Anda di halaman 1dari 29

Dr.M.Jufri Makmur.

SpPD
Fakultas Kedokteran UNJA
Pendahuluan
 Hipertensi masih menjadi masalah oleh karena:
1. Meningkatnya prevalensi hipertensi
2. Masih banyak pasien hipertensi yg belum
mendapat pengobatan dan walaupun
sudah mendapat pengobatan belum
mencapai target
3. Hipertensi merupakan faktor risiko terhadap
kerusakan organ penting seperti otak, jantung,
ginjal, retina, pembuluh darah besar (aorta) dan
pembuluh darah perifer.
Epidemiologi
 Meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah
pasien hipertensi juga bertambah
 Lebih dari separuh orang berusia > 65 th menderita
hipertensi
 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018
menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi di
Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 260 juta
adalah 34.1%
 Dibandingkan 27.8% pada Riskesdas tahun 2013
Hipertensi Esensial
 Hipertensi yg tidak diketahui penyebabnya
didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Beberapa
penulis memilih istilah hipertensi primer, untuk
membedakan dengan hipertensi sekunder (diketahui
penyebabnya)
DEFINISI & KRITERIA HIPERTENSI
 Definisi Hipertensi
Diagnosis hipertensi ditegakkan bila TDS ≥140 mmHg
dan/atau TDD ≥90 mmHg pada pengukuran di klinik
atau fasilitas layanan kesehatan.
Patogenesis
 Hipertensi esensial adalah penyakit multi faktorial yg timbul terutama
karena interaksi antara faktor-faktor resiko tertentu.

 Faktor resiko yg mendorong kenaikan tekanan darah:


1. Faktor resiko: diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas,
merokok, genetis
2. Sistem saraf simpatis: tonus simpatis, variasi diurnal
3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokontriksi (endotel
dan otot polos pemb darah)
4. Otokrin setempat yg mempengaruhi sistem Renin, Angiotensin, dan
Aldosteron

Rumus : Tekanan Darah = Curah Jantung X Tahanan Perifer


(lihat gbr 1 halaman 611 pada buku ajar Ilmu Penyakit
Dalam)
Kerusakan Organ Target
 Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ
tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung
(melalui auto antibodi)
 Kerusakan organ-organ tubuh tsb (organ target) yg
umum ditemui:
1. Jantung (kardio): hipertrofi ventrikel kiri, infark
miokard atau angina, gagal jantung
2. Otak: Stroke, TIA (transient ischemic
attack)
3. Penyakit ginjal kronik
4. Penyakit arteri perifer (vaskuler)
5. Retinopati
 Adanya kerusakan organ target akan memperburuk
prognosis
 Tingginya morbiditas dan mortalitas terutama
disebabkan oleh timbulnya penyakit kardiovaskuler
Penyakit Kardiovaskuler
 Faktor-faktor resiko penyakit kardiovaskuler:
1. Hipertensi
2. Merokok
3. Obesitas
4. Kurangnya aktifitas fisik
5. Dislipidemia: (kolesterol, LDL, trigliserid) tinggi
dan HDL rendah
6. Diabetes Mellitus
7. Mikroalbuminuria atau LFG < 60 ml/mt
8. Umur (Laki-laki > 55 th, dan perempuan 65 th)
9. Riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskuler
prematur (laki-laki < 55 th dan perempuan < 65 th)
Evaluasi Hipertensi
 Tujuan:
1. Menilai pola hidup dan identifikasi faktor-
faktor resiko kardiovaskuler lainnya atau
menilai adanya penyakit penyerta yg
mempengaruhi prognosis dan
menentukan pengobatan
2. Mencari penyebab kenaikan tekanan
darah
3. Menentukan ada tidaknya kerusakan
target organ dan penyakit kardiovaskuler
 Evaluasi dengan melakukan anamnesis tentang
keluhan pasien, riwayat penyakit dahulu dan penyakit
keluarga, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
 Kebanyakan pasien tidak ada keluhan. Pada hipertensi
berat mengeluh: sakit kepala, epistaksis, mata kabur.
 Anamnesis:
1. Lama menderita HT dan derajat tekanan darah
2. Indikasi adanya hipertensi sakunder: penyakit ginjal kronik
3. Faktor resiko kardiovaskuler
4. Gejala kerusakan organ target:
4.1. Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan
penglihatan, TIA, defisit sensorik dan motorik
4.2. Jantung: palpitasi, nyeri dada, sesak napas, sembab
kaki
4.3. Ginjal: haus , poliuri, nokturi, hematuri
4.4. Arteri perifer: ekstremitas dingin, klaudikasio
intermiten
5. Pengobatan hipertensi sebelumnya
6. Faktor-faktor pribadi, keluarga, lingkungan
Tekhnik Pengukuran tekanan
darah
Metode Deskripsi singkat
• 2 kali membaca , selang 5 menit
Di rumah sakit/ • duduk dikursi , bukan diatas meja periksa
praktek • Konfirmasi hasil bacaan, dengan lengan
yang kontralateral
• Memberikan informasi untuk respon terapi
Pengukuran
• membantu memperbaiki kepatuhan terapi
sendiri
• Utk evaluasi pasien “white-coat” HTN
http://hin.nhlbi.nih.gov/nhbpep_slds/menu.htm; Accessed October 20, 2003; 8:15AM
Blood Pressure Assessment:
Patient preparation and posture

Standardized technique:

Posture

The patient should be calmly seated with his


or her back well supported and arm
supported at the level of the heart.

His or her feet should touch the floor and


legs should not be crossed.

2009 Canadian Hypertension Education


Program Recommendations
 Pemeriksaan Fisik: tekanan darah, penyakit penyerta,
kerusakan organ target kemungkinan adanya
hipertensi sekunder
 Pengukuran tekanan darah (dikamar periksa): duduk
dikursi setelah beristirahat 5 menit, kaki dilantai dan
lengan setinggi jantung, pengukuran dilakukan dua
kali dengan sela 1 – 5 menit
 Pemeriksaan penunjang: test darah rutin (Hb, lekosit,
trombosit, hematokrit), gula darah puasa, kolesterol
total, LDL, HDL, Trigliserida, asam urat, ureum,
kreatinin, kalium, urin rutin, EKG
Pengobatan
 Tujuan:
1. Target tekanan darah: < 140/90 mmHg,
dan untuk pasien beresiko tinggi (DM,
Penyakit ginjal proteinuri) < 130/80
mmHg
2. Penurunan morbiditas dan mortalitas
peny kardiovaskuler
3. Menghambat laju penyakit ginjal
proteinuri
4. Pengobatan terhadap faktor resiko atau
kondisi penyerta lainnya
 Cara pengobatan:
1. Non farmakologis: menghentikan
merokok, menurunkan BB berlebih,
menurunkan konsumsi alkohol
berlebih, latihan fisik, menurunkan
asupan garam, meningkatkan
konsumsi buah dan sayur serta
menurunkan asupan lemak
Algebra of blood pressure
BP = Cardiac Output x SVR

CO = HR x Stroke Volume

BP = HR x Stroke Volume x SVR


Physiologic Components of BP

Heart
HR

Veins
(Stroke
Arteries
Volume)
(SVR)
2. Farmakologis:
2.1. Golongan diuretik: thiazid,
aldosteron antagonis (Aldo ant)
2.2. Beta blocker (BB)
2.3. Calsium chanel blocker (CCB,
Ca antagonis)
2.4. Angiotensin Converting Enzyme
Inhibitor (ACEI)
2.5. Angiotensin II receptor blocker
(ARB)
 Terapi dimulai secara bertahap, dan target tekanan
darah dicapai secara progresif dalam beberapa
minggu.
 Dianjurkan menggunakan obat masa kerja panjang
(24 jam) dengan pemberian sekali sehari
 Pemberian obat kombinasi tergantung tekanan darah
awal dan ada tidaknya komplikasi
1. Hipertensi tanpa adanya kompelling
indication (indikasi yg memaksa):
a. hipertensi stage 1: diuretik,
penghambat ACE, penyekat reseptor
beta, penghambat kalsium, atau
kombinasi.
b. hipertensi stage 2: dapat diberikan
kombinasi 2 obat biasanya diuretik,
dan penghambat ACE, atau AII
reseptor antagonis, atau penyekat
reseptor beta atau penghambat
kalsium
 2. Hipertensi dengan indikasi yg memaksa:
a. Gagal jantung: Thiaz, BB, ACEI, ARB,
Aldo ant
b. Paska MI: BB, ACEI, Aldo ant
c. Risiko penyakit pemb darah koroner:
Thiaz, BB, ACEI, CCB
d. Diabetes: Thiaz, BB, ACEI, ARB, CCB
e. Penyakit ginjal kronis: ACEI, ARB
f. Pencegaha stroke berulang: Thiaz,
ACEI
Hipertensi sekunder
 1. Hipertensi pada penyakit ginjal
 2. Hipertensi renovaskuler
 3. Hiperaldosteronisme Primer
 4. Feokromositoma
 5. Hyperthyroid
Hipertensi lainnya
 1. Hipertensi pada kehamilan
 2. Krisis hipertensi
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai