&
WIRYATNO
• Definisi yang dikemukakan ini bisa menggambarkan sikap
keteguhan hati. Namun sifat-sifat konsisten ini bisa
dilakukan oleh seorang berwatak suci dan seseorang
yang berwatak buruk seperti anggota Mafia.
• Anggota Mafia tidak mau menyampaikan kejahatan yang
dilakukan oleh anggota Mafia, walaupun dia disiksa
secara fisik.
• Seorang Lawyer tidak mengatakan hal sebenarnya demi
memenangkan perkara kliennya.
• Dari segi filosofis integritas bisa terkait dengan aspek yang tidak
ada hubungannya dengan moralitas. Konsisten terhadap janji
adalah indikasi dari integritas walaupun janji itu secara moral
belum tentu baik.
• Bauman (2011) membedakan antara integritas substantif (
Substantive integrity) yang mengandung komitmen pada nilai-nilai
moral , dan integritas formal ( formal integrity) yang juga
mengandung komitmen tetapi tidak selalu komitmen nilai-nilai
moral.
• Pembahasan topik Integritas ini sebaiknya berfokus pada
Substantive integrity sesuatu yang terkait dengan moralitas yang
secara operasional bermanfaat untuk kemajuan bangsa Indonesia.
• Ada dua jenis integritas yakni:
• substantive integrity , integritas yang terkait dengan
komitmen moral
• formal integrity menuntut adanya komitmen , tidak harus
komitmen moral.
• Orang yang memiliki integritas bisa membedakan antara hal yang patut dan
hal yang tidak patut bila menghadapai situasi tertentu. Dia tidak akan
melakukan sesuatu yang dianggap tidak patut, karena ini kan menjadi sebuah
beban mental.
• Kemampuan untuk menilai mana yang benar dan salah secara moral (bukan
secara hukum) baru mungkin terjadi kalau seseorang memiliki pengetahuan
tentang norma dan prinsip-prinsip hidup bermaysarakat yang didasarkan pada
hal yang patut dan tidak patut. inilah yang disebut dengan pengetahuan moral
(moral knowledge):
• Lickona (2001) berpendapat bahwa justifikasi moral (moral
reasoning) adalah aspek kognitif dari karakter yang baik
yang menggiring orang orang untuk berbuat sesuai dengan
tata-nilai yang baik.
• Ahli lain, Rust (1999) and Carter (1996) juga beranggapan
bahwa kemampuan membuat pernilaian berbasis moral
adalah bagiian dari integritas
• Kecerdasan Moral terdiri atas pengetahuan tentang moral
dan justifikasi moral. Orang harus tahu mana hal yang benar
dan salah tidak hanya secara hukum, tapi mana yang pantas
dilakukan untuk kemanusiaan.
• The cognitive process of comparing and aligning personal and
universally accepted values further implies a sense of myself-
knowledge or self-understanding:
• Menurut Simons (2002) integritas adalah kemampuan
untuk membuat pertimbangan dan pernilaian diri sendiri
terhadap tata-nilai universal dan prinsip-prinsip universal.
• Refleksi diri (Self-reflection) oleh karena itu adalah sebuah
konsekuensi alamiah dari keinginan untuk berbuat sesuai
dengan tuntutan nilai-nilai universal yang menjadi kompas
(arahan) moral (Simons, 2002).
• Refleksi diri ini disebut Lickona dengan “moral- feeling” yang
menjadi kompas dalam pembuatan keputusan untuk mengambil
sebuah tindakan yang sesuai dengan arahan moral yang
diyakini, betapapun beratnya pilihan tersebut.
Menurut Fredik Galtung
(KPK, Modul Pelatihan
Integritas, 2011), perilaku
integritas adalah fungsi
interaksi antara Io = Integritas Organisasi
akuntabilitas, kompetensi a= alignment/Interaksi
dan etika, dengan rumus A= Accountability
sebagai berikut
C= Competence
E= Ethic
C= Corruption
• VIDEO\INTEGRITAS.mp4
Integritas
58
• Pegawai kehilangan kepercayaan.
• Pegawai kehilangan sifat tanggung jawab.
• Pegawai merusak karirnya sendiri.
• Pegawai merusak masa depan.
• Pegawai tidak layak menjadi panutan.
59
1) Konsumerisme
Jaman globalisasi disertai dengan tanda-tanda melimpahnya produk
asing di pasar lokal. Produk yang biasanya memberikan kemudahan dan
kenikmatan menawarkan suatu gaya hidup tertentu. Kalau tidak
mempunyai prinsip yang kuat untuk memberlakukan nilai-nilai kebenaran
maka dengan mudahnya orang akan memenuhi keinginannya dengan
gaya hidup terkini, dengan tambahan belanja yang bersumber dari luar
kekuatannya.
2) Menyenangkan hati orang
Seperti halnya solidaritas, kebiasaan menyenangkan hati orang dapat
mengganggu dalam mengaktualisasikan kebenaran. Terlebih bila orang
disekelilingnya memanfaatkan kelemahannya, serba tidak enak, dan lain
sebagainya, sehingga menjadi tantangan tersendiri dalam
mengaktualisasikan kebenaran.
3) Gengsi
Gengsi biasanya dihubungkan dengan harga diri dalam berpenampilan. Ingin
tampil wah, walaupun sebenarnya penuh keterbatasan dan keinginan lain
yang di luar kemampuannya. Kalau seseorang memang punya kemampuan
yang memadai maka penampilan yang baik bukan karena gengsi, tetapi
memang kebutuhan hidupnya yang dapat dipenuhi untuk penampilannya
tersebut. Gengsi bersumber dari cara berfikir yang tinggi, melebihi
kemampuannya. Perasaan gengsi timbul karena kemampuannya tidak
sepadan dengan keinginannya tampil, sehingga untuk menutup kekurangan
tersebut berbagai upaya dilakukan dan al hasil mengorbankan kebenaran
yang seharusnya diperjuangkan.
4) Solidaritas
Banyak orang melakukan sesuatu didorong oleh solidaritas antar sesama atau
oleh atasan. Kebenaran yang akan ditegakkan sulit mendapat kesempatan,
sehingga yang nampak dipermukaan adalah sebuah kompromi dengan nilai
yang tidak sesuai dengan keyakinannya. Kadang kebenaran yang akan
ditegakkan dikorbankan oleh rasa solidaritas.
• VIDEO\REVOLUSI MENTAL KERJA.mp4
1) Terbuka
Kejujuran mengandung makna keterbukaan, tidak menyimpan sesuatu untuk
kepentingannya sendiri. Sesuatu yang menurut kelayakannya bisa
disampaikan seharusnyalah disampaikan apa adanya, tidak menyembunyikan
sesuatu dihadapan orang lain, karena penyampaian yang proporsional
sangat diperlukan bagi siapapun yang berhak menerimanya.
2) Bersahaja
Bersahaja dapat diartikan sederhana. Kesederhanaan dalam menyampaikan
jati diri melalui penampilan, ucapan, tindakan dan juga fikiran.
3) Tulus
Segala pekerjaannya dilaksanakan dengan hati yang rela, motifasinya positif
tidak untuk dilihat orang lain atau karena suka atau tidak suka. Keyakinannya
sangat kuat akan adanya kebenaran untuk sesuatu yang dipercayainya
mendatangkan kebaikan
4) Tertib
Orang yang bersikap jujur akan melakukan sesuatu secara tertib, sesuai
aturan (on track). Kemampuannya untuk mempertahankan nilai kebenaran
membuatnya tidak mengenal kompromi. Sasarannya jelas, yakni
tercapainya sesuatu sesuai aturan atau kebenaran yang ia yakini.
5) Lurus jalannya, tidak berliku-liku,
Karena sifatnya yang tertib, maka pelaksanaan tugas dikerjakan sesuai
dengan aturan dan kebenaran yang ia yakini. Sulit baginya untuk
melakukan sesuatu di luar keyakinannya, karena di luar keyakinannya
tidak ada yang baik dan karenanya tidak boleh dilanggar.
6) Menjauhi kejahatan
Keyakinannya akan kebenaran menuntun orang yang bersikap jujur
melakukan hal yang diyakininya benar. Sesuatu yang berlawanan dengan
keyakinannya tidak akan dilakukan, karena melanggar hakekatnya dalam
menegakkan kejujuran.
• FILM : ARTIDJO ALKOSTAR
7) Percaya diri
keyakinannya akan kebenaran menuntunnya kepada suatu kepercayaan
bahwa dirinya dipakai sebagai alat menegakkan kebenaran, dan di luar
dirinya belum tentu meyakini hal yang sama. Karenanya kepercayaan
dirinya besar, dan keyakinannya kuat.
8) Menerima yang menjadi haknya
Kunci kejujuran adalah rasa percaya bahwa kehidupannya akan
dicukupkan tanpa harus mengambil yang bukan haknya. Hidupnya
bersahaja, sehingga tidak memerlukan hal yang aneh-aneh yang
dianggap trendy. Apa yang diperlukan terasa cukup, sehingga ia akan
selalu pasrah dan menerima yang menjadi haknya, tentang apa yang
menjadi bagiannya. Percaya kepada Sang Pencipta yang akan mmenuhi
kehidupannya.
Dalam pelaksanaan tugas organisasi, kejujuran mutlak diperlukan.
Penyelenggaraan tugas dan fungsi memerlukan input yang
memadai untuk suatu proses dalam menghasilkan output. Sejak
input disiapkan, dikelola dan digunakan, seluruhnya
menggunakan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang
baik. Demikian juga untuk pelaksanaan atau prosesnya,
memerlukan kecermatan dan ketelitian serta kejujuran dalam
pengelolaannya. Suatu ketidak jujuran dalam penggunaan input,
proses, dan pemantauan hasil akan menyebabkan tidak
efektifnya suatu kegiatan bahkan kegagalan.
Kalau ditanyakan kepada seseorang yang mempunyai sifat jujur,
“mengapa harus jujur” pastilah orang akan berbalik bertanya: ”
bukankah memang yang seharusnya demikian?”. Dan itu berarti
bahwa jawaban atas pertanyaan “mengapa harus jujur”,
dikembalikan kepada masing-masing pribadi, apa motivasinya
dibalik kejujuran tersebut. Satu hal yang dapat kita tarik dari
makna yang terkandung dalam kejujuran bahwa kejujuran
merupakan cerminan iman dan taqwa kepada Tuhan yang maha
Esa.
• VIDEO\KEJUJURAN POLISI.mp4
70
• Demi Allah ! Saya bersumpah,
• Bahwa saya, untuk diangkat dalam jabatan ini, baik
langsung maupun tidak langsung, dengan rupa atau dalih
apapun juga, tidak memberi atau menyanggupi akan
memberi sesuatu kepada siapapun juga;
• Bahwa saya akan setia dan taat kepada Negara Republik
Indonesia;
• Bahwa saya akan memegang rahasia sesuatu yang menurut
sifatnya atau menurutperintah harus saya rahasiakan
• Bahwa saya tidak akan menerima hadiah atau suatu pemberian
berupa apa saja dan dari siapapun juga, yang saya tahu atau
patut dapat mengira, bahwa ia mempunyai hal yang bersangkutan
atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan saya;
• Bahwa saya dalam menjalankan jabatan atau pekerjaan saya,
saya senantiasa akan lebih mementingkan kepentingan Negara
daripada kepentingan saya sendiri atau golongan;
• Bahwa saya senantiasa akan menjunjung tinggi kehormatan
Negara, Pemerintah, dan Pegawai Negeri;
• Bahwa saya akan bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan
bersemangat untuk kepentingan Negara".
1)Janji adalah sebuah keputusan
Sebelum janji diucapkan ada suatu proses transaksi batiniah yang
terjadi, antara pemberi janji dengan penerima. Kalau janji itu untuk
diri sendiri maka pihak pemberi dan penerima adalah diri sendiri.
2)Janji adalah sebuah pernyataan keberanian
Janji merupakan pernyataan kesanggupan dari seseorang untuk
melakukan atau tidak melakukan. Kesanggupan tersebut sebagai
konsekuensi dari ketidak seimbangan ke dua belah pihak yang
berawal dari si pemberi janji merupakan keberanian yang muncul
dari sifat ksatrianya.
3)Janji mengandung resiko
Keberanian untuk memberikan janji harus disertai dengan keberanian
memenuhinya. Ada perbedaan waktu antara pemenuhan janji yang
terjadi kemudian setelah pengucapan janji. Resiko tidak terpenuhi
ada karena suasana hati sudah berganti.
4)Janji mengandung unsur moral dan etik
Orang yang mengucapkan janji biasanya terjebak pada tekanan,
karena transaksi batin yang terjadi dalam hatinya. Desakan tersebut
diproses, dan dicari solusi yang baik dan dapat diterima oleh kedua
belah pihak, dan ini merupakan tuntutan moral dari si pembuat janji,
namun belum tentu demikian untuk si penerima janji.
1) Menepati janji memerlukan komitmen
Seperti disampaikan di atas bahwa ada perubahan suasana pada saat
pengucapan janji dengan saat pemenuhan janji. Maka untuk pemenuhannya
diperlukan komitmen dan ketetapan hati untuk tidak berubah pikiran dan
memenuhi janjinya.
2) Menepati janji memerlukan pengorbanan
Pemenuhan janji merupakan hasil ketetapan hati. Dengan situasi yang berlainan
orang mudah saja melupakan apa yang sudah dijanjikan. Tetapi sebagai nilai
moral dia akan tetap menjadi hutang terhadap si penerima janji.
