Anda di halaman 1dari 50

STUNTING DAN

PENANGGULANGANNYA

Holil M. Par’i, SKM, M.Kes

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


JANUARI 2020
STATUS GIZI
KONSEP STATUS GIZI MENURUT HABICHT (1979) :

 NUTRIENT/ZAT GIZI ADALAH ZAT-ZAT MAKANAN YANG


DIPERLUKAN OLEH TUBUH UNTUK BERBAGAI PROSES :
PERTUMBUHAN, AKTIVITAS, PEMELIHARAAN PROSES
BIOLOGIS, PENYEMBUHAN PENYAKIT, DAYA TAHAN TUBUH.
 NUTRITUR/NUTRITION/GIZI ADALAH : KESEIMBANGAN
ANTARA ZAT GIZI YANG MASUK KE DALAM TUBUH (INTAKE)
DAN YG DIGUNAKAN UNTUK KEPERLUAN PROSES :
PERTUMBUHAN, AKTIVITAS, DAN LAINNYA (DR SEGI
KUANTITAS MAUPUN KUALITAS).
 STATUS GIZI (NUTRITION STATUS) ADALAH : KEADAAN
YANG DIAKIBATKAN OLEH KESEIMBANGAN ANTARA
ASUPAN DAN KEBUTUHAN ZATGIZI OLEH TUBUH.
 INDIKATOR STATUS GIZI ADALAH TANDA-TANDA YANG
DAPAT MEMBERIKAN INDIKASI TENTANG STATUS GIZI
SESEORANG.
Gizi Seimbang = Gizi Baik

Asupan zat gizi Kebutuhan zat gizi

Asupan zat gizi SESUAI kebutuhan zat gizi


ZAT GIZI YG ZAT GIZI YG STATUS GIZI YG
MASUK DIPERLUKAN DIHASILKAN

GIZI KURANG

GIZI BAIK

GIZI LEBIH
STUNTING :

• Salah satu masalah gizi dimana anak menga-


lami gangguan pertumbuhan panjang/tinggi
badan, sehingga anak lebih pendek dari anak-
anak seusianya.
• Nilai z skor TB/U <-2 SD
Anak perempuan usia 41 bln TB idealnya 98,4 cm dan BB ideal 14,8 kg; Anak
perempuan usia 43 bln TB idealnya 99,7 cm dan BB iealnya 15,2 kg (WHO, 2005)
Stunting :
 Salah satu indikasi yang menunjukkan bahwa
anak mengalami gangguan pertumbuhan.
 Jaringan tubuh tidak tumbuh semestinya.
 Jaringan otak tidak tumbuh optimal bodoh
 Jaringan tulang tidak tumbuh optimal
pendek.
 Jaringan pancreas, jantung, arteri tumbuh tidak
penyakit degeneratif
 Anak tumbuh ttp pertumbuhannya tidak optimal.
Indikator Standar Pertumbuhan Anak
WHO 2005, diantaranya adalah :

Berat badan menurut umur (BB/U).


Tinggi badan menurut umur (TB/U).

Berat badan menurut tinggi badan


(BB/TB).
Indeks masa tubuh menurut umur
(IMT/U).
CARA PENILAIAN STATUS GIZI
DENGAN STANDAR WHO 2005
ATAU WHO 2007

ACUAN BERDASARKAN KEPMENKES


RI, TH 2010
Kategori
INDEKS STATUS GIZI AMBANG BATAS *)
Gizi Lebih > 2 SD
Berat badan menurut umur
Gizi Baik - 2 SD sd 2 SD
(BB/U)
Umur 0 – 60 bln Gizi Kurang - 3 SD sd < - 2 SD
Gizi Buruk < - 3 SD
Panjang / Tinggi badan menurut Tinggi > 2 SD
umur
Stunting=
Normal - 2 SD sd 2 SD pendek+sangat
(PB/U atau TB/U)
Umur 0 – 60 bln Pendek - 3 SD sd < - 2 SD pendek
Sangat Pendek < - 3 SD
Gemuk > 2 SD
Berat badan menurut tinggi
Normal - 2 SD sd 2 SD
badan (BB/TB)
Umur 0 – 60 bln Kurus - 3 SD sd < - 2 SD
Sangat Kurus < - 3 SD
Gemuk > 2 SD
Indeks Massa Tubuh menurut Umur
Normal - 2 SD sd 2 SD
(IMT/U)
Umur 0 – 60 bln Kurus - 3 SD sd < - 2 SD
Sangat Kurus < - 3 SD
Obesitas > 2 SD
Indeks Massa Tubuh menurut Umur Gemuk > 1 SD sd 2 SD
(IMT/U)
Normal -2SD sd < 1 SD
Umur 5 th – 18 th
Kurus - 3 SD sd < - 2 SD
Sangat Kurus < - 3 SD
*) SD = Standar Deviasi
Contoh
STANDAR PERTUMBUHAN WHO 2005 TINGGI BADAN MENURUT UMUR
ANAK PEREMPUAN USIA 2 - 5 TH
Z skor (tinggi dalam cm)
Bulan
- 3 SD - 2 SD - 1 SD Median 1 SD 2 SD 3 SD
30 80.1 83.6 87.1 90.7 94.2 97.7 101.3
31 80.7 84.3 87.9 91.4 95.0 98.6 102.2
32 81.3 84.9 88.6 92.2 95.8 99.4 103.1
33 81.9 85.6 89.3 92.9 96.6 100.3 103.9
34 82.5 86.2 89.9 93.6 97.4 101.1 104.8
35 83.1 86.8 90.6 94.4 98.1 101.9 105.6
36 83.6 87.4 91.2 95.1 98.9 102.7 106.5
37 84.2 88.0 91.9 95.7 99.6 103.4 107.3
38 84.7 88.6 92.5 96.4 100.3 104.2 108.1
39 85.3 89.2 93.1 97.1 101.0 105.0 108.9
40 85.8 89.8 93.8 97.7 101.7 105.7 109.7

1. Seorang balita perempuan bernama Ani yang berumur 40 bulan


mempunyai tinggi badan 107,5 cm. Maka status gizi Ani berdasarkan
indikator TB/U tergolong tinggi, karena lebih tinggi dari 105,7 cm ( batas
nilai 2 SD).
2. Seorang balita perempuan bernama Irma yang berumur 30 bln mempunyai
tinggi badan 82,5 cm. Maka status gizi Irma tergolong pendek, karena
tinggi badan Irma lebih pendek dari 83,6 cm (batas nilai – 2 SD), tetapi
lebih tinggi dari 79,5 cm (batas nilai – 3 SD). Irma tergolong stunting.
SIFAT STATUS GIZI

MUTU SDM
RENDAH

Kronis
(STUNTING)
TB/U
Status gizi
(antropometri)
ANGKA
Akut KESAKITAN,
KEMATIAN
(KURUS) TINGGI
BB/TB
HASIL PSG THN 2017

Prevalensi status gizi balita Indonesia


 Masalah gizi akut : 9,5%
 Masalah gizi kronis : 29,6%.

Prevalensi status gizi balita di propinsi Jawa Barat


 Masalah gizi akut : 6,4%.
 Masalah gizi kronis : 28,7%.

Prevalensi Balita di kab Subang


 Masalah gizi akut : 8,2%,
 Masalah gizi kronis : 25,2%
GRAFIK
PERSENTASE BALITA STUNTING
BERDASARKAN KAB/KOTA DI JAWA BARAT, (PSG, 2017)
50

45 43.1

40 38.2 38.7
37.2
35.7
35 33.4 34.1
29.9 30.2 30.8
30 27.8 28.1 28.3 28.3 28.7 29
27.7
26.1 26.5
25 25.2 25.6 25.8 25.8
25 23.2 23.5

20
14.9 15
15

10

0
PREVALENSI STUNTING BALITA :
 Di Indonesia (Riskesdas) :
 34,6% (2010);
 37,2 % (2013);
 30,8% (2018)
 Target : 20 %
Jepang : 7,1% (2010)
 Malaysia :17% (2014)
 Thailand :16%
 Singapura :4%
PEMERINTAH PUSAT:
STUNTING SBG MASALAH
KESEHATAN NASIONAL

100 KAB/KOTA LOKUS


STUNTING (BAPPENAS 2018)

JAWA BARAT
13 KAB/KOTA LOKUS STUNTING
AKIBAT STUNTING PADA BALITA

 Gangguan perkembangan fungsi kognitif,

 Prestasi belajar rendah,

 Kurang berpendidikan
 Menjadi orang dewasa yang pendek (Bosch
2008)
 Setelah dewasa mudah terserang penyakit
degeneratif (jantung, DM, hipertensi, dll).
DAMPAK GIZI KURANG PADA PERKEMBANGAN OTAK
PERTUMBUHAN OTAK
Dewasa

Usia 5 tahun

Usia 2 tahun

1.4 KG
90% berat otak dewasa

Lahir
70% berat otak
dewasa

25% berat otak dewasa


PENYEBAB STUNTING
Stunting

Penyebab
Asupan Gizi Infeksi
langsung

Lingkungan so- Lingkungan Lingkungan


Ketahanan pangan
sial (norma, ma- kesehatan (ak- Pemukiman
(ketersediaan,
kanan bayi dan Penyebab tidak
keterjangkauan, ses, pelaya- (air, sanitasi, langsung
anak, higiene,
dan akses pangan nan preventif kondisi
pendidikan,
bergizi) dan kuratif) bangunan)
tempat kerja)

Pendapatan dan kesenjangan ekonomi, perdagangan, urbanisasi,


Proses
globalisasi, sistem pangan, perlindungan sosial, sistem kesehatan,
pembangunan pertanian dan pemberdayaan perempuan

Komitmen politis dan kebijakan pelaksanaan aksi, kebutuhan Prasyarat


dan tekanan untuk implementasi, tata kelola keterlibatan antar Pendukung
lembaga pemerintah dan non pemerintah untuk implemetasi

Sumber : UNICEF 1997, IFPRI 2016, BAPPENAS 2018


Tingkat Pendapatan keluarga
Balita, kec Leles 2019

Tingkat pendapatan Frequency Percent Tingkat Pendidikan Ibu


Balita, kec Leles 2019
< Rp1.000.000 102 27,9

Rp1.000.000 - Rp2.000.000 208 57,0


Tingkat Pendidikan Frequency Percent
Rp3.000.000 - Rp4.000.000 43 11,8
Tidak Tamat SD
18 4,9
> Rp5.000.000 12 3,3
Tamat SD
161 44,1
Total 365 100,0 Tamat SMP
109 29,9
Tamat SMA
72 19,7
Tamat Perguruan Tinggi
5 1,4

Total
365 100,0
Sumber :Laporan PKL
mhs Jur Gizi, 2019
SEBARAN DESA BERDASARKAN SEBARAN DESA BERDASARKAN PERSEN
KEPADATAN PENDUDUK KAB BANDUNG DANA DESA UTK STUNTING/KESEHATAN
BARAT, 2019 KAB BANDUNG BARAT, 2029

Kisaran
Kepadatan Jumlah desa Persen Kisaran Persentase
Penduduk/km2 Dana Desa untuk Jumlah desa Persen
Stunting

Kurang 817 jiwa 41 24,8

Kurang dari 2,0% 41 24,8


817-1341 jiwa 42 25,6
2,0-4,5% 42 25,5
1342-2760 jiwa 41 24,8
4,6-13,2% 13 7,9
Lebih dari 2760
41 24,8
jiwa Lebih dari 13,2% 69 41,8

Total 165 100,0 Total 165 100,0

Rata2 kepadatan penduduk 2312 jiwa/km2 Rata2 persen dana desa utk stunting/
dengan kisaran 169 jiwa/km2 sampai kesehatan sebesar 8,0% dengan kisaran
16.431 jiwa/km2. 0% sampai 47,3%.
PARAMETER ANTROPOMETRI
UNTUK MENGUKUR PERTUMBUHAN

 Berat badan
 Tinggi badan
1. BERAT BADAN
MENGGAMBARKAN JUMLAH PROTEIN, LEMAK,
AIR DAN MINERAL TUBUH.
SBG PARAMETER ANTROPOMETRI KARENA :

1. Perubahan BB mudah terlihat dlm waktu


singkat

2. Menggambarkan status gizi sekarang

3. Pengukurannya mudah dilakukan

4. Alat pengukur mudah di dapatkan


SYARAT ALAT TIMBANG BB

1. MUDAH DIGUNAKAN DAN DIBAWA


2. MUDAH DIDAPATKAN DAN MURAH
3. KETELITIAN 0,1 KG
4. SKALA MUDAH DIBACA
5. CUKUP AMAN
JENIS ALAT TIMBANG

 DACIN,
 TIMBANGAN DETECTO
 BATH ROOM SCALE (timbangan kamar mandi)
 DIGITAL : CAMRY, SECCA
TIMBANGAN INJAK DIGITAL
PROSEDUR PENIMBANGAN
1. Letakan alat ukur (timbangan digital) pada permukaan yang
rata dan keras dan tempat yang terang untuk memudahkan
pembacaan.
2. Periksa apakah baterei timbangan masih berfungsi baik,
dengan cara menyalakan ‘conektor’. Jika pada layar
penunjuk terbaca angka 0.00 atau OK artinya bateri masih
berfungsi dengan baik. Tetapi jika terbaca ‘ERROR’ atau
‘BATT’ (pada SECA SCALA), berarti baterei harus diganti.
3. Pengukur berdiri disamping kanan depan “timbangan”,
meminta klien untuk melepaskan sepatu/alas kaki, jaket,
topi, dan/atau pakaian untuk ditanggalkan.
4. Nyalakan ‘conector’ dan tunggu sampai angka menunjukkan
0.00 atau OK.
LANJUTAN
5. Persilahkan klien naik ke atas timbangan tepat di tengah
tempat injakan. Atur posisi agar berdiri tegak lurus dan
mata menghadap ke depan & tidak bergerak-gerak.
6. Pastikan bahwa klien tidak menyentuh /disentuh/
tersentuh sebelum pembacaan hasil penimbangan.
7. Baca hasil penimbangan setelah terbaca OK pada conector
dan kemudian catat dengan teliti.
8. Persilakan klien untuk turun, dan mengenakan kembali
sepatu/sandal.
9. Ucapkan terima kasih kepada klien, dan sampaikan bahwa
pengukuran telah selesai.
2. TINGGI BADAN /PANJANG BADAN

 PARAMETER STATUS GIZI MASA YG LALU


 MERUPAKAN PARAMETER PERTUMBUHAN LINIER
 KETELITIAN ALAT UKUR 0,1 CM
 0 – 2 TH DG UKURAN PANJANG BADAN
 > 2 TH DG MIROTOICE

Istilah Panjang Badan dan Tinggi Badan


PANJANG BADAN adalah istilah atau terminologi yang dipakai bila anak diukur
BERBARING (atau anak belum dapat berdiri)

TINGGI BADAN adalah istilah atau terminologi yang dipakai bila anak diukur
BERDIRI (atau anak sudah dapat berdiri)
ALAT UKUR TINGGI / PANJANG BADAN

 Alat ukur panjang badan


 Microtoise (alat ukur tinggi badan)
ALAT UKUR TINGGI BADAN (MICROTOISE)

PROSEDUR PENGUKURAN TINGGI BADAN ANAK DENGAN MICROTOISE


1. Cari lantai yang datar/letakan papan alas pada
permukaan yang rata dan keras sebagai tempat
pijakan klien.
2. Pasang mikrotois pada dinding atau tiang yang tegak
lurus 900 dengan lantai/ papan alas.
3. Pastikan bahwa mikrotois telah terpasang dengan
stabil dan titik 0 (nol) tepat pada lantai / papan
pijakan.
4. Klien diminta untuk melepaskan sepatu/alas kaki
dan asesoris pada rambut yang dapat mengganggu
pengukuran. Klien dipersilakan untuk naik ke papan
alas dan menempel membelakangi dinding.
5. Aturlah telapak kaki klien agar menapak sempurna
pada lantai/papan alas tepat ditengah dan tumit
menyentuh sudut dengan dinding. Pastikan bahwa
kaki klien lurus serta tumit dan betis menempel
pada dinding.
LANJUTAN

6. Atur pandangan klien lurus ke depan dan berdiri


tegak lurus. Letakkan tangan kiri pengukur pada
dagu klien. Pastikan bahwa bahu klien lurus dan
tegak, tangannya disamping, serta belakang kepala,
rentang bahu dan bokong tepat menempel pada
dinding.
7. Turunkan perlahan-lahan batas kepala mikrotois
sampai puncak kepala. Pastikan bahwa pengukur
menekan (dengan lembut) rambut klien.
8. Periksa posisi anak, ulangi satu persatu bilamana
perlu.
9. Bila posisi anak telah benar, baca tinggi badan (TB)
klien dengan akurasi 0,1 cm. Pindahkan kembali
batas kepala, lepaskan tangan kiri dari dagu klien.
10. Segera catat hasil pengukuran dan klien dipersilakan
untuk turun dari papan alas, dan ucapkan terima
kasih.
Tempat paku atau perekat untuk
menempelkan alat ke dinding

Pita pengukur tinggi badan


Sisi siku-siku yang menempel

Jendela pembaca angka


tinggi badan anak
ke dinding

Sisi siku-siku yang menempel


ke kepala anak
5. Pakukan atau rekatkan ujung
pita ke dinding
CARA MEMASANG MICROTOISE

4. Tarik pita ke atas menempel di dinding sampai


pada jendela baca menunjukkan angka NOL
2. Pilih dinding yang rata dan
tegak lurus ke lantai

1. Pilih lantai yang rata

3. Letakkan microtoise dgn bagian yang


akan menempel pada kepala anak
rapat di lantai
CARA MENGUKUR TINGGI BADAN

3. Gerakkan microtoise
sampai menempel di
2. Bagian belakang kepala, punggung dan
kepala anak dan baca
tumit menempel raopat ke dinding
angka pada jendela baca

1. Anak berdiri tegak


membelakangi dinding
dengan pandangan
ke depan
ALAT UKUR PANJANG BADAN ANAK

PROSEDUR PENGUKURAN

1. Letakan alat pada permukaan yang datar, kemudian


buka/rangkai alat dengan benar.
2. Tarik papan penggeser sampai menempel rapat ke
dinding tempat menempelnya kepala.
3. Putar sekrup pengatur skala sampai angka
menunjukkan NOL.
4. Tidurkan bayi/anak pada alat dengan posisi kepala
menempel pada dinding papan atas.
LANJUTAN

5. Atur posisi anak agar belakang kepala, punggung, pantat


dan tumit menempel papan.
6. Asisten memegang bagian kepala anak agar menempel
dinding bagian atas alat.
7. Tangan kiri pengukur menekan pergelangan kaki anak,
dan tangan kanan menggeser alat sampai menekan
telapak kaki bayi/anak.
8. Baca hasil ukur dalam akurasi 0,1 cm, dan segera catat.
9. Persilakan anak untuk turun, dan ucapkan terima kasih.
Dinding tempat kepala Alas papan tempat anak dibaringkan
anak menempel
Jendela untuk membaca angka
Dinding samping panjang badan anak

Microtoise

Pita pengukur
Sekrup penyetel
Papan penggerak tempat angka NOL pada
Dinding samping bertumpu Microtoise Microtoise
Cara Mengukur Panjang Badan Anak

Telapak kaki tegak


Kepala menempel pada menempel pada
diding belakang papan penggeser
Punggung dan lutut, tumit
menempel pada alas

Posisi kepala, badan dan kaki


Baca angka panjang badan anak
harus lurus
melalui jendela pembaca pada
Microtoise
CATATAN PENTING :
 Seorang anak usia 20 bulan, tetapi sudah
lincah dan dapat berdiri dengak tegak
sempurna. Anak ini dapat diukur dengan
mikrotoise (berdiri), hasilnya untuk diubah
menjadi panjang dengan cara ditambah (+)
0,7 cm.
 Sebaliknya seorang anak usia 30 bln tetapi
masih lemah dan tidak dapat berdiri dengan
tegak, maka diukur dengan tidur, hasilnya
diubah menjadi tinggi dengan cara dikurangi
(-) 0,7 cm.
SELAMATKAN MASA DEPANNYA,
MARI CEGAH STUNTING BERSAMA

Anda mungkin juga menyukai