Anda di halaman 1dari 20

Definisi

• Menurut WHO (1998) diare adalah buang air besar encer atau
cair lebih dari tiga kali sehari .
• Diare didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang
BAB-nya (buang air besar) ditandai dengan perubahan bentuk
dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya, lazimya 3 kali
atau lebih dalam satu hari (DINKES, 2006).
Jenis- jenis diare
• Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang
meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau
cair dan bersifat mendadak datangnya; dan berlangsung
dalam waktu kurang dari 2 minggu
• Diare Persisten adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
Episode ini dapat di mulai sebagai diare cair atau disentri. penyebab
diare pada diare persisiten E.coli, Shigella, dan Criptosporidium.
• Diare kronik adalah diare yang diare yang berlangsung lebih dari 14
hari dan bukan disebabkan oleh non bakterial seperti penyakit
sensitive terhadap glutein dan gangguan metabolism yang
menurun. 1,2
Derajat Dehidrasi
• Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :
• Kehilangan BB
• Dehidrasi ringan ; menurun BB 0 - 5%
• Dehidrasi sedang : menurun BB 5 - 10%
• Dehidrasi berat : menurun BB > 10%
Etiologi
Patofisiologi
• Gangguan sekretorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit kedalam usus
halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh villi gagal sedangkan sekresi
klorida oleh sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya
adalah sekresi cairan yang mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit
dari tubuh sebagai tinja cair. Hali ini menyebabkan terjadinya dehidrasi. Pada
infeksi perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus
oleh toxin bakteri seperti toxin Eschericia coli dan Vibrio colera atau rotavirus
• Gangguan osmotik , mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat
dilewati air dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan
osmotik antara isi usus dengan cairan ekstrasellular. Dalam keadaaan ini
diare dapat terjadi apabila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan tidak
dapat diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air, dan
bahan yang larut didalamnya akan lewat tanpa diabsorsi sehingga terjadilah
diare .
• Gangguan motilitas usus, hiperperistaltik akan menyebabkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga
timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul
diare pula.
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
• Anak cengeng
• Gelisah
• Suhu tubuh naik
• Nafsu makan berkurang kemudian timbul diare.
• Tinja mungkin disertai lendir dan darah.
• Warna tinja makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan, Daerah
anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena sering deflkasi dan tinja yang asam
akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare.
• Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan
karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa
dan elektrolit.
• Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai gejala
dehidrasi mulai tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-
ubun cekung (bayi), selaput lender bibir dan mulut, serta kulit kering.
• Bila berdasarkan terus berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik dengan
gejala takikardi, denyut jantung menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba,
tekanan daran turun, pasien tampak lemah dan kesadaran menurun, karena
kurang cairan, deuresis berkurang (oliguria-anuria).
• Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat, nafas cepat dan dalam.
Pemeriksaan penunjang
• Feses
• Makroskopik (warna, konsistensi, darah(-/+), lendir (-/+) )
• Mikrokopik (leukosit, telur cacing )
• Darah (darah rutin, GDS, elektrolit.)
Diagnosa Banding
• Diare Akut
• Diare Persisten
• Diare Kronik
• Disentri
Kriteria Diagnosis
• Anamnesis
• Buang air besar lebih cair/ encer dari biasanya, frekuensi > 3 x / hari
• Dapat disertai darah (disentri)
• Dapat terjadi muntah , nyeri perut atau panas

• Pemeriksaan fisik
• Tanda dan gejala tanpa dehidrasi atau,
• Tanda dan gejala dehidrasi ringan sedang atau,
• Tanda dan gejala dehidrasi berat dengan atau tanpa syok
• Dapat disertai atau tidak tanda dan gejala gangguan keseimbangan
elektrolit dan atau gangguan keseimbangan asam basa.

• Laboratorium
• Feses : dapat disertai darah atau lender
• PH asam  diare osmotic
• Leukosit > 5 / LPB - disentri
• ELISA (bila memungkinkan untuk etiologi virus)
• Darah : Dapat terjadi gangguan elektrolit dan gangguan asam basa.
Penatalaksanaan
Komplikasi
• Komplikasi
• Dehidrasi (ringan, sedang, berat)
• Syok hipovolemik
• Hipokalemia/ dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
takikardia
• Hipoglikemi
• Kejang, yang biasanya disebabkan oleh hipogloikemik,
hiponatremi, hipernatremia.
• Malnutrisi energi protein (muntah dan mual bila lama/ kronik)
Pencegahan
• Memberikan ASI eksklusif selama 6bulandan diteruskan sampai 2
tahun
• Memberikan makanan pendamping ASIsesuai umur
• Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air
bersih yang cukup
• Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah
buang air besar
• Buang air besar di jamban
• Membuang tinja bayi dengan benar
Daftar Pustaka
• Departemen Kesehatan RI : Lintas Diare . 2011
• Behrman, Kliagman: Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Vol2 Jakarta
2000
• Budiarso, Aswita.dkk. Pendidikan Medik Pembatasan Diare Buku Ajar Diare
Pegangan Mahasiswa . Jakarta: Departement Kesehatan R.I PPM & PLP.
1999
• Data Direktorat Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan. Selasa,
25 Maret 2008. www.kompas.com
• Depatemen Kesehatan. Diare Pada Anak. www.depkes.go.id
• Ganna, Herry. Melinda, Heda. Ilmu Kesehatan Anak Pedoman Diagnosis
dan Terapi. Edisi 3. Bandung : 2005
• Gsianturi. Probiotik dan Prebiotik untuk Kesehatan. Senin , 28 Januari,
2002. www.gizinet.com
• Rampengan TH, Laurentz IR.. Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC 1993
• Putra, Sanjaya. Suraatmaja, Sudaryat. Dkk. Effect of probiotics
supplementation on acute diarrhea in infants: a randomized double blind
clinical trial. Paediatrica Indonesiana, Vol. 47, No. 4, July 2007
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai