Anda di halaman 1dari 30

Disusun oleh :

ASMA Meutia Lieska Urfa


11020150133

Pembimbing :
dr. Edy Kurniawan, Sp. P
Asma merupakan penyakit inflamasi (peradangan) kronik
saluran nafas yang ditandai adanya mengi episodik, batuk dan
rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran nafas

Dalam 30 tahun terakhir prevalensi asma terus meningkat


terutama di negara maju. Peningkatan terjadi juga di negara-
Latar Belakang negara Asia Pasifik seperti Indonesia.

Dampak buruk asma meliputi penurunan kualitas hidup,


produktivitas yang menurun, ketidakhadiran di sekolah,
peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit
dan bahkan kematian.

Mengetahui tentang asma bronkhial secara menyeluruh yang


meliputi pemahaman yang lengkap mengenai definisi,
patogenesis, patofisiologi, faktor resiko, klasifikasi, diagnosa,
pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosa banding, komplikasi
Tujuan Penulisan
dan penatalaksanaan asma bronkhial.
DEFINISI
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang
melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik
menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang
menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak
napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan
atau dini hari.

ETIOLOGI
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI
DIAGNOSIS
Anamnesis:
- Riwayat keluarga
- Riwayat alergi Pemeriksaan Fisik :
- Penyakit lain yang
memberatkan
- Perkembangan penyakit Inspeksi :
dan pengobatan - Pasien gelisah
- Sesak
- Sianosis
Palpasi : Tidak ada kelainan
Perkusi :Tidak ada kelainan
Auskultasi
- Ekspirasi memanjang Pemeriksaan penunjang:
- Mengi
dengan spirometri, uji faal
paru, uji provokasi bronkus,
skin prick test
PEMERIKSAAN LAB

• Analisa gas darah


• p SO2
• Pemeriksaan darah: • p PCO2  tahap awal
• Eosinofil m
• p PCO2  asma berat
• Lekosit m
• pPO2
• Pemeriksaan sputum: • Uji kecepatan APE
• Kristal charcot leyden
• Variabilitas APE :
• Spiral curschmann
Nilai tertinggi-nilai terendah x 100%
• Creole
Nilai tertinggi
• Sel eosinofil
Asma ringan : 10 - 20%
Asma sedang : 20 – 30%
Asma berat : > 30%
CARA PEMERIKSAAN SPIROMETRI

Menjalankan spirometri.
• Posisi pasien berdiri atau duduk
• Pasien perlu diberi penjelasan tata cara spirometri
• Bila pasien bingung  spirometri dapat diulang

Apa saja yang harus dilakukan pasien:


• Bernafas dengan kuat atau sekuatnya.
• Bibir sekitar lubang pipa (mouthpiece) spirometer harus tertutup rapat
• Tiup dan keluarkan semua udara dalam paru dengan sekuat-kuatnya dan
secepatnya sampai dirasakan udara dalam paru habis.
• Kemudian inspirasi kembali secara santai
• Ekspirasi dirasakan sampai sudah tidak ada lagi udara yang bisa dikeluarkan dari
paru, dan dilaksanakan tidak lebih dari 6 detik. Inspirasi dilakukan selama 15
detik dan santai
Hasil Spirometri yang menggambarkan kelainan
paru
Unit Obstruksi Restriksi Normal
FVC (lts) ↓ ↓ 100 ± 20%

FEV1(lts) ↓ ↓ 100 ± 20%

FEV1/FVC% ↓ Normal > 80%


(Ratio)

FEF 25-75% ↓ ↓ 100 ± 35%


ml/Sec
DIAGNOSIS BANDING

Bronkitis kronik
PPOK Ditandai dengan batuk kronik yang mengeluarkan sputum 3 bulan dalam
01 (Penyakit Paru setahun untuk sedikitnya 2 tahun. Penyebab batuk kronik seperti
Obstruktif Kronis) tuberkulosis, bronkitis atau keganasan harus disingkirkan dahulu.

Emfisema paru
PPOK Sesak merupakan gejala utama emfisema. Sedangkan batuk dan mengi
02 (Penyakit Paru
Obstruktif Kronis)
jarang menyertainya. Pasien biasanya kurus. Berbeda dengan asma,
pada emfisema tidak pernah ada masa remisi, pasien selalu sesak pada
kegiatan jasmani.

Dulu gagal jantung kiri akut dikenal dengan nama asma kardial,
dan bila timbul pada malam hari disebut paroxyismal nokturnal
03 GAGAL JANTUNG dyspnea. Pasien tiba-tiba terbangun pada malam hari karena
sesak, tetapi sesak menghilang atau berkurang bila duduk.
TATALAKSANA

Pengontrol (controller) :
digunakan untuk maintanance Pelega (reliever) :
penatalaksanaan. Controller
dapat menurunkan inflamasi digunakan pada semua pasien,
pada saluran pernapasan,
mengontrol gejala, dan seperlunya maupun saat
menurunkan risiko ekeserbasi. ekeserbasi. Reliever juga
digunakan sebagai pencegahan
jangka pendek pada aktifitas
yang menginduksi
bronkokonstriksi.
TATALAKSANA
CONTROLLERS

• Diberikan langsung setelah pasien terdiagnosis asma.


• Pemberian langsung dengan dosis awal terbukti dapat meningkatkan
fungsi paru
• Macam – macam controller :
• Inhalasi kortikosteroid
• Beclometasone dipropionate : 200-500 mcg (low dose), 500-
1000 (medium dose), >1000 (high dose)
• Fluticonasone propionate : 100-250 mcg (low dose), 250-500
(medium dose), >500 (high dose)
• Metilsantin
• Long Acting Beta Agonist (LABA)
• Short Acting Beta Agonist (SABA)
• Leukotriene Receptor Antagonist (LTRA)
TATALAKSANA
RELIEVERS

- Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos, memperbaiki dan atau
menghambat bronkostriksi yang berkaitan dengan gejala akut. Termasuk pelega adalah :

- Macam-macam relievers :
- SABA : salbutamol, terbutalin, fenoterol, dan prokaterol yang telah beredar di
Indonesia.
- Metilstantin
Termasuk bronkodilator walau efeknya lebih lemah daripada SABA
- Antikolinergik
Pemberiannya secara ihalasi dengan cara kerja memblok efek pengelepasan asetilkolin
dari saraf kolinergik pada jalan nafas
- Adrenalin
Diberikan pada asma eksaserbasi sedang-berat. Pemberian subkutan
Pengobatan sesuai
derajat berat asma
Tatalaksana Serangan Asma Di
Rumah
Tatalaksana Serangan
Asma Di Rumah Sakit
Menilai Kontrol Gejala Asma

Alasan / kemungkinan asma


tidak terkontrol :
• Teknik inhalasi
• Kepatuhan: Tanyakan kapan
dan berapa banyak penderita
menggunakan obat-obatan
asma
• Lingkungan: Tanyakan
penderita, adakah
perubahan di sekitar
lingkungan penderita atau
lingkungan tidak terkontrol
• Konkomitan penyakit saluran
napas yang memperberat
seperti sinusitis, bronkitis
dan lain-lain
KOMPLIKASI

• Pneumonia (infeksi paru-paru)


• Kolaps paru (sebagian atau seluruh)
• Gagal pernafasan, disebabkan oleh kadar oksigen
dalam darah menjadi sangat rendah, atau kadar
karbon dioksida dalam darah menjadi sangat tinggi
• Status asmatikus (serangan asma berat yang tidak
respon dalam pengobatan)
PENCEGAHAN
Pencegahan Primer
Banyak faktor terlibat dalam meningkatkan atau menurunkan
sensitisasi alergen pada fetus, tetapi pengaruh faktor-faktor
tersebut sangat kompleks dan bervariasi dengan usia gestasi,
sehingga pencegahan primer waktu ini adalah belum mungkin.
Pencegahan sekunder
• Pemberian antihitamin H-1 dalam menurunkan onset
mengi pada penderita anak dermatitis atopik.
• Peran imunoterapi dengan allergen spesifik untuk
menurunkan onset asma

Pencegahan Tersier
Sudah asma tetapi mencegah terjadinya serangan yang
ditimbulkan oleh berbagai pencetus. Sehingga
menghindari pajanan pencetus akan memperbaiki
kondisi asma dan menurunkan kebutuhan medikasi/
obat
PROGNOSIS

Pasien dengan asma yang tidak terkontrol mengembangkan


perubahan jangka panjang dari waktu ke waktu (yaitu, dengan
renovasi saluran napas). Ini dapat menyebabkan gejala kronis
dan komponen ireversibel yang signifikan terhadap penyakit
mereka. Banyak pasien yang menderita asma pada usia yang
lebih tua juga cenderung memiliki gejala kronis.
DAFTAR PUSTAKA

1. Rengganis, I. 2008. Diagnosis Dan Tatalaksana Asma Bronkhiale. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI: Jakarta, Majalah Kedokteran
Indonesia, Volume: 58; No.11;November 2008.
2. Baratawidjaja KG, Soebaryo RW, Kartasasmita CB, Suprihati, Sundaru H, Siregar SP, et al. 2006. Allergy And Asthma, The Scenario In
Indonesia. In: Shaikh WA. Editor. Principles And Practice Of Tropical Allergy And Asthma. Mumbai: Vicas Medical Publisher;.707-36
3. PDPI. 2003. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan asma di indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
4. Megan Stapleton, PharmD, Amanda Howard-Thompson. 2011. Smoking and Asthma. JABFM May–June Vol. 24 No. 3, p.313-322
5. KEMENKES. 2008. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Diunduh dari http://www.pdpersi.co.id/peraturan/kepmenkes/kmk10232008.pdf
6. Sukamto, Sundaru, H. 2006. Asma Bronkhiale Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
7. Lommatzsch, M dan J Christian Virchow. 2014. Severe Asthma: Definition, Diagnosis and Treatment. Deutsches Ärzteblatt International.
8. Brennan D. 2019. Prevention of Asthma. https://www.webmd.com/asthma/guide/asthma-prevention
9. Global Initiative for Asthma (GINA). 2019. Global Strategy for Asthma Management and Prevention.
https://ginasthma.org/wp-content/uploads/2019/04/GINA-2019-main-Pocket-Guide-wms.pdf

Anda mungkin juga menyukai