Anda di halaman 1dari 25

Surat

An-Naas
Al-Muhtawa
‫) ِم ْن‬3( ‫اس‬ ِ َّ‫) ِإلَ ِه الن‬2( ‫اس‬ ِ َّ‫) َم ِل ِك الن‬1( ‫اس‬ ِ َّ‫ب الن‬ ِ ‫قُ ْل أَعُوذُ ِب َر‬
‫ور‬
ِ ‫ص ُد‬
ُ ‫س ِفي‬ ُ ‫س ِو‬ْ ‫) الَّ ِذي يُ َو‬4( ‫اس‬ ِ َّ‫اس ا ْل َخن‬
ِ ‫س َو‬ ْ ‫ش َِر ا ْل َو‬
)6( ‫اس‬ ِ َّ‫) ِم َن ا ْل ِجنَّ ِة َوالن‬5( ‫اس‬ ِ َّ‫الن‬
1. Katakanlah, "Aku berlidung kepada Tuhan (yang
memelihara dan menguasai) manusia. 2. Raja
manusia. 3. Sembahan manusia. 4. Dari
kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa
bersembunyi, 5. Yang membisikkan (kejahatan)
ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan
manusia. 6. Dari (golongan) jin dan manusia."
‫‪Alur Materi‬‬
‫ُمقَ ِد َمة‬

‫ب النَّ ِ‬
‫اس‬ ‫َر ُّ‬ ‫س ْو َرةُ النَّ ِ‬
‫اس‬ ‫ُ‬

‫تفسير اآليات‬
‫َم ِل ِك النَّ ِ‬
‫اس‬ ‫صد َُر‬
‫َم ْ‬
‫ستِعَا َذ ِة‬
‫ا ِال ْ‬
‫ِإلَ ِه النَّ ِ‬
‫اس‬ ‫س ِتعَاذَةُ‬
‫ا ِال ْ‬
‫س ِفي‬ ‫س ِو ُ‬ ‫يُ َو ْ‬ ‫من ش ُُر ْو ُر‬ ‫ع‬‫نَ ْو ُ‬
‫صد ُْو ِر‬
‫ال ُّ‬ ‫اس‬ ‫س َو ِ‬ ‫ا ْل َو ْ‬ ‫ستِعَا َذ ِة‬
‫ا ِال ْ‬

‫النَّ ُ‬
‫اس‬ ‫ا ْل ِجنَّةُ‬
‫‪Rasm‬‬
Kedudukan dan keuatamaan surat
An-Naas

•Surat An-Naas terdiri dari 6 ayat


• Surat ini terdapat pada urutan
terakhir dalam susunan Al-Qur’an
•Menurut pendapat para ulama di
bidang tafsir bahwa surat An-Naas
termasuk golongan surat Makkiyah
(turun sebelum hijrah).
 Surat An Naas merupakan salah satu Al
Mu’awwidzataini. Yaitu dua surat yang mengandung
permohonan perlindungan, yang satunya adalah surat
Al Falaq.
 Kedua surat ini memiliki kedudukan yang tinggi
diantara surat-surat yang lainnya. Rasulullah SAW
bersabda:
‫ط ا ْل ُمعَ ِوذََت َ ْْ ِن‬ َ ْ‫أ ُ ْن ِز َل أ َ ْو أ ُ ْن ِزلَت‬
ُّ َ‫علَ َّي آيَاتٌ لَ ْم يُ َر ِمثْلُ ُه َّن ق‬
“Telah diturunkan kepadaku ayat-ayat yang tidak semisal dengannya yaitu Al
Mu’awwidataini (surat An Naas dan surat Al Falaq).” (Muslim no. 814,
Tirmidzi no. 2827, Nasa’i no. 944)

 Setelah turunnya dua surat ini, Rasulullah SAW


mencukupkan keduanya sebagai bacaan (wirid) untuk
membentengi diri dari pandangan jelek jin maupun manusia.
(Tirmidzi no. 1984, dari shahabat Abu Sa’id ra)
 Al Mu’awwidzat juga dijadikan wirid/dzikir di waktu
pagi dan sore. Nabi saw bersabda: “Barangsiapa yang
membacanya sebanyak tiga kali diwaktu pagi dan sore,
niscaya Allah subhanahu wata’ala akan mencukupinya
dari segala sesuatu”. (Abu Daud no. 4419, Naasaa’i no.
5333, dan Tirmidzi no. 3399)
 Demikian pula disunnahkan membaca Al Mu’awwidztat
sebelum tidur. Caranya, membaca ketiga surat ini lalu
meniupkan pada kedua telapak tangannya, kemudian
diusapkan ke kepala, wajah dan seterusnya ke seluruh
anggota badan, sebanyak tiga kali. (Bukhari 4630
 Al Muawwidzat juga bisa dijadikan bacaan ‘ruqyah’
(pengobatan ala islami dengan membaca ayat-ayat Al
Qur’an). Dipenghujung kehidupan Rasulullah saw, beliau
dalam keadaan sakit. Beliau meruqyah dirinya dengan
membaca Al Muawwidzat, ketika sakitnya semakin parah,
maka Aisyah yang membacakan ruqyah dengan Al
Muawwidzat tersebut. (Al Bukhari no. 4085 dan Muslim
no. 2195)
HUBUNGAN SURAT
 Hubungan surat An-Naas dengan
surat sebelumnya
◦ Kedua-duanya sama-sama mengajarkan
kepada manusia, hanya kepada Allah-lah
menyerahkan diri dari segala kejahatan
◦ Surat Al-Falaq memerintahkan untuk
memohon perlindungan dari segala bentuk
kejahatan, sedang surat An-Naas
memerintahkan untuk memohon
perlindungan dari jin dan manusia.
TAFSIR AYAT 1-3
Memohon perlindungan kepada Allah

‫اس‬
ِ َّ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ب‬ ‫ر‬
ِ َِ ‫ب‬ ُ ‫ذ‬‫و‬‫ع‬ُ َ ‫قُ ْل أ‬
“Katakanlah (Wahai Muhammad): “Aku
berlindung kepada Rabb manusia.”
ِ َّ‫َم ِل ِك الن‬
‫اس‬
“Raja manusia.”
ِ َّ‫ِإلَ ِه الن‬
‫اس‬
“Sembahan manusia.”
 Tiga ayat diatas merupakan sebuah tarbiyah ilahiyah, Allah
memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk memohon perlindungan hanya
kepada-Nya. Karena Dia adalah:
* Rabb (yaitu sebagai pencipta, pengatur, dan pemberi rizki),
* Al Malik (pemilik dari segala sesuatu yang ada di alam ini),
* Al Ilah (satu-satunya Dzat yang berhak diibadahi).
 Dengan ketiga sifat Allah SWT ini, Nabi Muhammad diperintah untuk
memohon perlindungan hanya kepada-Nya, dari kejelekan was-was yang
dihembuskan syaithan dan dari kejahatan karena kedengkian jin dan
manuisa.
 Sebuah pendidikan Rabbani, bahwa semua makhluk Allah SWT adalah
hamba yang lemah, butuh akan pertolongan-Nya SWT. Termasuk Nabi
Muhammad SAW beliau adalah manusia biasa yang butuh akan
pertolongan-Nya. Sehingga beliau adalah hamba yang tidak boleh
disembah, bukan tempat untuk meminta pertolongan dan perlindungan,
dan bukan tempat bergantung.
‫ َم ِل ِك‬، ‫اس‬ ِ َّ‫ب الن‬ِ ‫س ْو َر ِة ِب َر‬ ُ ‫اإل ْستِعَاذَة ُ فِي َه ِذ ِه ال‬ ِ
‫ ش َُّر‬: ‫ َو ْال ُم ْستَعَاذُ ِم ْنهُ ُه َو‬. ‫اس‬ ِ َّ‫ ِإلَ ِه الن‬، ‫اس‬ ِ َّ‫الن‬
‫صد ُْو ِر‬ ُ ‫س فِي‬ ُ ‫ الَّ ِذي يُ َو ْس ِو‬، ‫اس‬ ِ َّ‫اس ْال َخن‬ ِ ‫ْال َو ْس َو‬
. ‫اس‬ ِ َّ‫ ِم َن ْال ِجنَّ ِة َوالن‬، ‫اس‬ ِ َّ‫الن‬
Memohon perlindungan yang disebutkan
pada surat ini adalah kepada Tuhan
manusia, raja manusia dan sembahan
manuisa.
Yang dimintakan perlindungan darinya
adalah
Jahatnya bisikan yang bersumber dalam
dada manusia; baik dari jin atau manuisa
، ُ‫اإللَتتتتته‬ِ ، ‫تتتتتك‬ ِ ‫ ْال َم ِل‬، ‫ب‬ َّ ‫اال ْستتتتتتِعَاذَة ُ ِب‬
ِ ‫تتتتتالر‬ ِ ‫َو‬
ُُ َ‫ست ْب َحانَهُ َمتا ِبت ِه يَت ْدف‬
ُ ‫ل‬ِ ِ ِ ‫صتََا‬ ِ ‫ض ُر ِم ْن‬ ِ ‫ت َ ْست َ ْح‬
.ً‫صة‬ َ ‫اس َخا‬ ِ َّ‫اس ْال َخن‬ِ ‫ َوش ََّر ْال َو ْس َو‬، ً‫عا َمة‬َ ‫ش َّر‬ َّ ‫ال‬
Memohon perlindungan kepada
Tuhan, Raja dan Ilah akan
menghadirkan sifat-sifat Allah
yang dapat menolak segala
kejahatan secara umum dan
kejahatan bisikan secara khusus.
. ‫تتامي‬ ِ ‫الرا ِعتتتي َو ْال َحت‬ َّ ‫تتو ْال ُم َر ِبتتتي َو ْال ُم َو ِجتتتهُ َو‬
َ ‫ب ُهت‬ َّ ‫فَت‬
ُّ ‫تتالر‬
‫اإللَهُ ُه َو ا ْل ُم ْست َ ْع ِلي‬
ِ ‫ َو‬. ‫ف‬ ُ ‫ص ِر‬َ َ ‫َو ْال َم ِل ُك ُه َو ْال َما ِل ُك ْال َحا ِك ُم ْال ُمت‬
َّ ‫تن ال‬
‫ش ِتر‬ َ ‫اِ فِ ْي َها ِح َمايَتةٌ ِم‬ ُ ََ‫الص‬ ِ ‫ َو َه ِذ ِه‬. . ‫ط‬ ُ ‫س ِل‬َ َ ‫ْال ُم ْست َ ْو ِلي ْال ُمت‬
ُ‫ْتف ت َ ْدفَعُته‬َ ‫ف َكي‬ ُ ‫ي الَ ت َ ْع ِتر‬َ ‫ه‬
ِ ‫و‬ َ . . ‫ر‬ِ ‫ُو‬
ْ ‫د‬ ‫ص‬
ُّ ‫ال‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬‫إ‬
ِ ‫س‬ُ ‫س‬
َّ ‫د‬
َ َ ‫ت‬َ ‫ي‬ ‫ي‬‫ذ‬ِ َّ ‫ال‬
. ‫ألَنَّهُ َم ْست ُ ْو ٌر‬
Ar-Rabb adalah murabbi (yang membimbing,
mengarahkan, memelihara dan melindungi.
Al-Malik adalah yang memiliki, yang menentukan dan
mengatur.
Al-Ilah adalah yang Maha tinggi, berkuasa dan
menekan.
Sifat-sifat ini dapat memberikan perlindungan dari
segala kejahatan yang berasal dari dada (hati), yang
kebanyakan manusia tidak mampu melakukannya karena
tersembunyi
، ‫ش ْي ٍء‬َ ‫ َو َم ِل ُك ُك ِل‬، ‫ش ْي ٍء‬ َ ‫ب ُك ِل‬ ُّ ‫َولُ َر‬
‫ْص ِذ ْك ِر‬
ُ ‫صي‬ ِ ‫ َولَ ِك ْن ت َ ْخ‬. ‫ش ْي ٍء‬ َ ‫َو ِإلَهُ ُك ِل‬
‫س ْو َن ِب ْالقُ ْربَى ِفي‬ ُّ ‫اس ُهنَا يَ ْجعَلُ ُه ْم يَ ُح‬ ِ َّ‫الن‬
. ‫اء‬ ِ ‫ف ْال ِعيَا ِذ َو‬
ِ ‫اال ْحتِ َم‬ ِ ِ‫َم ْوق‬
Allah adalah Pengatur dan penata dari segala
sesuatu, pemilik dari segala sesuatu dan Ilah
(Tuhan) yang berhak disembah dari segala
sesuatu. Namun dikhususkan penyebutan beriring
dengan sebutan manusia membuat mereka
merasakan kedekatan terutama pada saat
memohon perlindungan dan penjagaan.
‫سلَّ َم‬ َ ُ‫صلَّى ل‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫س ْولَه‬ ُ ‫َولُ ِب َر ْح َم ٍة ِم ْنهُ يُ َو ِجهُ َر‬
‫ار‬ِ ‫ض‬َ ‫ َم َُ ا ْس ِت ْح‬، ‫اء ِإلَ ْي ِه‬ ِ ‫َوأ ُ َّمتَهُ ِإلَى ْال ِعيَا ِذ ِب ِه َو‬
ِ ‫اال ْل ِت َج‬
‫ الَ قِبَ َل لَ ُه ْم‬، ‫ب‬ ِ ‫ ِم ْن ش ٍَر َخ َِي ِ ال َّد ِب ْي‬، ‫صََاتِ ِه َه ِذ ِه‬ ِ ‫َمعَانِي‬
‫ فَ ُه َو يَأ ْ ُخذُ ُه ْم ِم ْن‬. ‫اإللَ ِه‬ ِ ‫ب ْال َم ِل ِك‬ ِ ‫الر‬ َّ ‫ِب َد ْف ِع ِه ِإالَّ ِبعَ ْو ٍن ِم َن‬
.. ‫ْث الَ يَ ْحت َ ِسبُ ْو َن‬ ُ ‫ َويَأْتِ ْي ِه ْم ِم ْن َحي‬، ‫ْث الَ يَ ْشعُ ُر ْو َن‬ ُ ‫َحي‬
Allah dengan rahmat-Nya memberikan pengarahan
kepada Rasulullah saw dan umat untuk senantiasa
berlindung dan bersimpuh kepada-Nya, diiringi dengan
menghadirkan makna dari sifat-sifat-Nya dari berbagai
bisikan yang tersembunyi yang tidak memiliki kekuatan
untuk menghadapinya kecuali dengan pertolongan Allah;
Rabb, al-Malik dan al-Ilah. Karena bisikan tersebut hadir
dari arah yang tidak dapat mereka rasakan, datang dari
arah yang tidak mereka duga.
TAFSIR AYAT 4
Jenis permohonan perlindungan

ِ َّ‫اس ا ْل َخن‬
‫اس‬ ْ ‫ِمن ش َِر ا ْل َو‬
ِ ‫س َو‬
“Dari kejahatan (bisikan) syaithan yang biasa bersembunyi.”

 Makna Al was-was adalah bisikan yang betul-betul tersembunyi dan samar,


 Sementara makna al khannas adalah mundur.
Bagaimana maksud dari ayat ini?
 Maksudnya, bahwasanya syaithan selalu menghembuskan bisikan-bisikan
yang menyesatkan manusia disaat manusia lalai dari berdzikir kepada Allah
SWT. Sebagaimana firman-Nya (artinya):
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Rabb yang Maha Pemurah (Al
Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan). Maka syaitan itulah
yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (Az Zukhruf: 36)
Adapun ketika seorang hamba berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala,
maka syaithan bersifat khannas yaitu ‘mundur’ dari perbuatan menyesatkan
manusia. Sebagaimana dalam firman-Nya (artinya):
“Sesungguhnya syaitan itu tidak mempunyai kekuasaan atas orang-orang yang
beriman dan bertawakkal kepada Rabb-nya.” (An Nahl: 99)
Al Imam Ibnu Katsir di dalam kitab
tafsirnya ketika membawakan
penafsiran dari Sa’id bin Jubair dan Ibnu
‘Abbas, yaitu: “Syaithan bercokol di dalam
hati manusia, apabila dia lalai atau lupa
maka syaithan menghembuskan was-was
padanya, dan ketika dia mengingat Allah
subhanahu wata’ala maka syaithan lari
darinya.”
TAFSIR AYAT 5
Jenis dan Cara kejahatan
ِ َّ‫ُور الن‬
‫اس‬ ِ ‫صد‬ُ ‫س فِي‬ ْ ‫الَّ ِذي يُ َو‬
ُ ‫س ِو‬
“Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.”

Inilah misi syaithan yang selalu berupaya


menghembuskan was-was kepada manusia;
* Menghiasi kebatilan sedemikian indah dan
menarik.
* Mengemas kebenaran dengan kemasan yang
buruk.
Sehingga seakan-akan yang batil itu tampak benar
dan yang benar itu tampak batil.
Contohnya, kisah ketika Rasulullah saw sedang beri’tikaf.
Shafiyyah bintu Huyay (salah seorang istri beliau saw)
mengunjunginya di malam hari. Setelah berbincang beberapa
saat, maka Rasulullah saw mengantarkannya pulang ke
kediamannya. Namun perjalanan keduanya dilihat oleh dua
orang Al Anshar. Kemudian syaithan menghembuskan ke dalam
hati keduanya perasaan was-was (curiga). Rasulullah saw
melihat gelagat yang kurang baik dari keduanya. Oleh karena itu
Rasulullah saw segera mengejarnya, seraya bersabda:
.‫سو َل هللا‬ ُ ‫ار‬ َ ‫س ْب َح‬
َ َ‫ان هللا ي‬ ُ :َ‫ص ِفَّْةُ ِب ْنتُ ُحَْي فَقَال‬ ْ ‫علَى ِر‬
َ ‫ إِنَّ َها‬,‫س ِل ُك َما‬ َ
‫ش ْْتُ أ َ ْن‬
ِ ‫ َو ِإنِي َخ‬,‫ان يَ ْج ِري ِم ِن ا ْب ِن آ َد َم َم ْج َرى الدَّم‬ َّ ‫ ِإ َّن ال‬:‫فَقَا َل‬
َ ‫ش ْْ َط‬
‫ أ َ ْوش ًَّرا‬,‫ش ْْئا‬ َ َ‫يُ ْقذ‬.
َ ‫ف ِفي قُلُو ِب ُك َما‬
“Tenanglah kalian berdua, dia adalah Shafiyyah bintu Huyay. Mereka
berdua berkata: “Maha Suci Allah wahai Rasulullah. Maka Rasulullah
bersabda: “Sesungguhnya syaithan mengalir di tubuh bani Adam sesuai
dengan aliran darah, dan aku khawatir dihembuskan kepada kalian
sesuatu atau keburukan.” (H.R Muslim no. 2175)
Demikianlah watak syaithan selalu menghembuskan
bisikan-bisikan jahat ke dalam hati manusia. Apalagi Allah
subhanahu wata’ala dengan segala hikmah-Nya telah
menciptakan ‘pendamping’ (dari kalangan jin) bagi setiap
manusia, bahkan Rasulullah saw juga ada
pendampingnya. Sebagimana sabdanya shalallahu ‘alaihi
wasallam:
َ َّ‫ َو ِإي‬:‫ قَالُوا‬،‫الج ِن‬
‫اك‬ ِ ‫َما ِم ْن ُك ْم ِم ْن أ َ َح ٍد ِإل َقَ ْد ُو ِك َل ِب ِه قَ ِر ْينُهُ ِم َن‬
،‫سلَ َم‬ ْ َ ‫علَ ْْ ِه فَأ‬
َ ‫ ِإلَّ أ َ َّن هللا أَعَانَ ِني‬،‫اي‬ َ َّ‫ َو ِإي‬:‫سو َل هللا ؟ قَا َل‬ ُ ‫ار‬ َ َ‫ي‬
.‫فَالَ يَأ ْ ُم ُرنِي ِإلَّ ِب َخ ْْ ٍر‬
“Tidaklah salah seorang dari kalian kecuali diberikan seorang pendamping dari
kalangan jin, maka para shahabat berkata: Apakah termasuk engkau wahai
Rasulullah? Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: Ya, hanya saja
Allah telah menolongku darinya, karena ia telah masuk Islam, maka dia tidaklah
memerintahkan kepadaku kecuali kebaikan”. (Muslim no. 2814)
TAFSIR AYAT 6
Sumber kejahatan

ِ َّ‫ِم َن ا ْل ِجنَّ ِة َو الن‬


‫اس‬
“Dari (golongan) jin dan manusia.”

Dari ayat ini tampak jelas bahwa yang melakukan bisikan ke dalam dada
manusia tidak hanya dari golongan jin, bahkan manusia pun bisa berperan
sebagai syaithan. Hal ini juga dipertegas dalam ayat lain:
“Dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu
syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebagian mereka
membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang
indah-indah untuk menipu (manusia)” (Al An’am: 112)
Maka salah satu jalan keluar dari bisikan dan godaan syaithan baik dari
kalangan jin dan manusia adalah sebagaimana firman Allah SWT: “Dan
jika syaithan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah
perlindungan kepada Allah.” (Fushshilat: 36)
‫ قال رسو ُل ل صلى‬: ‫َّاس قَا َل‬ ٍ ‫عب‬
َ ‫ع ِن اب ِْن‬َ
ِ ‫يطان َجاثِ ٌم على قَ ْل‬
‫ب‬ ُ ‫ش‬ َّ ‫ «ال‬: ‫ل عليه وسلم‬
‫غََ َل‬
َ ‫َس وإذا‬َ ‫ذكر ّللا َخن‬
َ ‫ فإذا‬، ‫ابن آ َد َم‬
ِ
»‫س‬َ ‫َو ْس َو‬
Dari ibnu Abbas RA berkata: Nabi saw
bersabda: “Syaitan selalu berada di hati
anak cucu Adam, jika ia berdzikir kepada
Allah maka ia akan menjauh namun jika
lengah maka ia akan membisiki” (Jami’ Al-
Ushul)
Adapun manusia kita banyak tahu akan bisikan mereka. Dan
kita tahu bahwa ia lebih berbahaya dari bisikan syaitan!
- Teman yang jahat yang selalu membisikkan kejahatan ke dalam
hati dan akal teman lainnya dari arah yang tidak disangka dan
tidak dijaga, karena ia mengira adalah sahabat karibnya!
- Bawahan –pejabat- yang jahat selalu membisikkan kepada
pemimpinnya sehingga ia akan melakukan segala kejahatan dan
kediktatoran serta kerusakan di muka bumi.
- Para pengadu domba (pengumpat) yang senantiasa menghiasi
dan membuat elok ucapannya, sehingga tampak seakan sebagai
kebenaran yang tidak ada keraguan di dalamnya.
- Para penjual syahwat yang selalu membisikkan melalui pintu-
pintu syahwat, mempedaya yang tidak mampu ditolak kecuali
bagi siapa yang memiliki hati dan jiwa yang waspada dan
pertolongan Allah.
Dan para pembisik lainnya yang senantiasa bergentayangan
dan menyembunyikannya, masuk dari berbagai pintu hati yang
tersebut yang tidak disadari dan dirasa,.. Mereka adalah lebih jahat
dari jin dan lebih tersembunyi dari derap semut hitam!
Orang beriman selalu
menghadapi lima musuh:
1. Orang beriman yang Hasad
2. Orang munafiq yang
membencinya
3. Orang kafir yang memusuhi
4. Jiwa yang mengalahkan
5. Syaitan yang menyesatkan
PENUTUP
 Melalui surat ini jelas bagi kita bahwa
memohon pertolongan dan perlindungan
hanya kepada Allah subhanahu wata’ala
semata.
 Mengakui bahwa sesungguhnya seluruh
makhluk berada di bawah pengaturan dan
kekuasaan-Nya subhanahu wata’ala.
 Bahwa semua kejadian ini terjadi atas
kehendak-Nya SWT.
 Dan tiada yang bisa memberikan
pertolongan dan menolak mudharat kecuali
atas kehendak-Nya subhanahu wata’ala pula.
Semoga Allah SWT
menjadikan kita sebagai
hamba-hamba-Nya yang
senantiasa meminta
pertolongan, perlindungan
dan mengikhlaskan seluruh
peribadahan hanya kepada-
Nya.

Anda mungkin juga menyukai