Anda di halaman 1dari 16

REFERAT

DEMENSIA ALZHEIMER
Oleh:
Ali Akbar Mecca
Ganang Suryansa A
Iqbal Musyaffa

Pembimbing:
dr. Eri Achmad Achdiar, Sp.KJ

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


RSUD Arjawinangun
Definisi
◦ Demensia adalah suatu sindrom akibat penyakit/gangguan otak yang biasanya bersifat
kronik-progresif dimana terdapat gangguan fungsi luhur kortikal yang multipel (multiple
high cortical function), Termasuk didalamnya : Daya ingat, Daya pikir, Orientasi, daya
tangkap (comperhesion), berhitung, berbahasa, dan daya nilai (judgment). Umumnya
disertai dengan kemerosotan (deterioration) dalam pengendalian emosi, prilaku
sosial,atau motivasi hidup.

Demensia Alzheimer onset dini

Demensia onset sebelum 65 tahun, perkembangan gejala cepat dan


progresif adanya riwayat keluarga yang memiliki alzhaimer merupakan
factor penyokong tetapi tidak harus dipenuhi
◦ Demensia Alzheimer onset lambat
Demensia onset diatas 65 tahun, perkembangan gejala penyakit yang
lambat dan gangguan daya ingat sebagai gambaran utamanya.

◦ Demensia Alzheimer tipe tak khas atau tipe campuran (atypical or


mixed type)
Demensia yang tidak cocok pada pedoman F00.0 atau F00.1,Tipe
campuran adalah demensia alzhaimer+vaskular
Anamnesis
◦ Wawancara Psikiatri

Riwayat Riwayat
Keluhan Keluhan Riwayat
Identitas Penyakit Penyakit
Utama Tambahan Pribadi
Sekarang Dahulu

◦ Pemeriksaan Fisik dan Status Mental

Sensorium Daya
Deksripsi
Emosi Bicara Persepsi & Pikiran Nilai dan
Umum Kognisi tilikan
Kriteria Diagnosis
1. Munculnya defisit kognitif multiple :
Hendaya memori ( Terganggunya kemampuan mempelajari informasi baru
atau mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnnya)

2. Satu (atau lebih gannguan kognitif dibawah ini)


◦ Afasia (gangguan berbahasa)
◦ Apraksia ( terganggunya kemampuan melakukan aktivitas motorik meski
fungsi motorik masih intak.
◦ Agnosia (kegagalan mengenali atau mengidentifikasi objek meski fungsi
sensorik masih intak).
◦ Gangguan dalam melakukan fungsi eksekutif (merencanakan,
mengoraganisasi, merangkai, abstaksi)
3. Perjalanan penyakit ditandai dengan awitan yang bertahap dan
penurunan kognitif yang kontinu.

4. Defisit kognitif tidak disebabkan oleh salah satu hal berikut :

• Penyakit SSP yang menyebebkan defisit progresif memori


(serebrovaskular, parkinson, Huntington, hematom subdural tumor otak)
• Penyakit sistemik yang menyebabkan demensia (hipotiroid, defisiensi
vit. B12 dan asam folat, hiperkalsemia, neurosifilis, HIV)
• Penyakit yang terinduksi zat
5. Defisit tidak terjadi hanya pada saat delirium

6. Gangguan tidak lebih mungkin disebabkan gangguan lain pada


aksis I (gangguan depresif mayor, Skizofrenia).
Diagnosis Banding
 F 30-39 Gangguan Depresif
 F 05 Delirium
 F 04 Sindrom amnestik organik
 F 00.2 Demsensia Alzheimer+Vaskular
Terapi
◦ Langkah awal pengobatan demensia adalah verifikasi diagnosis yang
akurat agar progresi penyakit dapat ditekan. Secara umum memberikan
pelayanan medis suportif, dukungan emosional untuk pasien dan keluarga,
serta terapi farmakologi untuk gejala spesifik termasuk prilaku yang
mengganggu.

NON -
FARMAKOTERAPI
FARMAKOTERAPI
Farmakoterapi
1. Kolinestrase inhibitor (donepezil,Rifastigmin,Galantamin dan tagmin)
Digunakan dalam pengobatan hendaya kognitif ringan sampai sedang dalam
penyakit alzhaeimer dengan cara mengurangi inaktivitas neuro transmitter asetilkolin
sehingga menghasilkan perbaikan sedang pada memori. Sangat berguna pada
penderita yang mengalami kehilangan memori.

2. benzodiazepine
Dapat diberikan apabila pasien disertai dengan keluhan insomnia dan ansietas.

3. Antidepressan
Bila terlihat gejala depresi.
4. Antipsikotik
Untuk waham dan halusinasi, Namun harus berhati-hati pada lansia yang diberikan akibat efek
idiosinkantrik (eksitasi paradoksal,kebingungan dan peningkatan sedasi)

5. Selegine (eldepryl)
Penghambat selektif oksidase-β monoamine dan OAINS dapat memperlambat kemajuan
penyakit ini.
Non-Farmakoterapi
Perburukan kemampuan mental memiliki makna yang psikologis yang
signifikan bagi pasien demensia. Klinis dapat Menjelaskan secara detail sifat dan
perjalanan penyakit mereka. dapat membantu, seperti mencatat terjadinya problem
dalam kalender, membuat jadwal dalam membantu menyusun aktifitas, dan membuat
catatan untuk problem memori. Intervensi psikodinamik dengan anggota keluarga
pasien demensia dapat sangat membantu. Mereka berjuang dengan perasaan
bersalah, sedih, marah dan lelah. Masalah yang timbul diantaranya para pelaku rawat
melibatkan pengorbanan diri mereka dalam merawat pasien.
Edukasi
◦ Pentingnya control dan minum obat teratur.
◦ Pentingnya identifikasi dan melaporkan efek samping obat
◦ Pentingnya mempertahankan pola makan yang sehat
◦ Pentingnya berolahraga secara teratur
◦ Pentingnya mempertahankan keaktifan mental
Prognosis
◦ Functionam : dubia ad malam
◦ Vitam : dubia ad malam
◦ Sanactionam : dubia ad malam
Referensi
1. Pengpid, S. and Peltzer, K., 2017. The Prevalence of Underweight, Overweight/Obesity and Their Related Lifestyle
Factors in Indonesia, 2014–2015. AIMS public health, 4(6), p.633.
2. Schmidt, U., Adan, R., Böhm, I., Campbell, I.C., Dingemans, A., Ehrlich, S., Elzakkers, I., Favaro, A., Giel, K., Harrison, A.
and Himmerich, H., 2016. Eating disorders: the big issue. The Lancet Psychiatry, 3(4), pp.313-315.
3. Murray, S.B., Griffiths, S. and Mond, J.M., 2016. Evolving eating disorder psychopathology: Conceptualising
muscularity-oriented disordered eating. The British Journal of Psychiatry, 208(5), pp.414-415.
4. Maslim, R., 2001. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-III. Jakarta: PT Nuh Jaya. p61.
5. Sadock, B.J., 2010. Kaplan & sadock buku ajar psikiatri klinis. Jakarta: EGC.
6. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental disorders. Washington (DC): APA; 2000
7. Harrington, B.C., Jimerson, M., Haxton, C. and Jimerson, D.C., 2015. Initial evaluation, diagnosis, and treatment of
anorexia nervosa and bulimia nervosa. Am Fam Physician, 91(1), pp.46-52.
8. Linardon, J. and Wade, T.D., 2018. How many individuals achieve symptom abstinence following psychological
treatments for bulimia nervosa? A meta‐analytic review. International Journal of Eating Disorders, 51(4), pp.287-294.
9. Aigner, M., Treasure, J., Kaye, W., Kasper, S. and WFSBP Task Force On Eating Disorders, 2011. World Federation of
Societies of Biological Psychiatry (WFSBP) guidelines for the pharmacological treatment of eating disorders. The World
Journal of Biological Psychiatry, 12(6), pp.400-443.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai