DEMENSIA ALZHEIMER
Oleh:
Ali Akbar Mecca
Ganang Suryansa A
Iqbal Musyaffa
Pembimbing:
dr. Eri Achmad Achdiar, Sp.KJ
Riwayat Riwayat
Keluhan Keluhan Riwayat
Identitas Penyakit Penyakit
Utama Tambahan Pribadi
Sekarang Dahulu
Sensorium Daya
Deksripsi
Emosi Bicara Persepsi & Pikiran Nilai dan
Umum Kognisi tilikan
Kriteria Diagnosis
1. Munculnya defisit kognitif multiple :
Hendaya memori ( Terganggunya kemampuan mempelajari informasi baru
atau mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnnya)
NON -
FARMAKOTERAPI
FARMAKOTERAPI
Farmakoterapi
1. Kolinestrase inhibitor (donepezil,Rifastigmin,Galantamin dan tagmin)
Digunakan dalam pengobatan hendaya kognitif ringan sampai sedang dalam
penyakit alzhaeimer dengan cara mengurangi inaktivitas neuro transmitter asetilkolin
sehingga menghasilkan perbaikan sedang pada memori. Sangat berguna pada
penderita yang mengalami kehilangan memori.
2. benzodiazepine
Dapat diberikan apabila pasien disertai dengan keluhan insomnia dan ansietas.
3. Antidepressan
Bila terlihat gejala depresi.
4. Antipsikotik
Untuk waham dan halusinasi, Namun harus berhati-hati pada lansia yang diberikan akibat efek
idiosinkantrik (eksitasi paradoksal,kebingungan dan peningkatan sedasi)
5. Selegine (eldepryl)
Penghambat selektif oksidase-β monoamine dan OAINS dapat memperlambat kemajuan
penyakit ini.
Non-Farmakoterapi
Perburukan kemampuan mental memiliki makna yang psikologis yang
signifikan bagi pasien demensia. Klinis dapat Menjelaskan secara detail sifat dan
perjalanan penyakit mereka. dapat membantu, seperti mencatat terjadinya problem
dalam kalender, membuat jadwal dalam membantu menyusun aktifitas, dan membuat
catatan untuk problem memori. Intervensi psikodinamik dengan anggota keluarga
pasien demensia dapat sangat membantu. Mereka berjuang dengan perasaan
bersalah, sedih, marah dan lelah. Masalah yang timbul diantaranya para pelaku rawat
melibatkan pengorbanan diri mereka dalam merawat pasien.
Edukasi
◦ Pentingnya control dan minum obat teratur.
◦ Pentingnya identifikasi dan melaporkan efek samping obat
◦ Pentingnya mempertahankan pola makan yang sehat
◦ Pentingnya berolahraga secara teratur
◦ Pentingnya mempertahankan keaktifan mental
Prognosis
◦ Functionam : dubia ad malam
◦ Vitam : dubia ad malam
◦ Sanactionam : dubia ad malam
Referensi
1. Pengpid, S. and Peltzer, K., 2017. The Prevalence of Underweight, Overweight/Obesity and Their Related Lifestyle
Factors in Indonesia, 2014–2015. AIMS public health, 4(6), p.633.
2. Schmidt, U., Adan, R., Böhm, I., Campbell, I.C., Dingemans, A., Ehrlich, S., Elzakkers, I., Favaro, A., Giel, K., Harrison, A.
and Himmerich, H., 2016. Eating disorders: the big issue. The Lancet Psychiatry, 3(4), pp.313-315.
3. Murray, S.B., Griffiths, S. and Mond, J.M., 2016. Evolving eating disorder psychopathology: Conceptualising
muscularity-oriented disordered eating. The British Journal of Psychiatry, 208(5), pp.414-415.
4. Maslim, R., 2001. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-III. Jakarta: PT Nuh Jaya. p61.
5. Sadock, B.J., 2010. Kaplan & sadock buku ajar psikiatri klinis. Jakarta: EGC.
6. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental disorders. Washington (DC): APA; 2000
7. Harrington, B.C., Jimerson, M., Haxton, C. and Jimerson, D.C., 2015. Initial evaluation, diagnosis, and treatment of
anorexia nervosa and bulimia nervosa. Am Fam Physician, 91(1), pp.46-52.
8. Linardon, J. and Wade, T.D., 2018. How many individuals achieve symptom abstinence following psychological
treatments for bulimia nervosa? A meta‐analytic review. International Journal of Eating Disorders, 51(4), pp.287-294.
9. Aigner, M., Treasure, J., Kaye, W., Kasper, S. and WFSBP Task Force On Eating Disorders, 2011. World Federation of
Societies of Biological Psychiatry (WFSBP) guidelines for the pharmacological treatment of eating disorders. The World
Journal of Biological Psychiatry, 12(6), pp.400-443.
TERIMA KASIH