Anda di halaman 1dari 60

KEGAWATDARURATAN

PSIKIATRI

oleh:
dr. Rini Gusya Liza, M.Ked.KJ, Sp.KJ
DPJP di RSJ HB Saanin
DEFINISI

GANGGUAN PIKIRAN, PERASAAN,


PERILAKU

PENATALAKSANAAN
SEGERA
KEMANA SAJA BISA DATANG?

• Puskesmas
• Praktek dokter
• Praktek Bidan
• Klinik
• IGD Rumah Sakit Umum
• IGD Rumah Sakit Jiwa
• Petugas diminta datang ke rumah/lokasi
EVALUASI

UGD
UMUM UGD PSIKIATRI

KEAMANAN KENYAMANAN
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

KEKERASAN DI RUANG GAWAT DARURAT


BUKAN MERUPAKAN HAL YANG DIBENARKAN
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

• Keamanan harus dipersiapkan oleh staf


medis, bukan oleh tenaga keamanan
• Apabila perlu, pasien gaduh gelisah dan
menunjukan perilaku kekerasan harus
diperlakukan seperti pasien yang tidak
gaduh gelisah
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
• Staf medik di ruang gawat darurat harus
memahami bahwa pasien sedang berasa dalam
keadaan disstres secara fisik maupun
emosional dan mempunyai harapan/ fantasi
yang bermacam-macam yang seringkali tidak
relistis  mempengaruhi penatalaksanaan
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Contoh :
Pasien dengan RTA terganggu  tidak
memahami bahwa staf medik di IGD
mempunyai tujuan untuk membantu
Pasien mempunyai pengalaman yang
kurang menyenangkan selama perawatan
sebelumnya,  perilaku kekerasan kepada
staf medik di IGD.
Pasien  tidak menyadari bahwa dirinya
sakit
Evaluasi
• Tujuan utama  penilaian apakah pasien
berada dalam keadaan krisis.
– Membuat diagnosis awal,
– Mengidentifikasi faktor presipitasi dan kebutuhan
yang diperlukan segera
– Memberikan terapi atau merujuk pasien ke
tempat pelayanan yang sesuai untuk pasien.
• Kondisi pasien kadang –kadang sulit
diperkirakan  harus selalu siap dengan
penataksanaan segera.
Triage
• Tim triage  psikiater/dokter, perawat dan
pekerja sosial psikiatrik
• Identifikasi 
– Kondisi gawat darurat,
– Pasien yang memerlukan penangan segera,
– Pasien yang tidak memerlukan penanganan
segera,
– Menentukan yang mana yang bukan prioritas
Strategi umum dalam mengevaluasi pasien

1. Perlindungan diri
Mengetahui sebanyak mungkin informasi
tentang keadaan pasien sebelum bertemu
Menyiapkan tim yang terlatih untuk
melakukan pengikatan (fiksasi)
Waspada terhadap resiko kekerasan yang
mungkin dilakukan pasien
Perlindungan diri
• Usahakan tidak ada penghalang ke
tempat yang aman (mis. Akses ke pintu)
• Dalam melakukan pemeriksaan sebaiknya
tidak sendiri.
• Usahakan selalu ada orang di sekitar
pemeriksa
• Usahakan untuk membina rapport dengan
pasien (mis. Jangan mengkonfrontasi atau
menakut-nakuti pasien psikosis paranoid
Strategi umum dalam mengevaluasi pasien

2. pencegahan terhadap bahaya


A. cegah perilaku melukai diri sendiri dan
bunuh diri
B. cegah kekerasan terhadap orang lain.
Selama penilaian, lakukan penilaian
cepat apakah pasien menunjukan
kecenderungan untuk melukai orang lain
Lanjutan

• Jika ditemukan resiko perilaku kekerasan,


pertimbangkan pilihan – pilihan berikut:
– Informasikan kepada pasien bahwa perilaku
kekerasan merupakan hal yang tidak dapat
dibenarkan (tidak diperbolehkan)
– Lakukan pendekatan kepada pasien dengan
cara yang tidak menakutkan.
lanjutan

• Tenangkan pasien dan bantu pasien untuk


memahami keadaan dirinya
• Siapkan medikasi
• Informasikan kepada pasien bahwa
kemungkinan akan dilakukan fiksasi atau
isolasi jika diperlukan
• Siapkan tim yang terlatih untuk melakukan
fiksasi
lanjut

• Jika pasien difiksasi, selalu lakukan


observasi ketat, dan lakukan pemeriksaan
tanda – tanda vital sesering mungkin.
• tempatkan pasien yang difiksasi di tempat
yang tenang dan tidak ada gangguan
• Segera lakukan tindakan selanjutnya:
medikasi, menenangkan pasien dan
evaluasi medik
Penilaian awal
• Apakah pasien aman berada di ruang
gawat darurat ?
• Apakah pasien mengalami masalah
organik, fungsional atau gabungan
keduanya ?
• Apakah pasien mengalami gangguan
psikotik ?
• Apakah pasien menunjukan perilaku
kekerasan/bunuh diri ?
• Bagaimana kemampuan pasien untuk
merawat diri?
Gaduh gelisah dan tindakan kekerasan

• Definisi
• Gaduh gelisah atau agitasi = peningkatan
aktivitas mental dan motorik seseorang 
sukar dikendalikan.
• Tindak kekerasan = agresi fisik terhadap
prang lain berat (pembunuhan. Tindak
kekerasan terhadap diri sendiri + mutilasi
 berat (bunuh diri)
lanjutan

• Dapat terjadi pada : orang dengan latar


belakang gangguan jiwa atau tidak ada
gangguan jiwa manakala orang itu
mengalami stres berat.
• GMO : delirium, intoksikasi/putus zat,
gangguan metabolik, infeksi, dll
• Psikotik fungsional : skizofrenia
paranoid/katatonik, gangguan afektif berat
(depresi/mania) gangguan paranoid,
psikotik akut, post partum dll.
• Problem situasional : perselisihan
keluarga, panik homoseksual dll.
• Gaduh gelisah : ledakan agresi verbal dan
psikomotor  segera diatasi  kelelahan
fisik
• Tindak kekerasan perlu diwaspadai tindak
pembunuhan dan bunuh diri
• Ciri pasien tindak kekerasan, sering
mengeluarkan kata ancaman, ps dengan
intoksikasi alkohol / zat psikoaktif, ps
dengan waham curiga
Medis atau psikiatrik?
• Penting  menentukan 
– Medis
– Psikiatrik
– Keduanya
• Kondisi medis  DM, penyakit tiroid,
intoksikasi akut, kondisi putuszat, AIDS,
trauma kepala  dapat menunjukan gejala
perubahan status mental yang menyerupai
gangguan jiwa
• Penatalaksanaan kondisi medis yang sesuai
 prognosis lebih baik dibandingkan dengan
gangguan psikiatrik fungsional
Gambaran yang menunjukan penyebab
medik dari gangguan jiwa

• Onset yang akut (selama beberapa jam


atau menit)
• Episode pertama
• Usia lanjut
• Adanya penyakit medis atau trauma
• Adanya penyalahgunaan zat yang
bermakna
• Halusinasi selain halusinasi auditorik
DELIRIUM
GEJALA DAN TANDA :
Gangguan atau penurunan kesadaran
(berkabut spi koma ) disertai gejala
berkurangnya kemampuan memusatkan
mempertahankan dan mengalihkan
perhatian  3 P
Gangguan daya kognitif (memori), orientasi
Terbukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik, lab disebabkan gangguan fisik
ETIOLOGI

• Intrakranial: epilepsi, infeksi, gangguan


vaskuler
• Ekstrakranial: penyakit hati, ginjal, trauma,
pasca operasi, infeksi, gangguan
keseimbangan elektrolit
penatalaksanaan
1. perhatikan keadaan darurat (A, B, C )
lakukan tindakan sesuai kebutuhan
• Beri th/terhadap etiologi yang melatar
belakangi
• Cegah cedera
• Perlu ada orang yang dikenal pasien
• Tujuan utama th/obat untuk gejala psikotik
Untuk gangguan psikotik :

• Haloperidol 2-10 mg I.M  ulangi 1 jam


bila masih agitasi max 3 kali/24 jam
• Setelah pasien tenang  oral 2-3x/hari 3-
15 mg/hari
• Hindari CPZ, karena berhubungan dengan
aktivitas cholinergik  oversedasi
• Insomnia : lorazepam 0,5 – 2 mg
Psikosis(psikosis akut, skizofrenia bipolar
dengan ciri psikotik)
• Gaduh gelisah, karena :
– Halusinasi
– Waham
– Peningkatan mood
– Depresi agitatif
Psikosis
• Pasien yang paranoid dan gelisah 
mempersepsikan bantuan yang diberikan
oleh tenaga kesehatan sebagai serangan
terhadap dia sehingga dia melakukan
tindakan pembelaan diri
• Halusinasi auditorik commanding 
mengingkari gejalanya dan menolak minum
obat
• Petugas harus memahami masalah –
masalah terbut dan melakukan pendekatan
yang tidak membuat pasien merasa
terancam
Psikosis
• Komunikasi kepada pasien  langsung
• Semua intervensi yang akan dilakukan 
dijelaskan kepada pasien dengan bahasa
yang mudah dimengerti.
• Petugas tidak boleh berasumsi bahwa pasien
mempercayainya atau ingin mmendapatkan
pertolongan tenaga kesehatan.
• Wawancara  singkat dan terstruktur 
mencegah potensi gaduh gelisah dan
perilaku kekerasan.
Pasien depresi dan potensial bunuh diri

• Tanya  ide – ide bunuh diri sebagai


bagian dari setiap pemeriksaan status
mental, khususnya pada pasien depresi
• Pertanyaan harus ditanyakan secara
langsung
• 8 dari 10 pasien yang mempunyai
keinginan untuk bunuh diri memberikan
tanda – tanda sebelumnya.
Riwayat, tanda dan gejala resiko
bunuh diri
• Adanya usaha bunuh diri sebelumnya atau
membayangkan bunuh diri
• Kecemasan, depresi, kelelahan
• Adanya kesempatan untuk melakukan
bunuh diri
• Perhatian akan efek bunuh diri pada
anggota kelompok.
lanjutan

• Ide-ide bunuh diri yang diucapkan


• Pasien yang tampak sangat tenang
setelah mengalami kegelisahan (depresi
dengan agitasi)
• Adanya krisis kehidupan
• Riwayat bunuh diri dalam keluarga
• Adanya pesimisme yang berat atau
perasaan putus asa
Perkosaan dan pelecehan seksual

• Perilaku pemaksaan untuk melakukan


hubungan seksual pada korban yang tidak
menginginkan
• Merupakan keadaan gawat darurat
psikiatri yang memerlukan penangan
segera dan tepat
• Korbal perkosaan dapat menderita gejala
sisa yang menetap seumur hidup.
• Pengalaman yang menakutkan 
– Ketakutasn terhadap kekerasan fisik
• Sebagian besar pemerkosa adalah laki – laki
• Hampir semua korban adalah wanita
• Wanita usia 16 -24 tahun  resiko tertinggi
• Lebih dari sepertika pemerkosa mengenal
korbannya,
• 7% mempunyai hubungan dekat
• Seperlima dari pemerkosa melakukan
perkosaan secara berkelompok (geng
pemerkosa)
• Reaksi yang biasa terjadi pada korban :
– Malu, rendah diri
– Cemas
– Kebingungan,
– Perasaan hina
– Sebagian korban membayangkan bahwa
merekalah penyebab terjadinya pemerkosaan
tersebut
• Klinis 
– Menenangkan,
– Memberikan dukungan,
– Tidak menghakimi,
– Memberikan informasi kepada pasien tentang
pelayanan medis dan hukum dan pusat krisis
yang memberikan bantuan kepada mereka.
• Pemeriksaan  petugas perempuan  >
mudah
• Pemeriksaan/penilaian  di ruang
tersendiri
• Perkosaan  tidak diceritakan secara
terbuka
• Jika pasien tampak cemas saat ditanya
mengenai masalah tersebut dan
menghindar untuk membicarakannya 
pahami.
Penatalaksanaan

• Terapi berorientasi krisis


• Dukungan sosial
• Ventilasi
• Bantuan dan dukungan supaya pasien
bisa kembali ke kondisi semula sesegera
mungkin
• Konsultasi hukum
• Jangan lupa persetujuan tertulis untuk
melakukan pemeriksaan, membuat foto,
mengumpulkan specimen, dan
memberikan informsi kepada pihak yang
berwenang.
• Buat rekaman tantang riwayat dengan
bahasa pasien.
• Simpan semua pakaian
• Berikan perlindungan terhdap kemunkinan
semua penyakit, trauma psikis, dan
kehamilan
Penatalaksanaan kegawatdaruratan

• Farmakoterapi
• Indikasi utama penggunaan obat
psikotropik di ruang gawat darurat
– Perilaku kekerasan
– Kecemasan yang massif dan panik
– Reaksi ekstrapiramidal, seperti distonia dan
akatisia karena efek samping obat psikiatri
• Rapid tranqualization  injeksi haloperidol
(bisa + diazepam)
• Perilaku kekerasan berespon baik dengan
haloperidol, karbamazepin dan lithium
• Kejang  pemeriksaan akan kemungkinan
penyebabnya
• Intoksikasi zat psikoaktif dapat diberikan
injeksi haloperidol
• Selama pemberian obat tahap awal, harus
selalu dilakukan pemeriksaan tekanan darah
dan tanda – tanda vital lain.
Pengikatan (fiksasi)

• Pasien sangat berbahaya terhadap dirinya


atau orang lain karena mereka melakukan
ancaman yang serius (berat) dan tidak
bisa dikontrol dengan cara lain
• Sementara untuk memberikan pengobatan
atau bisa lebih lama jika pengobatan tidak
bisa diberikan
• Kesempatan pasien untuk mengontrol
impulsnya
Penggunaan fiksasi
• Pengikatan sebaiknya dilakukan oleh 4-5
orang
• Gunakan fiksasi yang aman dan tidak
melukai pasien, misalnya dengan bahan kulit
• Berikan penjelasan kepada pasien tentang
alasan dilakukan fiksasi terhadap pasien
• Petugas harus selalu mengawasi dan
menenagkan pasien yang sedang difiksasi
• Menenangkan pasien dapat membantu
mengurangi ketakutan pasien akan perasaan
tidakada bantuan, ketidakmampuan dan
hilangnya kontrol.
• Pasien harus difiksasi dengan kaki
direntangkan dan satu lengan difiksasi di
sisi tubuh dan lengan yang lain diatas
kepala
• Pengikatan harus dilakukan di tempat
yang tidak menghalangi untuk melakukan
infus, sehingga apabila diperlukan
pemberian infus, tidak terganggu oleh
fiksasi
• Kepala pasien diletakan agak tinggi untuk
menurunkan kecemasan pasien dan
menurunkan kemungkinan aspirasi
• Fiksasi harus selalu dicek secara berkala
untuk keamanan dan kenyamanan pasien
• Setelah dilakukan fiksasi, dokter kemudian
melakukan terapi, menggunakan
intervensi verbal
• Walaupun sedang dalam keadaan fiksasi,
pengobatan harus tetap diberikan, bisa
dalam bentuk cair.
• Setelah perilaku pasien terkontrol, salah
satu ikatan dilepaskan pada setiap 5 menit
sampai hanya 2 ekstremitas yang
difiksasi. Kedua fiksasi yang tersisa harus
dilepaskan pada saat bersamaan, karena
tidak disarankan melakukan fiksasi hanya
pada 1 ekstremitas
• Harus selalu dibuat dokumentasi tentang
alasan dilakukan fiksasi, perjalanan terapi
dan respon pasien terhadap terapi pada
saat dilakukan fiksasi
SEKLUSI/ SECLUTION