3) Menepati janji membahagiakan
Perasaan bahagia setelah melalui ketekunan, pengorbanan, dan akhirnya terlepas
dari rasa takut dapat dirasakan oleh seseorang yang pernah mengucapkan janji
dan dapat menepatinya.
4) Menepati janji menghilangkan rasa takut
Setelah memenuhi janji seseorang akan merasa lega dan tidak berhutang dengan
orang yang diberikan janji. Dengan pemenuhan janji tersebut tidak ada lagi
perasaan tidak mampu, atau takut dikatakan sebagai orang yang tidak
konsekuen. Sehingga dengan pemenuhan tersebut tidak ada lagi kesenjangan di
antara kedua belah pihak.
5) Menepati janji memerlukan ketekunan
Seberapa pemenuhan janji, apakah seperti saat janji itu diucapkan, maka hal ini
merupakan perjuangan yang cukup berat. Dengan situasi yang berbeda seorang
pemberi janji harus memberikan apa yang dia janjikan tanpa desakan dari
manapun. Untuk itu diperlukan kesungguhan hati dan ketekunan.
1) Hak dan kewajiban
Bagi si pembuat janji, menepati janji merupakan suatu kewajiban, dan bagi
si penerima merupakan suatu hak. Hak merupakan klaim yang dibuat oleh
orang atau kelompok yang satu terhadap yang lain (dalam hal ini pembuat
janji). Orang yang mempunyai hak bisa menuntut bahwa pembuat janji akan
memenuhi dan menghormati hak itu.
2) Janji mengandung harapan
Bagi si pembuat janji, janji merupakan hutang maka pemenuhannya
merupakan kewajiban membayarnya, dan bagi si penerima sebuah janji
merupakan harapan akan adanya sesuatu yang dilakukan oleh pemberi
janji, sebuah harapan yang pasti, suatu saat akan terpenuhi.
3) Menyatakan sebuah kekuatan
Janji yang ditepati memberikan dampak positif terhadap orang yang
berjanji. Sebagai manusia dia berhasil mengaktualisasi diri sebagai yang
penggenap janji. Hal ini menjadi kekuatan bahwa di tengah pergaulannya
ia dianggap layak mendapatkan pujian
• VIDEO\KEJUJURAN (BUKAN HAK).mp4
PAKTA INTEGRITAS
YANG TELAH DI TANDATANGANI OLEH SELURUH PNS DI
KABUPATEN SUKABUMI DAN MENYATAKAN SEBAGAI BERIKUT
1. Berperan secara pro aktif dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme serta tidak
melibatkan diri dalam perbuatan tercela
2. Tidak meminta atau menerima pemberian secara langsung atau
tidak langsung berupa suap, hadiah bantuan, atau bentuk lainnya
yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku
3. Bersikap transparan jujur, objektif, dan akuntabel dalam
melaksanakan tugas
4. Menghindari pertentangan kepentingan dalam melaksanakan
tugas
5. Memberi contoh dalam kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan dalam melaksanakan tugas terutama
kepada karyawan yang berada dibawah pengawasan
saya dan sesama pegawai di lingkungan kerja saya secara
konsisten
6. Akan menyampaikan informasi penyimpangan integritas di
pemerintahan kabupaten sukabumi serta turut menjaga
kerahasiaan saksi atas pelanggaran peraturan yang
dilaporkannya
7. Bila saya melanggar hal-hal tersebut diatas saya siap
menghadapi konsekuensinya
hidup dengan prinsip-prinsip
dan nilai-nilai kejujuran,
kebenaran, keadilan,
tanggung jawab, pikiran
positif, emosi baik;
berjuang untuk
menjadi pribadi bertindak secara
yang baik, adil, dan konsisten;
terhormat.
81
• Integritas dalam • Integritas dalam • Integritas dalam
menangani dokumen dan melindungi aset organisasi melindungi informasi.
pembukuan.
82
Etika Sosial
Etika Organisasi
Etika Profesi
Etika Pribadi
• Konsep baik-buruk, benar-salah yang telah terinternalisasi
dalam diri individu
• Produk dari sosialisasi nilai masa lalu
• Etika pribadi adalah superegoatau hati nurani yang hidup
dalam jiwa dan menuntun perilaku individu
• Konsstensi pada nilai mencerminkan kualitas kepribadian
individu
• Etika pribadi menjadi basis penting dalam kehidupan sosial
dan organisasi
• Nilai benar-salah dan baik-buruk yang terkait dengan
pekerjaan profesional
• Nilai-nilai tersebut terkait dengan prinsip-prinsip
profesionalisme (kapabilitas teknis,kualitas kerja, komitmen
pada profesi)
• Dapat dirumuskan ke dalam kode etik profesional yang
berlaku secara universal
• Penegakan etika profesi melalui sanksi profesi (pencabutan
lisensi)
• Konsep baik-buruk dan benar-salah yang terkait dengan kehidupan
organisasi
• Nilai tersebut terkait dengan prinsip-prinsip pengelolaan organisais
modern (efisiensi, efktivitas, keadilan, transparansi, akuntabilitas,
demokrasi)
• Dapat dirumuskan ke dalam kode etik organisasi yang berlaku
secara universal
• Dalam praktek penegakan kode etik organisasi dipengaruhi oleh
kepentingan sempit organisasi, keentingan birokrat, atau kepentingan
politik dari politisi yang membawahi birokrat
• Penegakan etika organisasi melalui sanksi
• Konsep benar-salah dan baik-buruk yang terkait dengan
hubungan-hubungan sosial
• Nilai bersumber dari agama, tradisi, dan dinamika sosial
• Pada umumnya etika sosial tidak tertulis,tetapi hidup dalam
memori publik, dan terinternalisasi melalui sosialisasi nilai di
masyarakat
• Etika sosial menjadi basis tertib sosial [Jepang, tidak boleh
mengganggu dan merepotkan orang lain]
• Masyarakat memiliki mekanisme penegakan etika sosial, yaitu
melalui penerapan sanksi-sanksi sosial
• Untuk meredam kecenderungan kepentingan pribadi
• Etika bersifat kompleks, dalam banyak kasus bersifat dilematis,
karena itu diperlukan yang bisa memberikan kepastian tentang
mana yang benar dan salah, baik dan buruk
• Penerapan peraturan etika dapat membuat perilaku etis
menimbulkan efek reputasi
• Organisasi publik sekrang banyak dicemooh karena kinerjanya
dinilai buruk, karena itu perlu etika
Pengertian ETIKA ;
Lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk ,
benar/salah yang harus dilakukan, bagaimana
melakukan yang baik atau yang benar. Sedangkan
MORAL mengacu pada kewajiban untuk melakukan
yang baik atau yang seharusnya dilakukan
89
ETIKA, kaitanya dengan pelayanan publik, adalah
refleksi tentang standar NORMA yang menentukan
baik/buruk , benar/salah perilaku, tndakan dan
keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam
rangka menjalankan tanggung jawab [ akuntabilitas ]
90
ETIKA dalam penyelanggaraan pemetrintahan yang
Bertanggung Jawab [ akuntabel ] harus mengedepankan
pokok-pokok ;
-Kejujuran -amanah -keteladanan
-sportifitas -disiplin -etos kerja
-kemandirian -sikap toleransi
-rasa malu -tanggung jawab
-menjaga kehormatan serta martabat
Diri sebagai warga negara
91
• VIDEO\BUPATI CIANJUT OTT KPK.mp4
CIRI INDIVIDU BERINTEGRITAS DALAM TIM EFEKTIF
o Kualitas Diri
o Kualitas IKLAS & TAWAKAL
• Kesadaran diri
Rendah
Intrapersonal Hati • Pengendalian Diri
Kualitas Diri
• Motivasi Diri
Syukur Sabar
MEMAHAMI MAKNA HIDUP
&
93
Pemimpin yang beretika dan berintegritas
• Harus dapat mentransformasikan nilai-nilai agama, nilai-nilai
luhur Pancasila dan budaya bangsa dalam kehidupan sehari-
hari, baik dalam kaitannya dengan kehidupan peribadi,
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
(Dr.Ir. Nana Rukmana D.W.MA 2013)
• Pendidikan karakter berfokus pada pengembangan tata-nilai &
moralitas pada individu. Keberhasilan pendidikan karakter akan sulit
untuk menjadi kenyataan selama tidak ada kondisi yang memberikan
reward & punishment untuk menjaga terwujudnya hasil pendidikan.
• Hasil pendidikan baru muncul kalau faktor di luar diri individu /
masyarakat yang berupa penegakan hukum dilaksanakan secara
konsisten. Alasan kenapa demikian karena ada level kepatuhan pada
hukum (norma) yang salah satunya adalah kepatuhan karena takut
dihukum.
• Obedience. Kepatuhan karena takut dihukum Orang patuh pada
peraturan karena dia akan dihukum bila melanggar. Dia akan
mendapat penghargaan bila mematuhi. Di saat law-enforcement tidak
dilaksanakan dengan konsisten, maka tidak akan ada kepatuhan.