplegi b.d. kerusakan
fungsi neuromotorik.
 Ggn. Persepsi sensorik b.d. menurunnya kemampuan fungsi
visual.
 Perubahan pola eliminasi urine: incontinensia b.d penurunan
kemampuan kontrol BAK.
 Perubahan eliminasi bowel: incontinesia b.d
penurunan kemampuan kontrol BAB.
 Gangguan asupan nutrisi b.d penurunan kemampuan
mengunyah dan menelan.
 Gangguan pola komunikasi verbal: aphasia atau
disarthria
 Gangguan pemenuhan ADL.
 Gangguan konsep diri
 Cemas
 Resiko ggn. Integritas kulit.
RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA 1, 2 dan 3
Tujuan: Klien menunjukan tidak ada gg perfusi jaringan
serebral

Kriteria hasil :
a. TTV dbn
b. Tanda peningkatan TIK (-)
c. Deficit neorologis (-)/ber+
Intervensi :
a. Catat/pantau status neorologis sesering mungkin dan
bandingkan dgn yg normal
b. Monitor TTV
c. Monitor frekuensi/irama jantung
auskultasi adanya murmur
d. Catat pola dan irama nafas
e. Evaluasi pupil,catat ukuran,bentuk,kesamaan
& reaksi thp cahaya
f. Catat perubahan penglihatan
g. Tinggikan bgn kepala bila (-) kontra indikasi/posisi netral
h. Berikan oksigen sesuai indikasi
DIAGNOSA : Ggn. Mobilitas fisik
tujuan :
Klien mampu mendemonstrasikan perilaku yg
memungkinkan untuk melakukan aktifitas

Kriteria hasil : ADL mandiri,otot tidak lemah


Intervensi :
a. Kaji kemampuan scr fungsional/
luasnya kerusakan awal scr teratur
b. Ubah posisi tiap 2 jam
c. Mulai latihan pasif/aktif pada semua ekstremitas
d. Tinggikan tangan dan kepala
e. Observasi warna kuku/tanda gg sirkulasi
f. Konsultasi untuk latihan secara aktif/ambulasi
g. K/P Bantu dgn stimulus elektrik bila tidak ada
kontra indikasi
h. Berikan obat anti spasmodic sesuai indikasi
DIAGNOSA : Ggn. Komunikasi verbal
tujuan :
Klien mampu berkomunikasi,shg keb dapat
di ekspresikan

Kriteria hasil :
a. Klien mau berkomunikasi
b. Tampak rileks

Intervensi
a. Kaji tipe dan tingkat ketidak mampuan
berkomunikasi
b. Evaluasi adanya gangguan penglihatan
c. Kaji tingkat kesadaran
d. Berikan stimulus kepada klien
e. Atur lingkungan yang nyaman
DIAGNOSA : Ggn. Persepsi sensoris

Tujuan :
Klien mampu mempertahankan tk kes
& fungsi persepsi
Kriteria hasil :
a. Mengkompensasi perilaku terhadap
defisit persepsi
b. Stress (-)
c. Ekspresi rileks
d. TTV dalam batas normal

Intervensi :
a. Kaji ulang kondisi patologis
b. Evaluasi penurunan penglihatan
c. Kaji kemampuan sensorik
d. Observasi tingkah laku
e. Validasi persepsi yang muncul
DIAGNOSA : Ggn. Pem. ADL

Tujuan :
Klien mampu mendemontrasikan
perubahan gaya hidup yang mampu
memenuhi kebutuhan perawatan diri

Kriteria hasil :
ADL mandiri,otot tidak lemah,koordinasi otot baik

Intervensi :
a. Kaji kemampuan klien untuk memenuhi ADL
b. Berikan umpan balik untuk setiap keberhasilan
c. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
d. Buat rencana terhadap gangguan penglihatan
e. Gunakan alat Bantu pribadi,seperti alat makan/mandi
f. Identifikasi kebiasaan BAB sebelumnya
g. Kolaborasi pemberian pencahar
dan konsulatasi dengan ahli fisioterapi
DIAGNOSA : Harga diri rendah
Tujuan :
Klien menunjukan harga diri yang meningkat

Kriteria hasil :
a. Klien menyampaikan penerimaan terhadap
dirinya
b. klien mampu berkomunikasi dgn orang
terdekat
Intervensi :
a. Kaji tingkat persepsi & tingkat ketidakmampuan
b. Identifikasi tingkat kehilangan pada klien
c. Anjurkan klien u/ mengekspresikan perasaannya
d. Berikan pujian atas kemampuan klien
e. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan
f. Berikan dukungan terhadap kemampuan klien
g. Kolaborasi dengan psikoterapi
DIAGNOSA : resiko kambuh ulang atau Kurang
pengetahuan
Tujuan :
Pengetahuan klien bertambah/meningkat
Kriteria hasil :
a. klien mau berpartisipasi dalam proses
belajar
b. Klien mengungkapkan pemahaman tentang
kondisis dan program pengobatan

Intervensi :
a. Evaluasi tipe dan tingkat dari gangguan sensori
b. Diskusikan ttg kondisi patologi & kemungkinan
yg akan terjadi
c. Identifikasi factor resiko yang ada pada klien
d. Identifikasi tanda/gejala yg memerlukan perhatian
e. Diskusikan perencanaan di rumah
f. Buat rencana pengobatan
g. Kolaborasi dengan bagian rehabilitasi
DIAGNOSA: Ggn. Pemenuhan nutrisi.

Tujuan :
Klien manunjukan cara makan yang baik sesuai dengan
situasi,tidak terjadi aspirasi
Kriteria hasil :
a. klien mampu mempertahankan BB yang ideal
b. Napsu makan meningkat
Intervensi :
a. Kaji ulang kemampuan menelan klien
b. Timbang BB sc teratur sesuai dengan kebutuhan
c. Atur posisi klien saat makan dan setelah makan
d. Letakan makanan pada bagiab mulut yang tidak parise
e. Berikan makan secara bertahap dan perlahan
f. Anjurkan klien menggunakan sedotan saat minum
g. Penuhi kebutuhan nutrisi klien
h. Anjurkan kel memberikan makanan yg disukai o/ klien
( sesuai indikasi )
i. Kolaborasi dengan ahli gizi
DIAGNOSA: Resiko injury

Tujuan :
Klien terhindar dari injury/trauma

Kriteria hasil :
klien tenang,tidak gelisah,tidak ada cedera

Intervensi :
a. Pantau adanya kejang
b. Beri pengaman/penghalang tempat tidur
c. Pertahankan tirah baring
d. Beri obat penenang sesuai indikasi
Komplikasi

1. Komplikasi neurologi:
 Edema otak
 Vasospasme pembuluh darah otak.
 Hidrosephalus.
 Epilepsi
2. Komplikasi non neurologi:
 Edema paru
 Arithmia
 Hiperglikemia
 Komplikasi tirah baring lama: dekubitus, pneumonia,
kontraktur, thromboplebitis, dan atropi otot.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai