Rabies
Rabies
Rabies (hydrophobia)
• Penyakit infeksi akut susunan saraf
• Menyerang mamalia dan manusia
• Menginfeksi melalui gigitan binatang
Etiologi
• Virus rabies prototype genus Lyssa-Virus
• Termasuk virus RNA
• Virus inaktif pada pemanasan 56oC
• Virus mati terkena deterjen, sabun, etanol
45%, solusi jodium
Distribusi dan Insidensi
• Kematian 50.000 org/tahun
• Rata-rata 12.400 kasus/tahun di Indonesia
• Asia & Afrika daerah endemis rabies
• Indonesia 90% penggigit anjing, 6% kucing,dll
• Tahun 2000, kasus terbanyak di NTT (59 kasus)
Transmisi
• Terjadi melalui kontak dengan binatang
• Melalui gigitan atau kontak virus melalui luka
• Melalui inhalasi, dilaporkan kejadian
seseorang terinfeksi rabies saat mengunjungi
gua kelelawar tanpa gigitan
• Vaksinasi dari virus rabies yang masih hidup
Patogenesis & Patologi
• Virus menetap di jaringan otot dan
berkembang biak atau menuju serabut saraf
perifer
• Virus menyebar melalui endoneurium sel-sel
Schwan dan melalui aksoplasma
• Virus memperbanyak diri di semua neuron
• Virus terdapat di kelenjar ludah, kelenjar
lakrinalis,air susu, urin, sistem respirasi,
Patogenesis & Patologi
• Kelainan midbrain dan medula spinalis pada
tipe buas
• Kelainan medula spinalis pada tipe paralitik
• Perubahan patologi : degenerasi sel ganglion,
infiltrasi sel mononuklear dan perivaskuler
• 20% kasus rabies tidak ditemukan Negri
bodies
Gejala Klinik
• Masa inkubasi 95% rabies 3-4 bulan
• Inkubasi bervariasi 7 hari-7 tahun
• Lama inkubasi dipengaruhi jauh/dekat gigitan
ke saraf pusat
• Teoritis, ada 4 stadium, yaitu :
– Gejala prodromal non-spesifik
– Ensefalitis akut
– Disfungsi batang otak
– Koma dan kematian
Stadium Prodromal
• Berlangsung 1-4 hari, tidak ada gejala spesifik
• Umumnya disertai gejala : demam, batuk,
menggigil, batuk, nyeri perut, mual, muntah
• Gejala spesifik : gatal dan parastesia di luka
bekas gigitan
• Mioedema dijumpai di stadium ini
• Berlanjut ke stadium neurologik akut
Stadium Neurologik Akut
• Gejala dapat berupa furious atau paralitik
• Furious : hiperaktif, dioreientasi, berhalusinasi
• Beberapa jam-hari setelah hiperaktif, ingin
lari, menggigit diselingi masa tenang
• Meminum air mengakibatkan spasme hebat
otot-otot faring sehingga korban hidrofobia
• Kematian paling sering terjadi pada stadium
ini
Stadium Paralitik
• Apabila tidak meninggal, 20% penderita masuk
stadium paralitik
• Ditandai deman, sakit kepala, paralisis
• Tidak ditemui gejala hidrofobia, aerofobia,
hiperaktifitas, dan kejang
• Kesadaran dapat utuh, namun akan memburuk
secara gradual
• Sehingga menjadi bingung, disorientasi,
kelumpuhan pernafasan, dan meninggal
Stadium Koma
• Lanjut ke satidum koma apabila tidak
meninggal
• Berlangsung berjam-jam – berbulan-bulan
• Sampai saat ini, seluruh penderita meninggal,
hanya 4 laporan penderita ensefaslitis hidup
• 2 diberi vaksin tanpa imunoglobin dan
bertahan hidup lama (34 bulan pada 1 kasus)
dengan gangguan neurologik berat
Komplikasi
• Biasa timbul pada fase koma
• Berupa : tekanan intra-kranial, SAHAD,
hipotensi, hiper/hipotermia, aritmia, dll
• Di satdium prodromal sering terjadi
hiperventilasi dan alkalosis respiratorik
• Hipoventilasi dan depresi pernafasan di fase
neurologik akut
Jenis Komplikasi dan Penangannya
Jenis Komplikasi Penanganannya
Neurologi
Hiperaktif Fenotiazin
Hidrofobia Tidak diberi apa-apa lewat
mulut
Kejang lokal Karbamazepin, fenitoin
Gejala neurologi lokal Tak perlu tindakan apa-apa