12 April 2018
KELOMPOK 10
Tutor : dr. Roro
Ketua : Dzuhri Al Okta (405140187)
Sekretaris : Geofanny Febrine Chandra (405150049)
Penulis : Ika Damayanti (405150099)
Anggota :
Miranda Mclean Joostensz (405130138)
Raymond Malvin Winata (405140017)
Deva Hafiatun (405140160)
Yeni Anggraini (405140211)
Grace Madeleine (405150038)
Glenn Tondi Gautama S. (405150040)
Nadisa Tiofunda (405150067)
Robert Suryajaya H (405150118)
MATA KULIAH PENUNJANG MODUL
• Kebidanan
• Perinatalogi
• Farmakologi
IBU PUCAT BAYI GAWAT
Seorang perempuan berusia 40 tahun, G6P5A0, mengaku hamil sudah sembilan bulan, datang ke
RSU Kecamatan dengan keluhan mules yang semakin sering sejak tadi malam dan sudah keluar air-air
seperti kencing dari jalan lahir. Riwayat obsetri didapatkan kehamilam pertama dilakukan induksi
persalinan dengan riwayat post term. Kehamilan kedua lahir dengan SC karena letak sungsang.
Kehamilan ketiga, bayi normal cukup bulan. Kehamilan keempat, bayi lahir normal namun meninggal
sesudah dilahikan. Kehamilan kelima, bayi lahir dengan bantuan vakum, dan sekarang berusia 2
tahun.
Pemeriksaan fisik: tekanan darah 158/95 mmHg, denyut nadi 88 kali/menit, frekuensi nafas 24
kali/menit, temperatur 370C. Pemeriksaan Leopold: presentasi kepala, teraba 2/5. Pemeriksaan
inspekulo didapatkan cairan bening, +/- 5 mL pada froniks posterior, nitrazine test positif. Serviks
tampak terbuka. Pada pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 6 cm. lima jam kemudian bayi
lahir spontan. Setelah 30 menit plasenta belum lahir, plasenta dikeluarkan secara manual. Total
perdarahan pasca persalinan +/- 800cc. Pada kala IV, didapatkan ibu ppucat, lemas, dan kontraksi
uterus tidak kuat. Segera dilakukan tindakan oleh dokter. Dua hari kemudian, ibu demam dan tercium
bau yang sangat kuat dari daerah kemaluan.
Bayi perempuan lahir dengan BBL 2300 gram, PBL 48cm, LK 32cm. Ketuban sedikit dan tidak berbau.
Bayi terlihat menangis tidak lepas, mmerintih, nafas tidak adekuat. Setelah dilakukan resusitasi, laju
nadi 110x/ menit, laju nafas 70x/ menit, temperatur 35,50C, gula darah 39mg/dL
Apa yang dapat dipelajari dari kasus diatas ?
LANGKAH 1 (KATA SULIT)
1. Nitazine test: test untuk mengetahui pH asam/ basa → mendeteksi air ketuban
2. Vakum: alat bantu untuk persalinan yang melekat pada kepaka bayi
Indikasi: pre-eklamsia berat, eklamsia, anemia, kala 2 memanjang, diabetes,
riwayat SC, maternal distress, gawat janin
Konta-indikasi absolut: distosia (CPD), operator tidak kompeten, presentasi (dahi,
muka, letak lintang dan sungsang)
Konta-indikasi relatif: pasca pengambilan darah dari kulit kepala bayi, IUFD,
anesefalus
LANGKAH 2 (RUMUSAN MASALAH)
1. Apakah usia & riwayat ibu bisa untuk melakukan persalinan normal ? Komplikasi ?
2. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik ibu dan bayi ?
3. Kenapa cairan ketuban sedikit dan bau ?
4. Tindakan apa yang dilakukan dokter bedah pada kala IV sesuai kasus ?
5. Apa ada hubungan antara riwayat kehamilan sebelumnya dengan sekarang ?
6. Apa penyebab ibu demam dan tercium bau pada kemaluan ?
7. Apa penyebab keluhan pada kala IV sesuai kasus ?
8. Apa saja penyebab plasenta lahir lama ? Tatalaksananya ?
9. Apakah perdarahan +/- 800cc pada persalinan pervaginam normal ? Penyebab ?
10. Apa yang menyebabkan kehamilan post term ?
LANGKAH 3 (CURAH PENDAPAT)
1. Usia ibu (40th) dan multipara → faktor resiko
2. Ibu: Tekanan darah tinggi, Nadi normal, Ketuban sudah pecah (Nitrazin +), Station -2
Bayi: BBLR, respiratory distress syndrome, takipneu, hipoglikemi, hipotermi
3. Sedikit → KPD, post term
Bau → infeksi, bercampur dengan mekonium, warna normal: transparan
4. Oksitosis, cairan ringer laktat 0,9%, manual
5. Ada
6. Demam → infeksi saat masa nifas
7. Karena perdarahan post partum, usia → kontraksi tidak adekuat
8. Fisiologis: kontraksi tidak adekuat, tempat perlekatan tidak benar
Patologis: plasenta akreta, perkreta inkreta, inkaserata
Tatalaksana: Oksitosis, cairan ringer laktat 0,9%, manual
9. Pervaginam +/- 500cc (jika lebih: inversio uteri, ruptur servik, retensi plasenta, ruptur perineum,
prolaps tali pusat), SC +/- 1000cc
10. Salah perhitungan tangga;, riwayat kehamilan post term sebelumnya, CRH menurun
LANGKAH 4 (MIND MAP)
♀ 40th
• Riwayat Obsetri:
- Post term → vakum, forceps Nifas: demam, bau sangat kuat dari
- Sungsang → vakum, forceps kemaluan
- Bayi lahir meninggal (IUFD)
→ →
- SC
• Ketuban pecah dini
• Perdarahan → HPP, ruptur
LAHIR
perinemum, prolaps tali pusat, Neonatus: hipotermi, hipoglikemi,
ruptur serviks, inversio uteri, ruptur sepsis neonatorum, asfiksia
uteri
• Plasenta lama lahir → retensio
plasenta
LANGKAH 5 (LEARNING ISSUE)
1. Komplikasi persalinan berdasarkan tanda dan gejala
2. DD penyulit masa nifas berdasarkan tanda dan gejala
3. MM definisi, klasifikasi, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi, pemeriksaan fisik dan
inspekulo, pemeriksaan penunjang, diagnosis banding, tatalaksana (farmako dan non-
farmako), komplikasi dan KIE dari: ruptur perineum tingkat 1-2, ruptur perineum tingkat 3-4,
distosia, partus lama, prolaps tali pusat, ruptur serviks, retensio plasenta, inversio uteri, HPP,
endometritis, subinvolusi, persalinan pre-term, bayi post partum, KPD
4. MM definisi, klasifikasi, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi, pemeriksaan fisik (dalam &
inspekulo), pemeriksaan penunjang, diagnosis banding, KIE dari: IUFD, ruptur uteri,
malpresentasi, inkontinensia urin dan feses, trombosis vena dalam dan trombofleblitis
5. MM indikasi, kontaindikasi, komplikasi, tatalaksana kegawatdaruratan pada persalinan:
ekstrasi vakum & forceps, secsio sesaria
6. MM definisi, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi, pemeriksaan fisik dan penunjang,
diagnosis banding, tatalaksana (farmako dan non-farmako), komplikasi pada neonatus:
hipotermia, hipoglikemia, asfiksia neonatorum gawat nifas, infeksi neonatorum
LI 1
MENYEBUTKAN DIAGNOSIS BANDING PENYULIT PERSALINAN
BERDASARKAN TANDA DAN GEJALA YANG DITEMUI
LI 2
MENYEBUTKAN DIAGNOSIS BANDING PENYULIT MASA NIFAS
BERDASARKAN TANDA DAN GEJALA YANG DITEMUI
LI 3
MM DEFINISI, KLASIFIKASI, ETIOLOGI, TANDA DAN GEJALA,
PATOFISIOLOGI, PEMRIKSAAN FISIK (PEMERIKSAAN DALAM DAN
INSPEKULO), PEMERIKSAAN PENUNJANG, DIAGNOSIS
BANDING,TATALAKSANA FARMAKOLOGI DAN NON-
FARMAKOLOGI, KOMPLIKASI (DAN TATALAKSANANYA), KIE DARI
• Ruptur Perineum tingkat 1-2 (4A)
• Perdarahan Post Partum (3B)
• Ruptur Perineum tingkat 3-4 (3B)
• Endometritis (3B)
• Distosia (3B)
• Subinvolusio uterus (3B)
• Partus Lama (3B) • Persalinan Pre-term (3A)
• Ruptur Serviks (3B) • Bayi Post Matur (3A)
• Retensio Plasenta (3B) • Ketuban Pecah Dini (3A)
• Inversio Uteri (3B)
RUPTUR PERINEUM
Laserasi dari kulit dan jaringan lainnya
pada daerah yang memisahkan vagina
dari anus
Penyebab tersering: lahiran per vaginam
RUPTUR PERINEUM TINGKAT 1-2
Tatalaksana
Anestesi lokal mulai penjahitan 1cm dari ujung laserasi atau yg terlihat paling distal (polyglactin 910)
(fascia rectovaginal harus terjahit) sampai ke tepi cincin himen jahit m. perineum transversus, m.
bulbocavernosis (single interrupted suture).
Penjahitan kulit biasanya tdk diperlukan (> insiden nyeri perineal 3 bln setelah melahirkan), tapi jika
diperlukan jahit subkutikula dimulai dari apex posterior dengan jarak jahitan 3mm dari tepi kulit yang
sobek.
Sitz bath, analgesik (ibuprofen), nyeri hebat infeksi perineal
DISTOSIA BAHU
Suatu keadaan dimana setelah kepala dilahirkan, bahu anterior tidak dapat lewat
dibawah simfisis pubis kegawatdaruratan obstetri karena bayi dapat meninggal
jika tidak segera dilahirkan
Faktor predisposisi
Persalinan beresiko TANDA & GEJALA
1. Kesulitan melahirkan wajah dan dagu
2. Kepala bayi tetap melekat erat di
vulva atau bahkan tertarik kembali
(turtle sign)
3. Kegagalan paksi luar kepala bayi
4. Kegagalan turunnya bahu
•Persiapan penolong persalinan, resusitasi Jika bahu masih belum dapat dilahirkan:
neonatus, kemungkinan perdarahan Episiotomi
pascasalin atau robekan perineum Dengan menggunakan sarung tangan masukkan tangan
ke dalam vagina pada sisi punggung bayi
•Manuver McRobert: dalam posisi ibu Lakukan penekanan di sisi posterior pada bahu posterior
berbaring terlentang,mintalah untuk untuk mengadduksikan bahu dan mengecilkan diameter bahu
menekuk kedua tungkainya dan Rotasikan bahu ke diameter oblik untuk membebaskan
mendekatkan lututnya sejauh mungkin distosia bahu
kearah dadanya Jika diperlukan, lakukan juha penekanan pada sisi posterior
bahu anterior dan rotasikan bahu ke arah diameter oblik
•Lakukan tekanan secara simultan kearah
lateral bawah pada daerah suprasimfisis Jika bahu masih belum dapat dilahirkan setelah
untuk membantu persalinan bahu dilakukan tindakan diatas:
Masukkan tangan ke dalam vagina
•Lakukan tarikan yang mantap dan terus
Raih humerus dari lengan posterior, sembari menjaga lengan
menerus kearah aksial (searah tulang tetap fleksi pada siku pindahkan lengan ke arah dada
punggung janin) pada kepala janin untuk raih pergelangan tangan bayi tarik lurus ke arah
menggerakkan bahu depan di bawah vagina
simfisis pubis
Jika semua tindakan diatas tetap tidak dapat
melahirkan bahu kleidotomi, simfisiotomi,
metode Zavanelli
McRoberts Maneuver Delivery of The Posterior Shoulder Maneuver
Komplikasi pd anak :
Woods Maneuver •Fraktur ( tulang klavikula &
humerus)
•Cedara plexus brachialis
•Dislokasi tulang servikalis
Rubin Maneuver
•Komplikasi pd ibu :
•Perdarahan akibar laserasi
jalan lahir
•episiotomi
PARTUS LAMA Diagnosis
• Distosia pada kala I fase aktif : grafik pembukaan
serviks pada partograf berada di antara garis
Waktu persalinan yg memanjang karena kemajuan waspada dan garis bertindak / sudah memotong garis
persalinan yang terhambat. bertindak
• Fase ekspulsi (kala II) memanjang : tidak ada kemajuan
Etiologi: penurunan bag. Terendah janin pada persalinan kala II.
Batas waktu : maks 2 jam untuk nulipara dan 1 jam
•Kelainan his multipara atau maks 3 jam nulipara dan 2 jam multipara
•Kelainan janin bila pasien pakai analgesia epidural
Etiologi
•Adhesi kuat antar plasenta-uterus
• Plasenta akreta implantasi menembus desidua basalis & membran nitabuch
• Plasenta inkerta menembus miometrium
• Plasenta perkreta menembus perimetrium
Faktor predisposisi
•Plasenta previa
•Bekas SC
•Pernah kuret berulang
•Multiparitas
Tatalaksana
Eksplorasi ke dalam rahim dengan cara manual/ digital atau kuret dan pemberian uterotonika
Anemia transfuse darah sesuai kebutuhan
INVERSIO UTERI
Pembagian: fundus uteri yang teebalik, atau teraba tumor dalam vagina
•Inversio uteri completa 4. Perdarahan
•Inversio uteri incompleta
•Inversio prolaps Terapi
Reposisi dengan narcose sesudah shock teratasi (secara Johnson).
Kalau plasenta belum lepas – jangan dilepas sebelum uterus
Etiologi: direposisi – bisa terjadi perdarahan yang banyak.
3 faktor yang diperlukan untuk terjadinya inversio uteri: Setelah reposisi: beri pitocin drip dan dapat dilakukan tamponade
rahim – mencegah inversio terjadi lagi.
1. Tonus otot rahim yang lemah
Jika reposisi manual tidak berhasil – operasi
2. Tekanan atau tarikan pada fundus (tekanan intraabdominal,
tekanan dengan tangan, terikan pada tali pusat) Cara-cara reposisi operatif:
Abdominal: haultain, huntington
3. Canalis cervicalis yang loggar Vaginal: kustner(fornix posterior), spinelli (fornix anterior)
Dapat terjadi ketika: batuk, bersin, mengejan, perasat Crede Kadang dipertimbangkan histerektomi
Gejala: Prognosis:
1. Shock Semakin lambat diketahui dan diobati – prognosis semakin buruk.
2. Fundus uteri sama sekali tidak teraba atau teraba tekukan Jika dapat teratasi dalam 48 jam – prognosis baik
pada fundus
3. Kadang tampak sebuah tumor yang merah di luar vulva =
PENDARAHAN POST PARTUM
Perdarahan Pascasalin adalah kehilangan darah lebih dari 500 cc pada persalinan per
vaginam ataupun1000 cc pada persalinan per abdominam
Berdasarkan waktu terjadinya :
Primer: terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan
Sekunder: terjadi antara 24 jam hingga 12 minggu setelah persalinan
Etiologi :4 T, yaitu Tone, Tissue, Trauma dan Thrombin
Primer Sekunder
Faktor Predisposisi:
• Wanita multipara
• Kehamilan multipel
(gemeli)
• Polihidramnion /
oligohidramnion
• Plasenta previa
• Kelainan bentuk uterus
atau terdapat massa
(mis. mioma uteri)
• Partus preterm
PRESENTASI DAHI
PRESENTASI MAJEMUK
Diagnosis Diagnosis
Pemeriksaan abdominal: kepala janin lebih separuhnya di Prolaps ekstremitas bersamaan dengan bagian
atas pelvis, denyut jantung janin sepihak dengan bagian terendah janin (kepala/bokong)
kecil
Tatalaksana
Pemeriksaan vaginal: oksiput lebih tinggi dari sinsiput, Tatalaksana Umum
teraba fontanella anterior dan orbita, bagian kepala masuk Persalinan spontan hanya bisa terjadi jika janin sangat
pintu atas panggul (PAP) adalah antara tulang orbita dan kecil/mati dan maserasi.
daerah ubun-ubun besar. Ini adalah diameter yang PALING Tatalaksana Khusus
besar, sehingga sulit lahir pervaginam Coba reposisi:
Ibu diletakkan dalam posisi Trendelenburg (knee-
chest position). • Dorong tangan ke atas luar dari
simfisis pubis dan pertahankan di sana sampai
Tatalaksana timbul kontraksi sehingga kepala turun ke rongga
Tatalaksana Umum panggul.
Lakukan seksio sesarea bila janin HIDUP. Lanjutkan penatalaksanaan persalinan normal.
Janin MATI, lakukan kraniotomi bila memungkinkan atau seksio sesarea bila Jika prosedur gagal/terjadi prolapsus tali pusat,
syarat dan sarana kraniotomi tidak terpenuhi. lakukan seksio sesarea.
PRESENTASI MUKA
Diagnosis Pembukaan LENGKAP
Lahirkan dengan persalinan spontan pervaginam
Pemeriksaan abdominal: lekukan akan teraba antara
daerah oksiput dan punggung (sudut Fabre), denyut Bila penurunan kurang lancar, lakukan ekstraksi
jantung janin sepihak dengan bagian kecil janin forsep
Pembukaan BELUM lengkap
Pemeriksaan vaginal: muka dengan mudah teraba, Bila tidak ada kemajuan pembukaan dan
teraba mulut dan bagian rahang mudah diraba, penurunan, lakukan seksio sesarea
tulang pipi, tulang orbita; kepala janin dalam
Posisi dagu posterior:
keadaan defleksi maksimal
Pembukaan LENGKAP
Untuk membedakan mulut dan anus: Lahirkan dengan seksio sesarea
Anus merupakan garis lurus dengan tuber iskhii Pembukaan BELUM lengkap
Mulut merupakan segitiga dengan prominen molar Bila tidak ada kemajuan pembukaan dan
penurunan, lakukan seksio sesarea
Jika janin mati, lakukan kraniotomi atau seksio sesarea
Tatalaksana
Tatalaksana Umum : -
Tatalaksana Khusus
Lakukan versi luar bila permulaan in partu dan ketuban intak.
Bila ada kontraindikasi versi luar, lakukan seksio sesarea.
Lakukan pengawasan adanya prolaps tali pusat.
Dapat terjadi ruptura uteri bila ibu tidak diawasi.
Dalam obstetri modern, pada letak lintang in partu, dilakukan seksio sesarea walau janin
hidup/mati
INKONTINENSIA URIN
Keluhan berkemih involunter
Faktor resiko :
Kehamilan dan Persalinan
Mekanik
Usia, paritas, berat badan bayi
obesitas
Menopause
Penuaan normal/ageing
INKONTINENSIA FECAL
ketidakmampuan dalam menahan keinginan
buang air besar
Klasifikasi:
1. inkonintensia pasif
2. inkontinensia urge
3. rembesan fesces
PP :
Endoskopik regio rektosigmoid
Manometri anorektal
TROMBOSIS VENA DALAM
bekuan darah di vena dalam yang sebagian
besar tersusun atas fibrin, sel darah merah,
serta sebagian kecil komponen leukosit dan
trombosit.
Etiologi :Virchow’s Triad : kelainan dinding
pembuluh darah, perubahan aliran darah,
dan perubahan daya beku darah.
Tanda dan gejala: edema, nyeri, dan
perubahan warna kulit (phlegmasia alba
dolens/milk leg, phlegmasia cerulea dolens/
blue leg
Pemeriksaan
Lab: peningkatan kadar d-dimer dan
penurunan antitrombin
Tatalaksana: diberikan heparin
TROMBOFLEBITIS
Definisi Faktor risiko
Adanya pembentukan penggumpalan darah yang • Dehidrasi
disebabkan karena adanya inflamasi atau luka pada vena
• Hipovolemi
• Peningkatan viskositas darah
Etiologi
• Penurunan aliran darah vena
• Defek kualitatif/kuantitatif pada
factor pembekuan
Tatalaksana
• Peningkatan kadar atau fungsi
factor koagulasi • Pemberian heparin dosis rendah
• Hiperhomosisteinemia • NSAID
• Defek pada system fibrinolysis • Operasi untuk cegah
komplikasi SVT
• Peningkatan fungsi trombosit
LI 5
MM INDIKASI, KONTRAINDIKASI, KOMPLIKASI, TATALAKSANA:
• Ekstravasi vakum dan forceps
• Seksio sesaria
EKSTRAKSI VAKUM
Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstrasi tenaga negatif (vakum) pada
kepalanya dengan alat ventouse
Indikasi:
Kala II memanjang
u/ memperpendek kala II: penyakit jantung kompensata, penyakit paru-paru fibrotik
Gawat janin
Kontra Indikasi :
Ibu: riwayat ruptur uteri, Penyakit ibu tidak bisa mengejan ( payah jantung, preeklamsia)
Janin: letak muka, After coming head, Janin preterm
Syarat:
Pembukaan lebih dari 7 cm (hanya pd multigravida)
Penurunan kepala janin pada hodge 2
Komplikasi :
Ibu: pendarahan, trauma jalan lahir, infeksi
Janin: eksoriasi kulit kepala, subgaleal heatoma, nekrosis kulit kepala sefalohematoma
FORSEP
Forceps yang lazim digunakan:
Forceps Naegele
Forceps Kielland
Forceps Piper (pada aftercoming head)
Syarat untuk melakukan ekstraksi dengan forceps:
Pembukaan harus lengkap
Ketuban harus pecah atau dipecahkan dahulu
Ukuran terbesaer kepala harus sudah melewati pintu atas panggul
Kepala harus dapat dipegang oleh forceps
Anak hendaknya hidup
Panggul tidak boleh terlalu sempit
Bahaya ekstraksi dengan forceps:
Untuk ibu: perlukaan (robekan pada cervix, dinding vagina, perineum; kerusakan panggul:
symphysiolysis, fraktur os coccygis; kerusakan pada urat syaraf karena tekanan oleh daun
forceps, sehingga menyebabkan kelumpuhan kaku), perdarahan, infeksi
Untuk anak: kerusakan yang dangkal olehh tekanan dari forceps (luka, edema atau hematom
pada kulit muka; tekanan pada N.facialis, plexus cervicalis), kerusakan yang dalam oleh
tekanan forceps (perdarahan dalam tengkorak, fraktur dari dasar tengkorak, impresi fraktur)
SEKSIO SESAREA
Definisi
Suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gr
Jenis Indikasi
• SC klasik : insisi memanjang Ibu
pada segmen atas uterus
• Panggul sempit absolut
• SC transperitoneal profunda :
• Tumor jalan lahir yg menimbulkan
insisi pada segmen bawah rahim
obstruksi
• SC diikuti histerektomi : indikasi
• Stenosis serviks
nya atoni uteri, plasenta akreta,
myoma uteri, infeksi intra uterin • Plasenta previa
berat • Cpd
• SC ekstraperitoneal : mendorong • Ruptur uteri membakat
lipatan peritoneum keatas dan
uterus diinsisi bag segmen Janin
bawah • Kelainan letak
• SC vaginal • Gawat janin
Indikasi Seksio Sesarea Kontraindikasi Seksio Sesarea
Indikasi ibu Indikasi janin • Tidak dilakukan kecuali tidak dalam
• Disproporsi sefalopelvik • Makrosomia keadaan terpaksa.
• Pelvis kecil atau malformasi • Gawat janin • Seksio sesarea tidak boleh dilakukan pada
• Plasenta previa • Letak lintang kasus-kasus seperti ini:
• Plasenta abruption • Presentasi bokong pada 1. Janin sudah mati dalam kandungan.
• Ruptur uteri primigravida Dipastikan denyut jantung janin tidak ada
• Partus lama • Double footling breech lagi, tidak ada lagi gerakan janin,
• Partus tak maju • Abnormal umbilical cord 2. Janin terlalu kecil untuk mampu hidup diluar
• HSV / HIV infection • Thrombocytopenia kandungan,
• Mengidap penyakit jantung / paru- 3. Anak dalam keadaan cacat seperti
paru Hidrocefalus dan anecepalus