• Pengekangan disuatu tempat, untuk


pengaman pasien dan orang lain, juga
untuk isolasi pasien dari stresor
Intoksikasi ampetamin(atau zat yang
berhubungan )
• Waham, kecurigaan/ketakutan, perilaku
kekerasan, depresi, cemas dan delirium
• Antipsikotik, fiksasi, rawat inap jika perlu,
tidak perlu penurunan bertahap
antidepresan jika perlu
Hysteria kelompok

• Sekelompok orang yang mengalami


dukacita yang ekstrim atau perilaku yang
tidak terarah
• Kelompok dipisahkan dengan bantuan
petugas kesehatan (petugas UKS),
ventilasi, terapi berorientasi krisis, jika
perlu dapat diberikan benzodiazepin dosis
kecil
Gangguan panik
• Panik, teror, onset akut
• Harus dibedakan dengan gangguan yang
menyebabkan kecemasan, baik gangguan
medis maupun gangguan psikiatrik, EKG
untuk menyingkirkan prolaps katub mitrat,
• Propanolol (10 to 30 mg)
• Aprazolam (0.25 to 2 mg)
• Penatalaksanaan jangka panjang
termasuk antidepresan
Intoksikasi Alkohol
• Intoksikasi alkohol akut dapat dikenali dengan
gejala-gejala kesadaran menurun,
• gangguan perhatian, gangguan daya nilai,
emosi labil dan disinhibisi, agresi, jalan
sempoyongan,
• nistagmus, bicara cadel/pelo, nafas berbau
alkohol. Komplikasi akut pada intoksikasi atau
• overdosis paralisis pernapasan, biasanya bila
muntahan masuk saluran pernapasan,
obstructive
• sleep apnoea, aritmia jantung fatal ketika kadar
alkohol darah lebih dari 0,4 mg/ml
Langkah-langkah penanganan
intoksikasi alkohol:

1. Deteksi dini dan tegakkan diagnosis


dengan segera.

2. Lakukan anamnesis dan


pemeriksaan dengan segera dan
dalam waktu singkat.
3. Pemeriksaan fisik dan laboratorium
a) Gejala utama : Waspada berlebihan, kegelisahan, agitasi
psikomotor, mondar-mandir,
banyak bicara dan tekanan pada pembicaraan, rasa nyaman dan elasi.
Sering kali agresif,
perilaku kekerasan dan daya nilai terganggu, takikardi, hipertensi,
dilatasi pupil, mengigil
dan diaforesis, anoreksia, mual dan muntah dan insomnia
b) Breath analyzer

4. Terapi Bilas lambung, induksi muntah, atau gunakan karbon aktif


untuk mengeluarkan alkohol
dari saluran cerna (gastrointestinal) jika pasien datang kurang dari 60
menit setelah minum alkohol
• Pemberian etanol atau fomepizole untuk
memperlambat atau mencegah terbentuknya
metabolit toksik
• Pada kondisi koma
Posisi miring untuk mencegah aspirasi
Observasi ketat tanda vital setiap 15 menit
• injeksi Thiamine 100 mg i.v untuk profilaksis
terjadinya Wernicke Encephalopathy
• Kondisi hipoglikemi maka berikan 50 ml Dextrose 40% iv
• Problem Perilaku (gaduh/gelisah) :
1) Petugas keamanan dan perawat siap bila pasien agresif
2) Terapis harus toleran dan tidak membuat pasien takut
atau merasa terancam
3) Buat suasana tenang
4) Beri dosis rendah sedatif; Lorazepam 1-2 mg atau
Haloperidol 5 mg per oral, bilagaduh gelisah berikan
secara parenteral (i.m)
Parkinsonism

• Tremor, rigiditas (kekakuan otot)


bradikinesia (perlambatan gerak)
hipersalivasi
• Efek samping haloperidol
• Turunkan antipsikotik
Kesimpulan

• Kedaruratan psikiatri : harus ditangani


dengan cepat, tepat
• Utamakan keselamatan dan keamanan diri
• Petugas harus melakukan pendekatan
dengan cara yang tidak menakutkan dan
tidak mengancam
• Harus selalu memberikan informasi kepada
pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
• Dengan pendekatan yang tepat 
penanganan tepat  prognosisi lebih baik
bagi pasien.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai