Anda di halaman 1dari 51

CITRA RADIOGRAFI

1. KUALITAS CITRA
• koefisien atenuasi linier (µ) merupakan sifat dari
materi yang bergantung pada ketebalan materi dan
energi photon yang mengenai materi
• Apabila energi photon (misal Sinar-X) mengenai
materi maka akan terjadi atenuasi (perlemahan) dari
energi photon mula-mula, maka :
I1 = I0e-µx
I1 = intensitas radiasi setelah melewati bahan
I0 = intensitas radiasi mula-mula
e = bilangan logaritma natural (log e = 0.43)
µ = KAL objek (mm-1)
x = ketebalan objek
lanjutan

• Intensitas energi Sinar-X yang ditransmisikan


melewati organ pasien bergantung pada :
ketebalan, kerapatan (density) dan nomor atom
bahan (tubuh pasien)
• Kualitas citra bergantung pada : sistem
pembuatan radiograf (kontras subyek, kontras
radiasi, kontras film)
• Koefisien atenuasi massa (µ/ρ) dipengaruhi oleh
intensitas radiasi (I), ketebalan (x), dan
kerapatan/densitas objek (ρ), sehingga :

I1 = I0e-(µ/ρ)ρx
2. PRIMARY IMAGE (CITRA UTAMA)

• primary image dihasilkan ketika photon Sinar-X melewati


medium (tubuh pasien), bergantung pada KAL (µ) dan
ketebalan (x) jaringan yang dilaluinya

• nilai KAL (µ) pada rentang energi diagnostik bergantung


pada efek fotolistrik dan efek Compton

• Untuk soft tissue, lemak (fat) dan otot (muscle) dimana


variasi nomor atom efektif 6 s/d 7.5 nilai KAL sangat
dipengaruhi oleh efek Compton, dimana nilai KAL akan
turun secara perlahan (slowly) dengan kenaikan nilai
energi photon
lanjutan

• untuk mendeteksi adanya tumor mammae-


malignant soft tissue (mammografi)
menggunakan photon Sinar-X energi rendah
karena struktur mammae mempunyai nomor
atom efektif (Z) yang sama/hampir seragam
• Sedangkan efek fotolistrik sangat
mempengaruhi nilai KAL tulang (Z=14) dan
nilai KAL tulang akan turun secara cepat
(rapidly) dengan kenaikan energi photon
• Semakin tinggi nilai Z maka KAL akan sangat
dipengaruhi oleh efek fotolistrik
3. KONTRAS
• Definisi kontras secara harfiah adalah
“perbedaan”
• Istilah kontras dalam radiografi : kontras
radiografi, kontras film, kontras subjek,
kontras radiasi
• Kontras radiasi; setelah melewati kontras
subjek (perbedaan struktur jaringan
tubuh) maka akan dikonversikan
kedalam kontras radiografi yang dapat
diamati dengan mata kita
skema transmisi berkas energi Sinar-X melewati material
yang berbeda ketebalan (x) dan KAL (µ)

X0 = intensitas radiasi awal sblm lewati bahan


X1 = intensitas radiasi setelah melewati µ1 x1
X2 = intensitas radiasi setelah melewati µ2 x2
3.1. Kontras dalam primary image

C = 0.43 (µ1x1 - µ2x2)

• Jika µ1 dan µ2 sama maka kontras hanya


dipengaruhi oleh ketebalan (x) dan sebaliknya.
• Nilai µ berkurang sebanding dengan
penambahan energi photon Sinar-X sehingga
nilai kontras primary image (diantara struktur
organ yang berbeda) berkurang sebanding
dengan penambahan kVp
3.2. Kontras dalam fluorescent screen

C = 0.43 (µ1x1 - µ2x2)

• Disebut juga kontras radiasi (CR)


• Jika kontras primary image jatuh ke
screen maka cahaya akan diemisikan
sebanding dengan berkas Sinar-X (yang
telah membawa informasi organ) yang
mengenai screen (IS)
3.3. Kontras dalam Citra Radiografi

C = ү 0.43 (µ1x1 - µ2x2)

• jika intensitas radiasi X1 dan X2 (lihat gambar skema


transmisi Sinar-X) dikonversikan kedalam citra
radiografi maka kontras radiografi pada film akan
berbeda dengan kontras primary image karena film
mempunyai karakteristik tersendiri (karakteristik film)
yaitu kontras film
• Kontras radiografi (CF) berbeda dengan kontras
image primary karena faktor Gamma ү (rentang nilai
Gamma : 3 – 4)
• Gamma ү disebut juga kontras film
kontras radiografi (CF ) = kontras radiasi (CR) x kontras film (ү )
I0
D  log10
I1

I0 I1 I2
C  D1  D2  log10  log10  log10
I1 I2 I1

D2  D1

log E2  log E1
3.4. Kontras Media
• Atenuasi oleh bahan akan menimbulkan kontras yang
ditentukan oleh perbedaan nomor atom dan densitas
(kerapatan / ρ ) bahan dalam kg/m3
• “Contrast Enhacing Agent” merupakan suatu zat (perantara)
yang dimasukkan kedalam tubuh dengan tujuan untuk
mempertinggi kontras radiografi
• Kontras media positif merupakan material yang dimasukkan
kedalam tubuh (masuk kedalam organ tertentu, misal
Senyawa Barium (Z=56) dimasukkan kedalam Colon)
dengan nomor atom dan densitas (kerapatan) tertentu yang
dapat lebih banyak mengatenuasi Sinar-X daripada jaringan
sekitarnya
• Kontras media negatif merupakan material yang dimasukkan
kedalam tubuh (masuk kedalam organ tertentu, misal CO2
dimasukkan kedalam Colon untuk pemeriksaan double
kontras) dengan nomor atom dan densitas (kerapatan)
tertentu yang dapat lebih sedikit mengatenuasi Sinar-X
daripada jaringan sekitarnya
• Kontras (CF ataupun CR) tidak terpengaruh oleh
lapisan material yang mengatenuasi Sinar-X
secara seragam/sama disemua titik, baik itu diatas
atau dibawah area yang mempunyai perbedaan
atenuasi

• Kontras radiografi akan berkurang (terpengaruh)


oleh hamburan/scatter (photon hambur muncul
akibat interaksi Compton), yang mampu
mengurangi energi berkas Sinar-X primer yang
melintas dengan berbagai variasi sudut dalam
Sinar-X primer

• Scatter akan menambah kontras HANYA JIKA


nilai X1 dan X2 (lihat gambar) sangat kecil dan
nilainya mendekati fog level (lihat kurva
karakteristik film)
Radiasi Hambur (Scatter)
• Jumlah radiasi hambur, relatif sangat besar
dibandingkan dengan jumlah radiasi primer, terjadi
tergantung adanya ketebalan jaringan organ yang
diperiksa dengan film. Rationya dapat mencapai 8:1,
tetapi lebih sering 2:1 sampai 4:1

• Penambahan kVp untuk mengkompensasi hilangnya


intensitas radiasi karena kekurangan penetrasi ataupun
untuk mengurangi dosis pasien AKAN mengakibatkan
jumlah radiasi hambur yang mencapai FILM menjadi
lebih besar
• Hal tersebut dihasilkan dengan mekanisme interaksi
yang sangat kompleks dengan berbagai faktor,
beberapa hal akan menambah radiasi hambur dan
beberapa lainnya akan mengurangi ;
radiasi hambur vs radiasi primer
1) Jumlah radiasi hambur yang diproduksi dalam tubuh
pasien akan berkurang karena; (a) kemungkinannya
bahwa satu photon akan menyebabkan radiasi
hambur berkurang karena kVp dinaikan, meskipun
koefisien interaksi Compton hanya akan berkurang
secara perlahan dalam rentang energi diagnostik;
(b) jumlah radiasi primer terkecil yang dibutuhkan
untuk memberikan nilai densitas (derajat kehitaman)
pada film nilainya sebanding dengan (kVp)4

2) Tetapi, radiasi hambur yang meninggalkan tubuh


pasien akan bertambah karena; (a) fraksi dari radiasi
hambur total yang terbentuk akan bertambah karena
kVp dinaikan; (b) energi radiasi hambur akan
bertambah meskipun kemudian akan berkurang
karena terserap tubuh pasien dan atau material lain
lanjutan

• Dalam prakteknya, bila kVp dinaikan dari


50 s/d 100 kVp, KAL jaringan dari radiasi
hambur (berenergi rendah) akan turun
lebih cepat dibandingkan oleh radiasi
hambur yang dihasilkan dari Compton
cross section
• Sehingga faktor (2(b)) menjadi lebih
penting daripada faktor (1(a)) dan ini
merupakan alasan utama “bertambahnya”
radiasi hambur yang mencapai film
lanjutan

• Radiasi hambur yang mencapai film


bertambah pada kenaikan kVp
antara rentang 50 s/d 100 kVp tetapi
apabila kVp dinaikan lagi maka
terjadi sedikit penambahan radiasi
hambur
• dan diatas 140 kVp jumlah radiasi
hambur yang mencapai film mulai
turun secara perlahan
4. MENGURANGI RADIASI HAMBUR
4.1. Pemilihan parameter berkas Sinar-X
 Membatasi kolimasi hanya sebatas
daerah yang diperiksa, sehingga
mengurangi kemungkinan terjadinya
interaksi Sinar-X dengan volume jaringan
yang lebih besar
 Karena semakin banyak volume jaringan
berinteraksi dengan Sinar-X maka
kemungkinan akan semakin banyak
terjadi radiasi hambur (proses; 1(a) dan
2(a))
 Pengurangan kVp akan mengurangi radiasi
hambur sampai ke film sehingga kontras radiografi
akan semakin tinggi,
 TETAPI pengurangan kVp terbatasi oleh penetrasi
yang dibutuhkan, dan menjadi hal yang sangat
penting BAHWA pengurangan kVp akan
menambah dosis pasien karena harus ada
penambahan mAs sebagai kompensasi
pengurangan kVp.
 Untuk memperoleh penghitaman yang sama pada
film, maka pendekatannya; penambahan 10 kVp
diikuti pengurangan mAs kira-kira setengah dari
semula, dan pengurangan 10kVp akan diikuti
kenaikan mAs menjadi 2 kali dari semula
4.2. Penggunaan Grid
• Fungsi grid adalah untuk mengurangi
radiasi hambur agar tidak sampai ke film,
karena radiasi hambur hanya akan
menambah nilai densitas merata pada film
sehingga kontras radiografi menjadi rendah,
dengan adanya grid diharapkan kontras
radiografi menjadi tinggi
• Merupakan upaya paling efektif untuk
mengurangi radiasi hambur sampai ke film
4.3. Air Gap Tecnique (Teknik Celah Udara)
• Merupakan teknik pengurangan radiasi hambur
dengan cara menjauhkan obyek dari film, karena
adanya “gap” atau jarak (celah) antara obyek
dengan film maka radiasi hambur (berenergi
rendah) akan lebih banyak berinteraksi dengan
udara sehingga terjadi perlemahan (atenuasi)
radiasi hambur oleh udara
• Karena sepanjang lintasan yang dilaluinya radiasi
akan mengionisasi medium (dalam hal ini radiasi
hambur akan mengionisasi udara) yang dilaluinya
sehingga energi menjadi berkurang. Dan radiasi
hambur yang sampai ke film menjadi sedikit
• Intensitas radiasi hambur paling banyak adalah
yang paling dekat dengan obyek yang berinteraksi
dengan photon Sinar-X. semakin jauh dengan film,
energi radiasi hambur menjadi sedikit.
4.4. Design Intensifying Screen-Film Holder (Kaset)
• Intensitas radiasi (setelah melewati obyek) akan
berinteraksi dengan emulsi IS (front screen) dan
selanjutnya akan berinteraksi dengan emulsi film.
• Setelah berinteraksi dengan emulsi film, sebagian
akan diserap oleh emulsi film dan sebagian ada yang
diteruskan menuju emulsi IS bagian belakang (back
screen).
• Ketika radiasi berinteraksi dengan back screen, maka
akan terjadi hamburan menuju film (back scatter),
untuk mencegah hal tersebut maka KASET bagian
belakang (back holder IS-Film) harus terbuat dari
material yang memiliki nomor atom tinggi (logam)
untuk semaksimal mungkin menyerap total radiasi
hambur (efek fotolistrik) sehingga radiasi hambur
akibat back screen (back scatter) dapat dikurangi
bagian belakang kaset
material dengan nomor atom tinggi
4.5. Orientasi Pasien
• Efek radiasi hambur akan semakin banyak terjadi bila
terdapat ketebalan jaringan yang besar antara obyek
yang diperiksa dengan film
• Bila obyek dekat dengan film, maka akan terjadi
penyerapan radiasi hambur dan juga radiasi primer oleh
obyek, tetapi radiasi hambur lebih efektif diserap oleh
obyek karena energi radiasi hambur lebih rendah
daripada energi radiasi primer, maka upaya
memposisikan organ yang diperiksa sedekat mungkin
dengan film akan mengurangi radiasi hambur sampai ke
film

4.6. Kompresi Pasien


• Dengan cara mengurangi ketebalan obyek (dikompresi),
sehingga soft tissue akan menjadi semakin rapat
(kerapatan menjadi tinggi) dan soft tissue akan efektif
untuk menyerap radiasi hambur
5. GRID
5.1. KONSTRUKSI GRID
• Berbagai macam variasi konstruksi grid; linier grid,
crossed grid, focused grid, pseudo grid, yang
mempunyai fungsi untuk mencegah (cut off) radiasi
hambur sampai ke film sehingga mempertinggi
kontras radiografi
• Linier grid (paralel grid); grid tersusun dari beberapa
lempengan material (Pb) dengan susunan paralel,
tegak lurus terhadap garis normal grid, susunan Pb
berjarak sama, terdapat interspace (jarak) diantara
strips Pb berupa material dengan nomor atom (Z)
sangat rendah untuk menjamin radiasi primer
semaksimal mungkin mencapai film. Mengeliminasi
radiasi primer sampai 30%
lanjutan

• Crossed grid; tersusun dari “dua linier grid” dengan


susunan saling tegak lurus antar keduanya.
Mengeliminasi radiasi primer sampai 50% sehingga
faktor eksposi harus di naikan kurang lebih dua kali
dari semula
• Focused grid; merupakan modifikasi dari linier grid,
strips (lempengan) Pb tersusun membentuk sudut
searah dengan sumbu lintasan Sinar-X, celah antar
lempengan Pb lebih banyak melewatkan Sinar-X
mencapai film. Penggunaannya harus disesuaikan
dengan FFD (FFD biasanya tertera pada grid)
• Pseudo grid; merupakan modifikasi dari linier grid
dan focused grid, dengan susunan lempengan Pb
pararel, semakin menuju ketengah grid lempengan
Pb semakin tinggi
• Dengan menggunakan grid, radiasi hambur dapat
dieliminasi hampir 90% dibanding tanpa grid, sehingga
kontras radiografi semakin tinggi.
• Peningkatan kontras tersebut dinotasikan dengan ”faktor
perbaikan kontras” K

K = kontras radiografi menggunakan grid


kontras radiografi tanpa grid

• nilai K bervariasi antara 2 dan 3 tetapi bisa juga


mencapai nilai 4.
• nilai K dipengaruhi oleh penambahan jumlah strips Pb
per cm dan interspace (jarak) antar lempengan Pb.
penambahan tersebut akan berakibat pula semakin
banyak radiasi primer terserap oleh grid, sehingga untuk
kompensasinya perlu menaikan faktor eksposi, dan
berakibat semakin tinggi dosis radiasi diterima pasien.
• Pengurangan radiasi primer yang sampai
ke film dinotasikan dengan :

d / (D+d)

d = ketebalan lempengan Pb
D = interspace (jarak) antar lempengan Pb
Paralel grid / Linier grid
• Penggunaan linier grid
Linier focused grid
• Jumlah strips Pb per mm
(grid frequency);
N = 1 / (D + d)

• Rasio grid;
r = h/D

• Radiasi hambur mampu


melewati celah antar Pb
(mencapai film) lebih
sedikit dibanding radiasi
primer, dinotasikan ;
Tan θ/2 = D/h
Kesalahan penggunaan grid, menyebabkan Sinar-X
primer (dan juga radiasi hambur) semakin banyak
terserap oleh grid
MAGNIFIKASI dan DISTORSI CITRA RADIOGRAFI
Magnifikasi dipengaruhi oleh FFD dan OFD; semakin besar
FFD maka magnifikasi akan semakin kecil karena sifat
penyebaran Sinar-X divergen
Dengan alasan bahwa semakin jauh obyek dari fokus;
sudut penyebaran Sinar-X akan semakin kecil mengenai
obyek sehingga obyek akan terproyeksi di film radiografi
menjadi semakin kecil, demikian sebaliknya.
OFD semakin besar maka magnifikasi akan semakin besar,
karena semakin obyek jauh dari film maka sudut
penyebaran Sinar-X akan semakin besar dan obyek akan
terproyeksi di film radiografi menjadi semakin besar.
Distorsi terjadi bila fokus (CR), obyek, dan atau film tidak
saling tegak lurus satu sama lainnya
Magnifikasi Tanpa Distorsi
Distorsi
KETIDAKTAJAMAN GAMBAR
(UNSHARPNESS)

• Ketidaktajaman Geometri
(Geometric Unsharpness = UG )
• Ketidaktajaman Pasien
(Patient Unsharpness = UP)
• Ketidaktajaman karena Pergerakan obyek
(Movement Unsharpness = UM)
• Ketidaktajaman Film-Screen
(Fotographic Unsharpness = UF)
Ketidaktajaman Geometri (Geometric Unsharpness = Ug)
Ketidaktajaman Geometri
(Geometric Unsharpness = UG)

Keterangan gambar :
• Terjadi karena focal spot (titik fokus) bukanlah
merupakan titik tetapi mempunyai ukuran
tertentu
• Central ray (a) dipengaruhi dimensi/ukuran
focal spot (b) dan sudut kemiringan anoda ()
• Jika suatu material opaque diletakan tegak
lurus dibawah pusat focal spot, maka citra yang
terjadi bukanlah tepat pada T tetapi sepanjang
S sampai U (S-T-U)
lanjutan

• Daerah diluar S sampai U merupakan Umbra


(ketajaman) dan Daerah sepanjang S sampai U
merupakan Penumbra (ketidaktajaman) disebut
Ketidaktajaman Geometri
• d = OFD

SU = b sin  d
(FFD – d)
Ketidaktajaman faktor Pasien
(Patient Unsharpness)
Ketidaktajaman karena Pergerakan obyek
(Movement Unsharpness = UM)
Ketidaktajaman Film-Screen (Fotographic Unsharpness = Uf)

• Ketika photon Sinar-X berinteraksi dengan kristal pada lapisan


screen (IS) maka photon Sinar-X dikonversikan menjadi photon
cahaya tampak menuju ke film (emulsi film = kristal AgBr)
dengan penyebaran secara divergen kesegala arah
• Hal tersebut akan menimbulkan ketidaktajaman citra karena
satu photon cahaya tampak tidak selamanya mewakili satu
photon Sinar-X menuju satu titik di film (berinteraksi dengan
satu kristal emulsi film dan terjadi citra), tetapi photon cahaya
tampak menyebar dan berinteraksi dengan lebih dari satu
kristal emulsi film sehingga terjadi citra dengan disertai
ketidaktajaman.
• Bila tidak menggunakan screen maka satu photon Sinar-X
(pembawa informasi organ) akan langsung menuju satu titik di
film dan akan langsung berinteraksi dengan satu emulsi film,
citra yang terbentuk tidak disertai ketidaktajaman akibat photon
cahaya tampak dari screen.
lanjutan
• Dengan alasan seperti diatas, kontras radiografi
yang terbentuk menjadi sangat tinggi, karena satu
photon Sinar-X dikonversikan menjadi photon
cahaya tampak dalam intensitas (jumlah) yang
banyak, penghitaman film (densitas film) tidak
hanya didapatkan dari photon Sinar-X tetapi juga
oleh photon cahaya tampak yang berinteraksi
dengan emulsi film
• Ketidaktajaman efek paralaks; karena film
mengandung emulsi (AgBr), semakin besar lapisan
emulsi film (kristal AgBr) maka ketidaktajaman
yang ditimbulkan menjadi semakin besar, film yang
masih basah akan tampak lebih tidaktajam
dibanding film kering karena pada saat film masih
basah terjadi pengembangan emulsi film.
Ketidaktajaman Film-Screen
Ketidaktajaman Total
(Total Unsharpness = UT)

UT2 = UG2 + UM2 + UF2


Soal versi ukom
• 1. Produksi sinarx – tabung sinarx
• 2. Faktor eksposi
• 3. Radiasi hambur - Grid
• 4. Kontras radiografi – pengolahan citra
• 5. Detail, ketajaman – ketidaktajaman
• 6. Magnifikasi – makroradiografi - distorsi
• 7. Fluoroscopy - CR-DR

Anda mungkin juga menyukai