Anda di halaman 1dari 17

ATRESIA ANI

Di susun oleh :

1. Respa Agustina Anggara (17320002)
2. Aulia Cyntia Gumas (17320006)
3. Eka Novita Sari (17320011)
4. Jemmy Ferdiansyah (17320017)
5. Nia Nursafitri (17320021)
6. Noby Amukti Sujito (17320022)
7. Putri Salsabila Azzahra (17320023)
8. Tantika Febiola (17320027)
A.Definisi

Atresia ani merupakan kelainan bawaan (konginetal), tidak
adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 2003).
Atresia ani adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau
anus tidak sempurna, termasuk didalamnya agenesis ani,
agenesis rektum dan atresia rektum. Insiden 1:5000 kelahiran
yang dapat muncul sebagai sindroma VACTRERL (Vertebra,
Anal, Cardial, Esofageal, Renal, Limb) (Faradilla, 2009).
Menurut kamus kedokteran, atresia berarti tidak adanya
lubang pada tempat yang seharusnya berlubang. Sehingga
atresia ini tidak terbentuknya lubang pada anus. (Nanda Nic
Noc, jilid 2).
B.Klasifikasi

1. Anomali bawah : rectum mempunyai jalur desenden normal
melalui obat puborektalis, terdapat spingter internal dan
eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal, dan
tidak terdapat hubungan dengan saluran genitourinary.
2. Anomali intermediate : rectum berada pada atau dibawah
tingkat otot puborektalis, lesung anal dan spingter eksternal
berada pada posisi yang normal.
3. Anomaly tinggi : ujung rectum diatas otot puborektalis dan
spingter internal tidak ada. Hal ini biasanya berhubungan
dengan fistula, genitourinarius rektouretal (pria) atau
rektovaginalis (wanita).
C.Etiologi

1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah
dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur.
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan
berusia 12 minggu/3 bulan.
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan
embriologik di daerah usus, rectum bagian distal serta
traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat
sampai keenam usia kehamillan.
D.Manifestasi Klinis

Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat defekasi
mekonium. Gejala ini terdapat pada penyumbatan yang lebih tinggi. Pada
golongan 3 hampir selalu disertai fistula. Pada bayi wanita sering ditemukan
fistula rektovaginal (dengan gejala bila bayi buang air besar feses keluar dari
(vagina) dan jarang rektoperineal, tidak pernah rektourinarius. Sedang pada
bayi laki-laki dapat terjadi fistula rektourinarius dan berakhir di kandung
kemih atau uretra dan jarang rektoperineal. Gejala yang akan timbul:
1. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi.
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya
salah.
4. Perut kembung.
E.Pemeriksaan Penunjang

1. X-ray, ini menunjukan adanya gas dalam usus.
2. Pewarnaan radiopak dimasukan kedalam traktus
urinarius, misalnya suatu sistrouretrogram mikturasi akan
memperlihatkan hubungan rektrourinarius dan kelainan
urinarius.
3. Pemeriksaan urin, perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah terdapat mekonium.
F.Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Preventif
2. Pasca Bayi Lahir
G.Patofisiologi

Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum
urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau
pembentukan anus dari tonjolan embrionik, sehingga anus dan
rektum berkembang dari embrionik bagian belakang.
Atresia ani terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal
pada kehidupan embrional. Manifestasi klinis diakibatkan adanya
obstruksi dan adanya fistula. Obstruksi ini mengakibatkan distensi
abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya.
Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin
akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperkloremia, sebaliknya
feses mengalir kearah traktus urinarius menyebabkan infeksi
berulang.
H.Asuhan Keperawatan

A.Pengkajian
1. Biodata
2. Riwayat Kesehatan
3. Pola Fungsi Kesehatan
4. Pemeriksaan Fisik
Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif

1. Ibu klien mengatakan bahwa 1.


ananknya sering muntah

Anak menangis, mual, perut kembung, menolak pemberian
ASI
1. – 1. Feses keluar bersamaan dengan urine

1. Ibu klien mengatakan bahwa 1. Terpasang kolostomi pada klien


dirinya bingung melihat kondisi
sang anak

1. Ibu klien mengatakan bahwa 1. Klien terlihat lemas dan tidak nyaman
anak menangis
1. – 1. BAB klien tidak terkontrol sebagaimana normalnya

1. Ibu klien mengatakan bahwa 1. Ada tanda-tanda radang pada daerah post operasi antara
luka pada anaknya memerah dan lain: rubor, dolor, calor, tumor. Pasien terlihat tidak nyaman
seperti terjadi peradangan
Perencanaan
No Dx. Kep  Tujuan dan NOC
Intervensi
Tindakan
Keperawatan/NIC
Rasional TTD

1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Memonitor 1. Mengetahui berapa


nutrisi kurang dari tindakan keperawatan mual dan output yang keluar
kebutuhan b.d. selama 1x24 jam muntah 2. Memberikan makanan
ketidakmampuan diharapkan kebutuhan 2. Kaji sesuai kemampuan (oral
mencerna makanan nutrisi klien kemampuan atau NGT)
terpenuhi dengan klien untuk 3. Mengetahui status gizi
kriteria hasil: mendapatkan dan meminimali-sir
 Mampu nutrisi yang malnutrisi
mengidentifika dibutuhkan 4. Terkait pemasangan
sikan 3. Memonitor NGT
kebutuhan status gizi
nutrisi (4) 4. Kolaborasi
 Tidak ada dengan dokter
tanda-tanda
malnutrisi (4)
2 Gangguan
eliminasi urine
Setelah
asuhan keperawatan

dilakukan 1. Memantau
tanda vital
tanda- 1.
dan
Mengetahui
tingkat distensi
b.d. obstruksi selama 1x24 jam tingkat distensi kandung kemih
anatomik diharapkan gangguan kandung kemih klien
(atresia ani), elimnasi urine dapat dengan palpasi dan 2. Mengetahui
dysuria teratasi kriteria hasil: perkusi jumlah output
 Kandung kemih 2. Periksa dan timbang (urine) dan ada
pasien kosong popok klien tidaknya feses
secara penuh 3. Melakukan yang bercampur
 Intake cairan penilaian pada 3. Memastikan
dalam rentang fungsi kognitif apakah saluran
normal 4. kemih normal
 Bebas dari ISK
3 Kecemasan orang tua Setelah dilakukan asuhan 1.
berhubungan dengan keperawatan 1x24 jam
kurang pengetahuan diharapkan rasa cemas

Kaji status mental dan 1.
tingkat ansietas dari
klien dan keluarga.
Derajat ansietas akan dipengaruhi
bagaimana
diterima.
informasi tersebut

tentang penyakit dan orangtua dapat hilang 2. Dengarkan dengan 2. Menjadi pendengar yang baik dapat
prosedur perawatan atau berkurang. penuh perhatikan mengurangi rasa cemas orangtua
Kriteria Hasil: 3. Jelaskan dan 3. Membuat orang tua lebih mengerti
1.) Ansietas berkurang persiapkan untuk keadaan anaknya
2.) Ibu klien tidak gelisah tindakan prosedur 4. Dapat meringankan ansietas
sebelum dilakukan terutama ketika tindakan operasi
operasi. tersebut dilakukan.
4. Beri kesempatan klien 5. Mengungkapkan rasa takut dan
untuk mengungkapkan bertanya secara terbuka dimana
isi pikiran dan rasa takut dapat ditujukan.
bertanya. 6. Lingkungan nyaman dapat
5. Ciptakan lingkungan mengurangi cemas
yang tenang dan
nyaman.

Video ATRESIA ANI

TERIMAKASIH SEMOGA
ILMUNYA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai