78-3. Materi Sosialisasi Rapermen - Narasumber PPLP
78-3. Materi Sosialisasi Rapermen - Narasumber PPLP
2
Potret Sanitasi Saat Ini
Permukiman
Kumuh
3
Kerangka Regulasi Penyelenggaraan Pembangunan Bidang Sanitasi
RUU SANITASI
PP Nomor 16 /2005 Perpres Nomor 185 tahun 2014 tentang
UUD 45 UU Nomor 36/2009
PP Nomor 42/2008 Percepatan Penyediaan Air Minum dan
Pasal 4 UU Nomor 23/2014
PP Nomor 66/2014 Sanitasi4
4
Keterkaitan Permen PU PR No. 02/PRT/M/2016 dengan Permen PU
PR Bidang Sanitasi (Drainase, Air Limbah, dan Persampahan)
Kriteria kekumuhan menurut Permen PU PR Pengelolaan sanitasi dalam Permen PU PR Bidang
No.02/PRT/M/2016 Sanitasi
Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Drainase Lingkungan: Permen PU PR No. 12/PRT/M/2014 tentang
- Drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan
limpasan air air hujan sehingga menimbulkan genangan
- Ketidaktersediaan drainase
- Tidak terhubung dengan sistem drainase perkotaan
- Tidak dipelihara sehingga terjadi akumulasi limbah
padat dan cair di dalamnya dan/atau
- Kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk
Kriteria Kekumuhan ditinjau dari pengelolaan air limbah: Rapermen PU PR tentang Penyelenggaraan
- Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan Pengembangan Sistem Air Limbah
standar teknis yang berlaku dan /atau
- Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak
memenuhi persyaratan teknis
Kriteria kekumuhan ditinjau dari pengelolaan Permen PU PR No. 03/PRT/M/2013 tentang
persampahan: Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan
- Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
dengan persyaratan teknis Sejenis Sampah Rumah Tangga
- Sistem pengelolaan persampahan tidak memenuhi
persyaratan teknis dan/atau
- Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan
persampahan sehingga terjadi pencemaran lingkungan
sekitar oleh sampah, baik sumber air bersih, tanah,
maupun jaringan drainase 5
PENYELENGGARAAN
SISTEM DRAINASE
6
Penyelenggaraan Sistem Drainase Lingkungan
A Sungai
Kolam Retensi
Kolam Retensi
B Escape Route
Kawasan Permukiman
B Kumuh
Drainase Lingkungan
C
Kawasan Permukiman
Permen PUPR No.15/PRT/M/2015 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian PUPR
Mengamanatkan:
Pasal 594 : Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan
pengawasan serta fasilitasi di bidang sistem pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan persampahan,
drainase lingkungan, dan penyehatan lingkungan permukiman terkait. 7
Paradigma Dalam Penyelenggaraan Drainase
Berdasarkan PERMEN PU No. 12 Tahun 2014 tantang Penyelenggaraan Sistem Drainase
Perkotaan, terdapat perubahan paradigma dalam penyelenggaraan drainase:
• Secepatnya
BARU
mengalirkan • Sedapat mungkin menahan
limpasan air hujan dulu, meresapkan ke dalam
ke saluran/ badan tanah melalui sumur resapan,
waduk, kolam retensi dan
air terdekat. sebagainya kemudian
dialirkan ke badan air.
• Konsep drainase berwawasan
lingkungan.
LAMA
8
Isu Penting Penyelenggaraan Drainase
ISU KONDISI
9
Spesifikasi Teknis Saluran Drainase Lingkungan
Kriteria Teknis: • Saluran drainase / air hujan yang diharapkan
• Tipe-tipe saluran pasangan batu kali, beton dapat meresapkan sebagian air hujan kedalam
dipilih sesuai kemudahan mendapatkan bahan tanah, maka pada:
• Dipakai di lokasi yang lahannya terbatas, dan - saluran tertier setiap jarak 25 m
menahan beban - saluran sekunder setiap 50 m,
• Kecepatan minimum yang diguanakan = 0,7 - kedalaman 1-1,5 m)
m/det, agar tidak terjadi pengendapan dibuat sumur – sumur resapan untuk
• Kekasaran dinding dan saluran seperti yang meresapkan air hujan kedalam tanah.
telah ditetapkan sesuai bahannya. • Pola pengaliran air hujan bisa dengan pola grid
• Kapasitas saluran dan talud harus cukup untuk atau pola kipas, bisa juga sistem radial (jarang
aliran utama. dipakai).
• Batas tinggi banjir harus ditentukan, agar • Pada lokasi yang relatif lebih rendah dari muka
wilayah banjir dapat dibatasi pada daerah air tinggi sungai perlu dilengkapi pintu air +
tertentu. pompa.
10
Spesifikasi Teknis Bangunan Pelengkap Resapan
Sumur Resapan
11
Spesifikasi Teknis Bangunan Pelengkap Resapan (lanjutan)
Kolam Resapan
12
Isu Penyelenggaraan Sistem Drainase
ISU KONDISI
13
Standar Pelayanan Minimal Bidang Penyelenggaraan Drainase
14
SISTEM PENGELOLAAN
AIR LIMBAH DOMESTIK
15
Konsep Pengelolaan Air Limbah
PENGOLAHAN
PENAMPUNGAN PENGANGKUTAN
AKHIR
Sistem
Setempat
(On-Site)
Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT)
Tangki Septik Motor dan Truk
Individual/Bersama Tinja
Skala Kota/Regional
MANHOLE
PENGOLAHAN
PENAMPUNGAN PENGANGKUTAN
AKHIR
Sistem
Setempat
(On-Site)
Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT)
Tangki Septik Motor dan Truk
Individual/Bersama Tinja
Sistem Setempat:
Fasilitas pengolahan air limbah berada dalam persil atau batas tanah yang
dimiliki
Inlet Inlet
Muka Air
Tee
Scum
Outlet
Zona
Pengendapan
Endapan lumpur
Secara umum, tangki septik dengan bentuk persegi panjang mengikuti kriteria desain yang
mengacu pada SNI 03-2398-2002 yaitu sebagai berikut:
Perbandingan antara panjang dan lebar adalah (2-3): 1
Lebar minimum tangki adalah 0,75m
Panjang minimum tangki adalah 1,5m
Kedalaman air efektif di dalam tangki antara (1-2,1)m
Tinggi tangki septik adalah ketinggian air dalam tangki ditambah dengan tinggi ruang
bebas (free board) yang berkisar antara (0,2-0,4)m
Penutup tangki septik yang terbenam ke dalam tanah maksimum sedalam 0,4m
20
Spesifikasi Teknis Cubluk Kembar
Ketentuan Umum:
• Lokasi cubluk harus ditempatkan pada daerah yang tidak akan mengganggu kualitas sumber air sekitarnya.
• Tersedianya air bersih untuk fasilitas cubluk.
• Cubluk dilengkapi dengan tutup, atau digunakan kloset leher angsa untuk menghindari kehadiran lalat,
serangga dan tikus tanah.
• Untuk kawasan pedesaan dengan kepadatan penduduk < 25 jiwa/hektar
Ketentuan Teknis:
• Jarak minimum sumber air dengan lokasi cubluk adalah 10 m.
• Ketinggian muka air tanah lebih besar dari 2 meter.
• Cubluk di desain untuk waktu 5-10 tahun,
• Pemakaian cubluk tunggal dihentikan setelah terisi 75%.
21
Konsep Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat
•Fasilitas pengolahan air limbah berada diluar persil atau dipisahkan PENGOLAHAN
dengan batas jarak atau tanah yang menggunakan perpipaan. AKHIR
•Kepadatan > 100 orang/ha
•Terdiri dari pengolahan fisik, biologis, dan kimia
•Bagi kawasan berpenghasilan rendah dapat menggunakan sistem septik
tank komunal (decentralized water treatment) dan pengaliran dengan
konsep perpipaan shallow sewer. Dapat juga melalui sistem kota/ modular
bila ada subsidi tariff
•Bagi kawasan terbatas untuk pelayanan 500-1000 sambungan rumah Instalasi Pegolahan
disarankan menggunakan basis modul. Lumpur Tinja (IPLT)
•Sistem ini hanya menggunakan 2 atau 3 unit pengolahan limbah yang
paralel.
