Anda di halaman 1dari 26

Institut STIAMI

MK : Manajemen Perpajakan / Tax Management


Dosen : DR. H. J. KODERI, SE., MM., CTC
Bekasi, 30 Maret 2019 ke-3, (1)

Kuliah ke-3 :

2. Strategi Penghematan Pajak melalui pemilihan


Bentuk Usaha : (terusan ke-2)
d. Usaha Perseorangan;
e. Usaha Persekutuan :
e.1. Firma;
e.2. CV (Commanditaire Vennottschap);
e.3. Kongsi;
f. Rekomendasi tax planner;

Lengkapnya, sbb : - - - - - - - - -
Manajemen Perpajakan / Tax Management ke-3, (1.1)

Lengkapnya, sbb :
2.d.1. Usaha Perseorangan :
2.d.1.(1). PPh Wp. Orang Pribadi;
2.d.1.(2). Faktor Pengurang;
2.d.1.(3). Perbedaan tax rate (tarif pajak) dan Lapisan
Penghasilan Kena Pajak);
2.d.2. Tarif PPh Badan;
2.e.Usaha Persekutuan (Firma, CV., Kongsi) :
e.1.Firma : e.1.1. Prosedur Pendirian Firma (Fa);
e.1.2. Kelemahan dan Kelebihan Firma;
e.1.3. Perpajakan Firma;
e.2.CV (Commanditaire Vennottschap) :
e.2.1. Perlakuan Perpajakan bagi CV.;
(berdasarkan UU PPh Ps.6 dan Ps.4 ayat 3 huruf i).
e.3.Kongsi : e.3.1. Keuntungan dan Kerugian usaha bentuk
Kongsi;
e.3.2. Perlakuan Perpajakan bagi Kongsi;
(berdasarkan UU PPh Ps.6 dan Ps.4 ayat 3 huruf i).
e.4.Perhitungan pajak bagi Firma, CV, Kongsi;
2.f. Rekomendasi tax planner;
ke-3, (2)

2.d. Usaha Perseorangan :


 Usaha Perseorangan di Indonesia tidak ingin terikat seperti halnya dengan Badan
usaha yang lebih formal.
Diantaranya : Usaha perseorangan berdiri tanpa akte notaris.

 Namun dalam hal pemenuhan kewajiban perpajakannya tetap wajib ber NPWP .

 Bentuk usaha perseorangan, dapat berupa :


- Wartel;
- Salon kecantikan;
- Rumah makan;
- Usaha Dagang (UD); dsb.

 Terdapat perbedaan dalam menghitung pajak antara Wajib Pajak Orang Pribadi
(Wp. OP) dan Wajib Pajak Badan.

2.d.1.(1). PPh Wp. Orang Pribadi :


Dalam menghitung PPh Orang Pribadi, terdapat faktor pengurang, seperti :
PTKP (PenghasilanTidak Kena Pajak);
ke-3, (3)

2.d.1.(2). Dalam menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan dari Gaji / Upah (misalnya),
faktor pengurangnya, seperti : Biaya Jataban, juga PTKP.
(dalam menghitung PPh Badan, faktor-faktor pengurang tersebut
tidak ada).
2.d.1.(3). Terdapat perbedaan tax rate (tarif pajak), dan Lapisan Penghasilan Kena Pajak,
antara PPh Wp. Orang Pribadi dan PPh Badan.

(3).a. PPh Perseorangan / PPh Wp. Orang Pribadi, menggunakan tarif


Progresif dan Lapisan Penghasilan Kena Pajak, yaitu sbb :
Tarif Pajak Penghasilan (Tarif PPh) :
Pasal 17 UU No.36 Th.2008 tentang PPh, mengatur tentang :
Tarif PPh Ps.17 Ayat (1) : Tarif Pajak yang dikenakan atas Penghasilan
Kena Pajak, bagi : Wajib Pajak Orang Pribadi (Wp.OP)
Dalam Negeri, adalah sbb :
ke-3, (4)

LAPISAN PENGHASILAN KENA PAJAK TARIF PAJAK

Sampai dengan Rp.50.000.000,- 5 % (lima persen)

Di atas Rp.50.000.000,- s/d Rp.250.000.000,- 15 % (lima belas persen)

Pasal 17 Ayat (1).a. UU PPh


Di atas Rp.250.000.000,- s/d Rp.500.000.000,- 25 % (dua puluh lima
(3).b.persen)
PPh Badan : . . . . .

Di atas Rp.500.000.000,- 30 % (tiga puluh persen)


ke-3, (5)

2.d.2. Tarif PPh Badan :


Sedangkan Tarif PPh Badan, Ps.17 Ayat (1) huruf b UU No.36 Tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan : Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan
Bentuk Usaha Tetap (BUT), adalah
sebesar 28 % (tahun 2009);

Ayat (2) : Tarif tertinggi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a,
dapat diturunkan menjadi paling rendah 25 % yang diatur
dengan Peraturan Pemerintah;

Ayat (2a): Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,


menjadi 25%, yang berlaku sejak tahun 2010.

Secara sederhana . . . . . . . .
ke-3, (6)

 Secara sederhana, Beban Pajak yang harus ditanggung Wajib


Pajak Orang Pribadi dengan mengenakan pajak dengan tarif
progresif, adalah sbb :

Income tahun 2017 2.163.000.000,-


COGS 1.100.000.000,-
Gross Income 1.063.000.000,-
Operating Expenses 300.000.000,-
Net Income before tax 763.000.000,-
PTKP (Status kawin dengan 1 (satu) anak (*) 63.000.000,-
Net Income (Laba Neto sebelum pajak) 700.000.000,-
Tax / PPh Orang Pribadi (**) 155.000.000,-

(*). PTKP tahun 2017 (K/1) : (berdasarkan PMK No.101/PMK.010/2016) . . . . . . . . . . .


ke-3, (7)

(*). PTKP tahun 2017 (K/1) : (berdasarkan PMK No.101/PMK.010/


2016) :
- Wp. Sendiri - - - - - - - - = Rp. 54.000.000,-
- Kawin - - - - - - - - - - - = “ 4.500.000,-
- Tanggungan 1 anak - - = “ 4.500.000,-
Jumlah PTKP = Rp. 63.000.000,-

(**).PPh terutang :
Laba Neto = Rp. 700.000.000,-
PPh Orang Pribadi :
5 % x Rp. 50 jt - - - - - - - - - = Rp. 2.500.000,-
15 % x Rp.200 jt - - - - - - - - - = “ 30.000.000,-
25 % x Rp.250 jt - - - - - - - - - = “ 62.500.000,-
30 % x Rp.200 jt - - - - - - - - - = “ 60.000.000,-
Jumlah PPh terutang - - - - - - - = Rp.155.000.000,-
ke-3, (8)

 Jika dibandingkan antara :


* Laba setelah pajak atas usaha berbentuk PT. dengan
* Laba setelah pajak atas Usaha Perseorangan;
dengan PKP (Penghasilan Kena Pajak / Net Income Before Tax) sama besar,
yaitu = Rp.700.000.000,- terlihat sbb :
ke-3, (9)

terlihat sbb :

a. Usaha PT. :
* Pajak atas keuntungan / laba perusahaan (25%) - - - = Rp. 175.000.000,-
* Pajak atas dividen (10%) - - - - - - - - - - - - - - - - - - = “ 52.500.000,-
Total beban pajak atas usaha PT. - - - - - - - - - - - = Rp. 227.500.000,-
Berdasarkan perhitungan pada kuliah ke-2 (perhitungan PPh Badan dan PPh
atas Divien).

b. Usaha Perseorangan :
* Pajak atas usaha Perseorangan dengan tarif pajak
progresif (5%, 15%, 25%, dan 30%) - - - - - - - - - - - = Rp. 155.000.000,-

Dengan demikian, jika dilihat dari beban pajak antara Usaha berbentuk PT.
dengan usaha Perseorangan, terlihat bahwa :
Usaha Perseorangan yang lebih menguntungkan bagi investor atau bagi pengu –
saha Orang Pribadi, dibandingkan dengan usaha yang berbentuk PT. (dengan
contoh hitungan seperti di atas).
ke-3, (10)

2.e. Usaha Persekutuan (Firma, CV., Kongsi) :


e.1.Firma :
 Firma, adalah :
“Tiap – tiap perserikatan yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan di
bawah satu nama bersama”.

Oleh karena itu, Firma merupakan suatu persekutuan perdata dan termasuk
bagian dalam perusahaan serta dijalankan atas atas satu nama bersama.

