Anda di halaman 1dari 14

REVOLUSI INDUSTRI DAN

TANTANGAN ASURANSI SYARIAH


DI ERA 4.0
1. PENGERTIAN DAN ANCAMAN SERTA PELUANG
DARI REVOLUSI INDUSTRI 4.0
A. Pengertian Revolusi Industri 4.0

Istilah Industri 4.0 sendiri secara resmi lahir di Jerman tepatnya saat
diadakan Hannover Fair pada tahun 2011 . Negara Jerman memiliki
kepentingan yang besar terkait hal ini karena Industri 4.0 menjadi bagian
dari kebijakan rencana pembangunannya yang disebut High-Tech
Strategy 2020. Kebijakan tersebut bertujuan untuk mempertahankan
Jerman agar selalu menjadi yang terdepan dalam dunia manufaktur .
LANJUTAN . . .

Beberapa negara lain juga turut serta dalam mewujudkan konsep Industri 4.0
namun menggunakan istilah yang berbeda seperti Smart Factories, Industrial
Internet of Things, Smart Industry, atau Advanced Manufacturing. Meski
memiliki penyebutan istilah yang berbeda, semuanya memiliki tujuan yang
sama yaitu untuk meningkatkan daya saing industri tiap negara dalam
menghadapi pasar global yang sangat dinamis. Kondisi tersebut diakibatkan
oleh pesatnya perkembangan pemanfataan teknologi digital di berbagai bidang.
B. Ancaman Serta Peluang Dari Revolusi Industri 4.0
1. Ancaman :

• Secara global era digitalisasi akan menghilangkan sekitar 1 – 1,5 miliar pekerjaan
sepanjang tahun 2015-2025 karena digantikannya posisi manusia dengan mesin
otomatis (Gerd Leonhard, Futurist).

• Diestimasi bahwa di masa yang akan datang, 65% murid sekolah dasar di dunia akan
bekerja pada pekerjaan yang belum pernah ada di hari ini (U.S. Department of Labor
report).
2. Peluang :

• Era digitalisasi berpotensi memberikan peningkatan net tenaga kerja hingga 2.1 juta
pekerjaan baru pada tahun 2025

• Terdapat potensi pengurangan emisi karbon kira-kira 26 miliar metrik ton dari tiga
industri: elektronik (15,8 miliar), logistik (9,9 miliar) dan otomotif (540 miliar) dari
tahun 2015-2025 (World Economic Forum).
2. PEMAMFAATAN AI (AFTICAL INTELEGENT)
OLEH ASURANSI SYARIAH
Kecerdasan buatan adalah kecerdasan yang ditambahkan kepada suatu sistem yang bisa
diatur dalam konteks ilmiah atau bisa disebut juga intelegensi artifisial (bahasa Inggris:
Artificial Intelligence) atau hanya disingkat AI, didefinisikan sebagai kecerdasan entitas
ilmiah. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan kecerdasan buatan
sebagai “kemampuan sistem untuk menafsirkan data eksternal dengan benar, untuk
belajar dari data tersebut, dan menggunakan pembelajaran tersebut guna mencapai
tujuan dan tugas tertentu melalui adaptasi yang fleksibel”.
3. PENGARUH DIGITAL ASURANSI SYARIAH
Industri asuransi masih membutuhkan peran agen. Teknologi hadir untuk membantu
kinerja agen asuransi. Teknologi dapat membantu dalam :

• Mengasses risiko calon nasabah lebih akurat

• Dapat membantu mengakses produk

• Dapat membantu mensimulasikan lingkup asuransi yang dibutuhkan calon nasabah

• Dapat membantu menawarkan nilai premi yang sesuai dengan kebuthan dan
kemampuan nasabah.
4. KONDISI MUSLIM INDONESIA DI ERA 4.0
Revolusi Industri 4.0 sebuah keniscayaan yang mesti harus dihadapi oleh umat Islam.
Karakteristik revolusi industri 4.0 yang mesti harus dipahami bagi kita semua adalah :
munculnya inovasi disruptif (disruptive innovation) adalah inovasi yang memunculkan
kondisi baru yang kadang tidak banyak yang bisa menduga, mengganggu atau merusak
kondisi yang sudah ada, dan pada akhirnya menggantikan teknologi terdahulu yang sudah
mapan. Di era revolusi teknologi 4.0 Muslim Indonesia semakin Religius, connected, dan
fun yang memngkinkan mereka akan lebih menyukai asuransi syariah.
5. PELUANG DAN TANTANGAN ASURANSI
SYARIAH DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

A. Peluang

• Dengan perilaku lebih memilih short term employement dan tidak punya asset, hal ini
membuka peluang untuk memberikan kesempatan untuk memberikan warisan dan
benefit kesehatan melalui program asuransi.

• Fenomena hijrah membuka peluang asuransi syrariah untuk lebih berkembang lagi
karena menghindari masalah Masyir, Gharar, Riba dan kehalalan produk yang dicari
kaum Muslim 4.0 dan Middle Class Moslen
B. Tantangan

• Kaum millenial dan muslim 4.0, sangt kental dengan perilaku “get connected”, maka
produk dan seluruh peoses asuransi ini haruslah dapat di akses secara online dengan
gadget yang ada, tidak ada keribetan dengan cara manual melalu kertas dll.

• Penggunaan media sosial sangat powerful untuk menggaet kaum millenial dalam
melakukan selling dan mareketing produk asuransi Kemampuan agen harus tetap up
to date terhadap teknologi digital ini.
6. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ASURANSI
SYARIAH
Asuransi yang pertama kali didirikan adalah asuransi takâful di Sudan pada tahun 1979, yang dikelola oleh

Dâr al-Mâl al-Islâmî Group. Dâr al-Mâl melebarkan sayap bisnisnya ke negara-negara Eropa dan Asia

lainnya. Setidaknya ada empat asuransi takâful dan re-takâful pada tahun 1983, yang berpusat di Geneva

(1980), Bahamas(1983), Luxembourg(1983), dan Inggris.

Perusahaan asuransi syariah pertama di Asia dipelopori oleh Tafakul Malaysia pada tahun 1985 dan

selanjutnya diikuti oleh Brunie, Indonesia dan Singapura. Setelah menjadi pelopor pertama di Asia, Malaysia

pun mendirikan Lembaga Penelitian dan Pelatihan Bank Syariah (BIRTI) yang sekaligus juga turut

membantu asuransi syariah makin eksis di Malaysia bahkan Asia. Dengan dukungan BIRTI, Tafakul

Malaysia menjalin kerjasama dengan Sri Lanka dan Arab Saudi.


7. REGULASI ASURANSI SYARIAH
Empat fatwa berkaitan dengan asuransi syariah, satu fatwa terkait wakaf polis asuransi jiwa syariah, dan 2 fatwa
yang berkaitan dengan investasi syariah. Silakan diklik untuk mengunduh salinannya dalam bentuk PDF.

1. Fatwa No 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.

2. Fatwa No 51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah Musytarakah pada Asuransi Syariah

3. Fatwa No 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah Bil Ujrah pada Asuransi Syariah dan Reasuransi
Syariah

4. Fatwa No 53/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Tabarru pada Asuransi Syariah.

5. Fatwa No 106/DSN-MUI/X/2016 tentang Wakaf Manfaat Asuransi dan Manfaat Investasi pada Asuransi Jiwa
Syariah.
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa revolusi industri 4.0
memberikan dampak yang baik terhadap industri asuransi syariah dimana asuransi
syariah ini akan semakin diminati menyesuaikan dengan kondisi muslim di Indonesia
yang sangat bagus ditandai dengan fenomena hijrah yang tengah popular.
Memungkinkan mereka cenderung memilih asuransi syariah agar terhindar dari maysir,
gharar dan riba
SYUKRAN KATSIRAN

Anda mungkin juga menyukai