Skala Kota/Regional
MANHOLE
IPAL Komunal/
IPAL Kawasan
23
Sistem Jaringan Perpipaan Skala
Kawasan/Kota/Regional
24
Isu Penting Pengelolaan Air Limbah
Hulu Hilir
• > 95% air limbah domestik dikelola secara on- • Pencemaran sumber air
site (tangki septik dan IPLT), dengan kualitas • Masih buruknya kualitas efluen dari on-site
yang buruk termasuk terbatasnya jumlah system
truk tinja • Biaya investasi dan OM off-site system
• Rendahnya kesadaran masyarakat dalam sangat tinggi
pengelolaan air limbah, berperilaku hidup • Fasilitas sanitasi eksisting tidak berfungsi
bersih dan sehat optimal
• Kualitas fasilitas sanitasi rendah
• Rendahnya akses terhadap fasilitas sanitasi
• Keterbatasan lahan di daerah kumuh
perkotaan
• Rendahnya Investasi di bidang sanitasi baik di level pemerintah maupun Stronger regulation and enforcement is
needed
• Rendahnya kesiapan pemda (ketersediaan lahan, perencanaan , komitmen)
• Belum terpisahnya fungsi regulator dan fungsi operator di beberapa daerah dengan tupoksi yang jelas
25
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pengelolaan Air Limbah
Domestik
Sesuai Permen PU No. 1/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang , SPM bidang Air limbah yaitu:
26
Pengelolaan Persampahan
27
Rencana Sistem Pengelolaan Sampah Mendatang
(Tahun 2025)
Kertas dll
TPS 3R
30%
Gelas dll pengurangan
RESIDU
PEMILAHAN
Organik
DAN
PEWADAHAN TPST,
Bahan termasuk
SUMBER Beracun
SAMPAH Berbahaya 70% infrastruktur
penanganan WTE
Residu
TEMPAT 20%
PENAMPUNGAN
WTE (Waste to Energy), merupakan B3
proses pengkonversian pengolahan
sampah menjadi energi (listrik dan panas)
yang menggunakan teknologi thermal atau
non thermal. TPA
• Teknologi thermal termasuk: insinerasi, SAMPAH
gasifikasi, pirolisis, dll
• Teknologi non thermal termasuk:
anaerobic digestion, fermentasi, dan TPS 3R: Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recyle berbasis masyarakat
TPST: Tempat Pengolahan Sampah Terpadu, berbasis institusi
Mechanical Biological Treatment (MBT).
Pemilahan dan Pewadahan
Skala Individu
Pemilahan dari Sumber, melalui pola
pemilahan skala individu dan skala kawasan
Pewadahan berdasarkan 5 jenis (lampiran
Permen PU PR 03 Tahun 2013)
Wadah sampah individual (di sumber)
disediakan oleh setiap penghasil sampah
sendiri sedangkan wadah komunal dan
pejalan kaki disediakan oleh pengelola dan
atau swasta.
Spesifikasi wadah harus dibuat sedemikian
rupa sehingga memudahkan
operasionalnya, tidak permanen dan
higienis. Akan lebih baik apabila ada
pemisahan wadah untuk sampah basah
dan sampah kering.
Pengosongan sampah dari wadah
individual dilakukan paling lama 2 hari
sekali sedangkan untuk wadah komunal
harus dilakukan setiap hari.
Skala kawasan (TPS) 29
Pengumpulan dan Pemindahan
• Pengumpulan sampah dari sumber dapat dilakukan
secara langsung dengan alat angkut (untuk sumber
sampah besar atau daerah yang memiliki kemiringan
lahan cukup tinggi), atau tidak langsung dengan
menggunakan gerobak (untuk daerah teratur) dan
secara komunal oleh masyarakat sendiri (untuk
daerah tidak teratur).
• Sarana pengumpul berupa gerobak dengan kapasitas
±1 m3 ritasi pengumpulan minimal 2 hari sekali
• Pemindahan sampah dari alat pengumpul (gerobak)
ke alat angkut (truk) dilakukan di SPA (Stasiun
Peralihan Antara) atau container untuk
meningkatkan efisiensi pengangkutan.
• Lokasi pemindahan harus dekat dengan daerah
pelayanan atau radius 500 m.
• Pemindahan skala kota ke stasiun transfer diperlukan
bila jarak ke lokasi TPA lebih besar dari 25 km. Contoh Pemindahan dari titik pengumpul
(TPS atau TPS 3R) ke alat pengangkut
(truk) 30
Pengangkutan Sampah
• Pengangkutan secara langsung dari setiap sumber harus
dibatasi pada daerah pelayanan yang tidak
memungkinkan cara operasi lainnya atau pada daerah
pelayanan tertentu berdasarkan pertimbangan
keamanan maupun estetika dengan memperhitungkan
besarnya biaya operasi yang harus dibayar oleh
pengguna jasa.
• Penetapan rute pengangkutan sampah harus didasarkan
pada hasil survey time motion study untuk mendapatkan
jalur yang paling efisien.
• Jenis truk yang digunakan minimal dump truck yang
memiliki kemampuan membongkar muatan secara
hidrolis, efisien dan cepat.
• Kapasitas truk sampah±6-12 m3 dengan ritasi
pengumpulan setiap hari
• Penggunaan arm roll truck dan compactor truck harus
mempertimbangkan kemampuan pemeliharaan dan
pengoperasian
31
Pengolahan Sampah di TPS/TPS 3R
TPS
TPS TPS
TPS 3R
3R
• Luas TPS sampai dengan 200 m2, • Luas TPS 3R lebih besar dari 200 m2
• Jenis pembangunan penampung sampah sementara • Jenis pembangunan penampung residu/sisa pengolahan
bukan wadah permanen bukan merupakan wadah permanen
• Sampah tidak boleh berada di TPS lebih dari 24 jam • Penempatan TPS 3R sedekat mungkin dengan daerah
pelayanan (tidak lebih dari 1 km)
• Penempatan tidak mengganggu estetika dan lalu lintas
• Dilengkapi dengan ruang pemilah, pengomposan
• TPS harus dalam keadaan bersih setelah sampah sampah organik, gudang, zona penyangga, dan tidak
diangkut ke TPA menggangu estetika serta lalu lintas
• Keterlibatan masyarakat dalam mengurangi dan
memilah sampah
32
Pengolahan Sampah di TPST
TPST atau Material Recovery Facility (MRF) : Kegiatan pokok di TPST :
tempat berlangsungnya kegiatan pemisahan dan 1.Pengolahan lebih lanjut sampah yang telah
pengolahan sampah secara terpusat. dipilah di sumbernya
Luas area >400 m2 2.Pemisahan & pengolahan langsung
komponen sampah kota
Fungsi TPST: 3.Peningkatan mutu produk recovery/recycling
•Sebagai tempat berlangsungnya pemisahan,
pencucian/pembersihan, pengemasan dan
pengiriman produk daur ulang sampah
33
Pengolahan Sampah di SPA
•Kebutuhan Lahan SPA = 560 m2
•Kapasitas 20–30 ton/hr
•Jika luas lahan memungkinkan,
dapat dibangun Unit Pengolahan
Lindi (UPL)
• Pemilihan lokasi TPA harus mengacu pada SNI 03-3241- Prasarana dan Sarana TPA Sampah terdiri atas:
1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA.
•Fasilitasi dasar minimal yang harus disediakan adalah
• Metode pembuangan akhir minimal harus dilakukan jalan masuk, drainase keliling dan pagar pengaman
dengan : (dapat berfungsi sebagai buffer zone).
1. Controlled landfill (untuk kota sedang dan kecil) •Fasilitas perlindungan lingkungan yang harus
Penutupan tanah harus dilakukan minimal 5 hari disediakan liner , kolam pengolahan lindi, unit
dengan ketebalan 20-30 cm pengolahan gas bio
2. Sanitary landfill (untuk kota besar dan metropolitan) •Fasilitas operasional yang harus disediakan berupa alat
dengan “sistem sel”. berat (buldozer, excavator, loader dan atau landfill
compactor) dan stok tanah penutup.
Penutupan tanah harus dilakukan secara harian atau
minimal secara berkala dengan ketebalan 20-30 cm
35
Isu Penting dalam Pengelolaan Persampahan
36
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pengelolaan Persampahan
Persentase % Penduduk 70 %
pengangkutan
sampah
Persentase % Pengoperasian 70 %
Pengoperasian TPA TPA
37
Strategi Peningkatan Akses Sanitasi Layak
38
Thank You
Thank you