 Firma (Fa), adalah :


* Suatu Persekutuan Perdata yang menyelenggarakan perusahaan atas nama bersama
dan masing - masing sekutu dapat mengikatkan Firma dengan pihak ketiga, dan
mereka masing – masing bertanggung jawab atas seluruh utang Firma secara
tanggung menanggung. (Ps.16 s.d. 18 KUHD)

 Firma, terbentuk sejak adanya kata sepakat secara lisan atau tertulis antara para
sekutu, baik dengan akta autentik maupun akta dibawah tangan.
ke-3, (11)

> Persekutuan Firma, mempunyai unsur – unsur khusus, yaitu :


- Selalu membuat pembukuan;
- Pendaftaran perusahaan;
- Mempunyai nama bersama dari nama sekutu;
- Sifat pertanggung jawaban, bersifat tanggung menanggung atau bersifat pribadi
untuk keseluruhan; dan
- Pada asasnya, tiap – tiap sekutu dapat mengkatkan Firma dengan pihak ketiga.
(Ps.18 KUHD)

e.1.1. Prosedur Pendirian Firma (Fa) :


a). Adanya akta pendirian persekutuan yang dipersyaratkan dengan akta autentik
yang dibuat oleh notaris.
b). Akta pendirian tersebut harus didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
dalam daerah hukum di mana persekutuan firma berdomisili.
c). Setelah dilakukan pendaftaran, akta pendirian tersebut dimuat dalam Berita
Negara RI, tidak diperlukan adanya pengesahan dsri Kementerian Hukum dan
HAM.
ke-3, (12)

e.1.2.Kelemahan dan Kelebihan Firma :


a). Kelebihan Firma :
1. Prosedur pendirian relatif mudah, baik dengan akte atau tidak memerlukan
akta pendirian;
2. Mempunyai kemampuan finansial yang lebih besar, karena gabungan modal
yang dimiliki beberapa orang; Dan kebutuhan modal lebih mudah terpenuhi.
3. Keputusan bersama dengan pettimbangan seluruh anggota firma, sehingga
keputusan menjadi lebih baik;
4. Kemampuan manajemen lebih besar, karena ada pembagian kerja diantara
para anggota;

b). Kelemahan Firma :


1. Utang – utang perusahaan ditanggung oleh kekayaan pribadi para anggota
firma;
2. Kelangusngan hidup perusahaan tidak terjamin, sebab bila salah seorang
anggota keluar, maka firma akan bubar;
3. Tanggung jawab pemilik tidak terbatas;
4. Kerugian yang disebabkan oleh seorang anggota, harus ditanggung bersama
anggota lainnya.
ke-3, (13)

e.1.3. Perpajakan Firma :


 Sebagai sebuah badan usaha, Firma berkewajiban untuk mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP, yang terpisah dengan kewajiban para pemiliknya.

 Keuntungan usaha, merupakan Penghasilan Firma yang dikenai pajak.

 Sedangkan Penghasilan seorang investor dari penanaman modal di Firma, adalah :


Penghasilan berupa pembagian laba.

 Dan apabila seorang investor juga aktif menjalankan usaha, investor dapat saja
menerima tambahan penghasilan lain, berupa : Gaji dan tunjangan lain.
ke-3, (14)

e.2. CV (Commanditaire Vennottschap) :


 CV (Commanditaire Vennottschap), merupakan persekutun yang diadakan antara
seorang sekutu atau lebih yang bertanggung jawab secara pribadi untuk seluruhnya
(sekutu aktif) dengan seorang atau lebih sebagai sekutu yang hanya memberikan
modal (sekutu pasif / komanditer / silent partner).
 Sekutu aktif, bertanggung jawab sampai dengan harta pribadi; sednngkan
 Sekutu pasif, hanya bertanggung jawab sebesar modal yang telah disetorkan kepada
CV. ybs.
 CV., merupakan persekutuan yang tidak berbadan hukum.
 CV., harus memiliki Anggaran Dasar (AD) yang setidaknya memuat tentang :
- Nama Persekutuan;
- Keududkan hukumnya;
- Maksud dan tujuan pendirian;
- Mulai dan berakhirnya persekutuan;
- Modal persekutuan;
- Penunjukan sekutu komplementer / sekutu aktif (*), dan sekutu komanditer;
- Hak dan kewajiban;
- Tanggung jawab masing – masing sekutu;
- Pembagian keuntungan dan kerugian.

 Sekutu komanditer, berhak mendapat keuntungan sebanding dengan jumlah


pemasukan.
ke-3, (15)

(*). Sekutu komplementer / sekutu aktif, adalah :


* Sekutu yang aktif menjadi pengurus persekutuan, menjalankan perusahaan dan
berhubungan dengan pihak ketiga.

e.2.1. Pajak bagi CV. :


 Pengaturan pajak bagi CV, diatur dalam UU PPh Pasal 6 dan Pasal 4 ayat (3) huruf i.
 Pengenaan pajak atas CV, hanya dikenakan sekali pada level Net Income Perseroan.
 Ketika didistribusikan kepada pihak penanam modalnya, tidak dikenakan pajak.

UU No.7 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
UU No.38 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, menegaskan bahwa :

Dalam Pasal 4 ayat (3) huruf i, sbb :


“Yang dikecualikan dari objek pajak”, adalah :
i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham – saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.
ke-3, (16)

Dalam Penjelasannya (Pasal 4 ayat (3) huruf i), sbb :


Untuk kepentingan pengenaan pajak,6
badan – badan sebagaimana disebut dalam
ketentuan ini yang merupakan himpunan para anggotanya dikenai pajaksebagai
satu kesatuan, yaitu : pada tingkat badan tersebut. Oleh karena itu, bagian
laba yang diterima oleh para anggota badan tersebut, bukan lagi merupakan
objek pajak.

e.3. Kongsi :
 Kongsi merupakan asosiasi dari dua orang atau lebih, yang bertindak sebagai pemilik
bersama dari sebuah bisnis.
 Ayat – ayat perjanjian dari kongsi biasanya dirumuskan untuk menentukan
sumbangan masing – masing rekanan kepada bisnis.
ke-3, (17)

C.3.1. Keuntungan dan Kerugian usaha bentuk Kongsi :


(a). Keuntungan Kongsi :
1. Formalitas hukum dan pengeluaran – pengeluaran lebih sedikit dibandingkan
dengan persyaratan – persyaratan dalam pendirian perseroan;
2. Para rekanan termotivasi untuk menerapkan kemampuan terbaik karena ikut
mendapatkan laba;
3. Memiliki keterampilan yang lebih luas dibandingkan firma;
4. Pengambilan keputusan lebih luas dibandingkan perseroan;

(b). Kerugian :
1. Terdapat kewajiban tak terbatas bagi seorang rekanan;
2. Dapat berakhir kapan saja dan dapat dilanjutkan dengan membentuk kongsi
baru;
3. Kongsi relatif lebih sukar untuk memperoleh modal dalam jumlah besar
dibandingkan perseroan;
4. Rekanan merupakan agen bisnis itu dan tindakan mereka mengikat rekanan lain.
ke-3, (18)

e.3.2. Pajak bagi Kongsi :


 Kewajiban perpajakan bagi usaha bentuk Kongsi, sama halnya dengan Firma,
Perkumpulan, Persekutuan, Pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif,
dikenakan pada tingkat badan.

 Dalam Pasal 4 ayat (3) huruf i, sbb :


“Yang dikecualikan dari objek pajak”, adalah :
i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham – saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.

> Kemudian dalam Penjelasannya (Pasal 4 ayat (3) huruf i), sbb :
Untuk kepentingan pengenaan pajak, badan – badan sebagaimana disebut dalam
ketentuan ini yang merupakan himpunan para anggotanya dikenai pajak sebagai
satu kesatuan, yaitu : pada tingkat badan tersebut. Oleh karena itu, bagian
laba yang diterima oleh para anggota badan tersebut, bukan lagi
merupakan objek pajak.
ke-3, (19)

e.4.Perhitungan pajak bagi Firma, CV, Kongsi :


* Ketiga bentuk usaha ini (Firma, CV, Kongsi), dikenai pajak sebagai suatu kesatuan,
oleh karena itu bagian laba yang diterima oleh para anggota badan tersebut, bukan
merupakan objek pajak. (UU PPh Pasal 4 ayat (3) huruf i).

 Ilustrasi penghitungan pajak terutang atas jenis usaha Firma, CV, dan Kongsi, sbb :

Income tahun 2017 Rp. 60.000.000.000,-


COGS / HPP “ 58.800.000.000,-
Gross Income Rp. 1.200.000.000,-
Operating Expences “ 500.000.000,-
Net Income bifore tax Rp. 700.000.000,-
Corporate tax (PPh Badan) 25% Rp. 175.000.000,-
Net Income after tax Rp. 525.000.000,-

 Pada saat penghasilan neto tersebut ditransfer ke pemilik modal, maka atas
pembagian keuntungannya tidak dikenai pajak lagi, sbb : . . . . . . . .
ke-3, (20)

Net Income before tax Rp. 700.000.000,-

Corporate Tax (PPh Badan) 25% Rp. 175.000.000,-

Net Income After Tax Rp. 525.000.000,-

Pajak atas bagian laba 0 % Rp. 0,-

Return yang diterima pemegang Rp. 525.000.000,-


saham
% tase Beban Pajak (Total Tax / (Rp.175 jt : Rp. 700 jt) x 100% = 25%
Net Income)

 Dengan demikian, secara total, investor akan terbebani pajak atas keuntungan yang
diperoleh dari badan usaha CV / Firma / Kongsi, tersebut sebesar 25%.

 Bila dibandingkan dengan bentuk usaha PT., persentase beban pajak investor CV. /
Firma/Kongsi, dengan payung hukum UU PPh No.36 Tahun 2008, ternyata lebih ren -
dah dari badan hukum berbentuk PT. (persentase Badan Usaha PT. sebesar 32,5%.
ke-3, (21)

 Demikian juga, secara nominal keuntungan (return) yang diberikan kepada pemegang
saham, adalah Lebih Besar yang diterima oleh Pemilik modal Persekutuan (sebesar
Rp.525 jt), dibanding degan pemegang saham PT. (sebesar 472,5 jt), sbb :

Net Income before tax Rp. 700.000.000,-

Corporate Tax (PPh Badan) 25% Rp. 175.000.000,-

Net Income After Tax Rp. 525.000.000,-

Pajak atas Dividen 10% (PPh Final) Rp. 52.500.000,-

Return yang diterima pemegang saham Rp. 472.500.000,-

% tase Beban Pajak (Total Tax / Net (Rp.175.000.000,- + Rp. 52.500.000,-) /


Income Rp. 700.000.000,- x 100% = 32,5%
ke-3, (22)

 Secara komparatif, beban pajak yang harus ditanggung investor dari ketiga bentuk
bisnis tersebut, sbb :

PT. Persekutuan Perseorangan


(CV., Firma,
Kongsi))
Net Income Rp.700.000.000,- Rp.700.000.000,- Rp.700.000.000,-

Beban Pajak (Rp.) Rp.227.500.000,- Rp.175.000.000,- Rp.155.000.000,-

Beban Pajak (%) 32,5% 25% 22,14%


(227jt / 700 jt) (175 jt / 700 jt) (155 jt / 700 jt)
ke-3, (23)

2.f. Rekomendasi tax planner :


 Dengan demikian, tax planner dapat merekomendasikan,
jenis usaha apa kah yang akan diambil oleh para pemodal /
para pembisnis :
* Apakah :
bentuk usaha PT. ?
bentuk usaha CV / Firma / Kongsi ? atau
Perseorangan ?

berdasarkan contoh – contoh perhitungan pada e.4. di atas.

Sekian dan kerjakan soal . . . . . . . .


ke-3, (24)

Soal untuk dikerjakan :


Hitung :
1).1. Beban pajak masing – masing jenis usaha, yaitu :
(a). Bntuk PT. (Perseroan Terbatas);
(b). CV. (Commanditaire Vennottschap); dan
(c).. Bentuk usaha perseorangan (Status TK/0);
dengan posisi Net Income Before Tax (Laba Neto sebelum pajak) masing –
masing sama besar, yaitu sebesar Rp. 70.000.000.000,- untuk tahun pajak
2018.
Rekomenasi :
1).2. Berdasarkan perhitungan – perhitungan pada angka 1).1. di atas, bentuk
jenis usaha apa yang direkomendasikan oleh Tax Planner kepada investor /
pemodal ?
Alasan :
1).3. Berikan alasan Tax Planner sehubungan dengan rekomendasinya pada
angka 1).2.
ke-3, (23)

Anda mungkin juga menyukai