vektor dari sumber yang sama penyakit menyerang sekelompok populasi. Manusia ke manusia, insfeksi melalui titik ludah ( droplet infection) penyakit ditularkan dari penderita kepada orang yang tidak sakit. Bencana – bencana yang terjadi dengan akut atau dengan bertahap misalnya banjir, gempa, angin ribut,dan kekeringan muncul diseluruh dunia setiap tahun. Semua ini disebabkan oleh perubahan iklim dan kesalahan pemanfaatan lahan. Diiringi oleh pertumbuhan penduduk, urbanisasi, dan pertambahan kelompok usia lanjut, masalah bencana menjadi semankin bertambah disertai dengan perubahan pola penyakit. Pengendalian penyakit menular banyak dipengaruhi oleh keandalan faktor-faktor sarana lingkungan yang mendukung kesehatan seperti air bersih, sanitasi yang efektif, pengendalian vektor, tempat bernaung dan imunisasi serta tenaga kesehatan yang terlatih dalam diagnosis dini dan pengobatan. Jika pada tanah tempat pengunsian terjadi pencemaran telur cacing, maka telur ini berkembang menjadi tekur infektif ( matang) dan siap ditularkan melalui debu kemulut manusia Ditempat-tempat terjadi bencana, penularan penyakit serta kematian akibat penyakit menular memakan korban lebih banyak dari pada dampak primer bencana. Ketika terjadi bencana banyak terjadi perubahan faktor –faktor penghidupan masyarakat sehingga pola penularan penyakit pun turut berubah yang tergambar dalam perubahan angka morbiditas dan mortalitas. Berkembangnya faktor-faktopenularan penyakit dalam lingkungan seperti kondisi fisik ( misalnya Kerumunan manusia korban bencana dalam jumlah besar dan waktu pendek. Interaksi dengan populasi asing ditempat pengunsian (dengan penduduk setempat atau dengan kelompok pengungsi lain yang mungkin membawah penyakit yang tidak terdapat pada pengungsi pendatang). Penurunan daya tahan tubuh populasi-populasi korban bencana karena tekanan fisik dan psikis. Kondisi lingkungan yang tidak mendukung Tnidak berfungsinya sistem pelayanan kesehatan akibat kelumpuhan atau kehancuran sistem karena bencana. Terputusnya upaya-upaya sebelumnya dalam pengendalian penularan penyakit menular. , tempat-tempat perindukan), biologi ( misalnya vektor ) dan kimia ( misalnya : zat radio aktif ). Pengendalian penyakit menular banyak dipengaruhi oleh keandalan faktor-faktor sarana lingkungan yang mendukung kesehatan seperti air bersih, sanitasi yang efektif, pengendalian vektor, tempat bernaung dan imunisasi serta tenaga kesehatan yang terlatih dalam diagnosis dini dan pengobatan. terjadinya bencana dan ke gawat daruratan, masalah lanjutan ini diperbesar. Oleh karena itu persiapan menghadapi bencana yang dapat dilakukan untuk melindungi masyarakat itu adalah perluasan layanan sanitasi dan kesehatan, peningkatan kesadaran akan bahaya kesehatan yang mengancam jika bencana terjadi, pengorganisasian masyarakat, dan mengurani kemiskinan. Infeksi akut saluran pernafasan ( acute repiratory infection,ARI) Campak TB Paru Meningitis meningococcus Difteri Relapsing fever ( louse borne, tick borne) Louse-borne typhus Infeksi-infeksi kulit (a.l.scabies) Diare Demam tipoid Cholera Disentri shigellosis Hepatitis virus A. Pelatihan tenaga kesehatan dalam mengidentifikasi dan manajemen penyaki-penyakit menular yang diperkirakan akan muncul ketika bencana. Persiapan sarana dan prasarana diagnostik, pengobatan dan langkah-langkah kesehatan. Menggiatkan sistem sueveilans kesehatan, melaksanakan protokol manajemen informasi penyakit-penyakit. Membangkitkan kesiagaan masyarakat tentang penyakit menular yang diperkirakan akan terkena bencana. 1. Adanya agen patogen setempat yang asing bagi korban bencana
13. Kelumpuhan / kehancuran sarana pelayanan dasar kesehatan
14. Runtuhnya struktur keluarga.
langkah pencegahan menurut aspek kesehatan masyarakat yang terdiri dari pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencagahan tersier. Pada pencegahan primer dilakukan langkah langkah melalui kesehatan lingkungan, sistem pemasukan pangan, dan layanan kesehatan; pada pencegahan sekunder dilakukan langkah langkah melalui sistem pemasokan pangan, layanan kesehatan dan dilengkapi dengan layanan medik, sedangkan pada pencegahan tersier upaya pencegahan disalurkan melalui sistem kesehatan dan layanan sosial. Menjaga kesehatan dengan cara menyingkirkan penyebab penyakit dan determinan / faktor resiko yang berpotensi menjauhkan induvidu dari kesehatan yang optimal. Dalam bahasa epidemiologi : pencegahan primer merupakan upaya mengurangi insidens penyakit, cedera, dan kematian dini di dalam masyarakat. Deteksi dini (early detection) penyakit sebelum sempat berkembang (progress) dan menimbulkan kerusakan permanen (irreversible); Dalam bahasa epidemiologi; pencegahan sekunder mengurangi prevalensi penyakit dan cacat (disability). Dengan cara: Melakukan uji penyaringan (screening test) misalnya pemeriksaan tinja untuk mencari telur cacing. Hasil uji penyaringan dapat dijadikan pedoman untuk: Mengalihkan (reverse), menghambat (retard), atau menghentikan (halt) perkembangan (progress) penyakit dengan cara pendeteksian sedini mungkin; melalui pengkajian riwayat alami penyakit (natural history of disease); Mengenali asal-usul (precursor) status penyakit untuk dapat dikoreksi atau disingkirkan pada tahap-tahap sedini-dininya agar tidak mencetuskan kembali letupan penyakit. Pengkajian -Cepat -Rinci -Masa Pemulihan Penentuan perioritas program
Penentuan pencapaian, objektif dan strategis
Sasaran pencapaian terakhir program pengendalian penyakit menular adalah mengidentifikasikan resiko dan mencegah mortalitas berlebih di kalangan korban bencana dengan cara mencegah dan mengelola letupan penyakit menular. Sebaiknya diusahakan sekuat – kuatnya mencegah terjadinya letupan penyakit dan bersiap mengelola letupan penyakit jika sampai terjadi. Diagnosis klinik; termasuk kemampuan diagnosis dasar, mikroskop, tes cepat/ sederhana laboratorium Kerjasama dengan laboratorium rujukan terdekat Modul pedoman kerja puskesmas Meningkatkan pengendalian vector nyamukdengan pengasapan Meluaskan Hazard Analysis and Critical Control Points ( HACCP ) pada penyediaan makanan, misalnya mulai dari sumber pemasokan , transport, dan lain- lain Meluaskan program imunisasi ( misalnya , imunisasi campak diterapkan pada anak- anak umur kurang dari 15 thn, cholera, TB Paru ) Memberikan pengobatan profilaksis ( misalnya malaria ) Pengendalian dan Pengelolaan Kasus Setelah letupan penularan penyakit terjadi , pengendalian dan pengelolaan kasus lebih ditingkatkan dengan mengembangkan : Rencana kedaruratan Alur tindakan diagnostic dan pengobatan, misalnya Manajemen terpadu Balita Sakit – MTBS ( Integrated Management of Chilhood Illnes, IMCI); Pengadaan Laboratorium lapangan ( Pemeriksaan darah
malaria , tinja, pewarnaan gram, pemeriksaan
BTA sputum, dan lain- lain yang diperlukan); Pengadaan obat esensil pada tingkat sarana layanan kesehatan.