Anda di halaman 1dari 23

UPAYA KESEHATAN JIWA DI INDONESIA

Rumah sakit jiwa di Indonesia:


1. 1 Juli 1882, RSJ Marzoeki Mahdi
(Bogor).
2. 23 Juni 1902, RSJ Lawang.
3. 1923, RSJ Magelang.
4. 1927, RSJ Sabang.
Masa Kolonial Dibagi 4 macam Tempat
Perawatan Penderita Gangguan Jiwa:
1. RS Jiwa (Kranzinnigengestichen).
2. RS Sementara (Doorgangshuizen).
3. Tempat Penampungan Sementara bagi penderita
psikotik yang akut dan dipulangkan setelah
sembuh. Bagi mereka yang memerlukan
perawatan yang lama, dikirim ke RSJ.
4. Rumah perawatan (Veerplegtehuiizen).
Berfungsi sebagai RSJ tetapi dikepalai oleh
seorang perawat berijasah di bawah pengawasan
dokter umum.
Selama Periode Tahun 1940-1990 Terjadi
Berbagai Gerakan Perubahan Kesehatan Mental:

1. Tahun 1946; Peluncuran Undang- Undang Kesehatan


Mental; Perubahan yang terjadi: Terbentuknya farmasi
institut nasional kesehatan mental yang mendukung
penelitian tentang intervensi, diagnosa psikiatri, dan
pencegahan serta pengobatan gangguan jiwa.
2. Tahun 1961; Komisi Presiden Kesehatan dan gangguan
jiwa; Dukungan yang terjadi: Dukungan legislatif untuk
pendidikan bagi tenaga profesi kesehatan jiwa termasuk
perawat, pekerja sosial, psikiatri, dan psikolog.
Selama Periode Tahun 1940-1990 Terjadi
Berbagai Gerakan Perubahan Kesehatan Mental:
3. Tahun 1963; Peluncuran Undang-undang tentang
pusat kesehatan jiwa masyarakat. Perubahan
yang terjadi: Deinstitusionalisasi klien dari
gangguan jiwa kronik pindah dari institusi (RSJ)
ke pusat rehabilitasi masyarakat.
4. Tahun 1970-1980: munculnya minat pada aspek
biologi dan neurobiologi dari gangguan jiwa dan
pengobatannya. Perubahan yang terjadi:
munculnya generasi ketiga obat psikotropika
popularitas terapi biologi meningkat.
Selama Periode Tahun 1940-1990 Terjadi
Berbagai Gerakan Perubahan Kesehatan Mental:
5. Tahun 1990-an: dekade otak. Perubahan yang terjadi:
semakin berkembangnya neurobiologi dan
tehnologi. Identifikasi penelitian-penelitian
diagnostik yang inovatif khususnya untuk
skizofrenia dan gangguan mood.
Perubahan yang terjadi:
- Meningkatnya jumlah tunawisma.
- Kurangnya dukungan dana legislatif untuk
pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
- Epidemik global AIDS.
- Perlunya pemberian pelayanan kesehatan yang
sistematis.
- Berkembangnya resiko tinggi gangguan jiwa pada
wanita hamil.
- Kekerasan pada wanita, anak-anak, orangtua, dan
pengguna obat-obatan terlarang.
ASUHAN YANG KOMPETEN BAGI PERAWAT
JIWA
1. Pengkajian biopsikososial yang peka terhadap budaya.
2. Merancang dan implementasi rencana tindakan untuk
klien dan keluarga.
3. Peran serta dalam pengelolaan kasus:
mengorganisasikan, mengkaji, negosiasi, koordinasi
pelayanan bagi individu dan keluarga.
4. Memberikan pedoman pelayanan bagi individu,
keluarga, kelompok, untuk menggunakan sumber yang
tersedia di komunitas kesehatan mental, termasuk
pelayanan terkait, teknologi dan sistem sosial yang paling
tepat.
ASUHAN YANG KOMPETEN BAGI PERAWAT
JIWA
5. Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental serta
mengatasi pengaruh penyakit mental melalui
penyuluhan dan konseling.
6. Memberikan askep pada penyakit fisik yang mengalami
masalah psikologis dan penyakit jiwa dengan maslah
fisik.
7. Mengelola dan mengkoordinasi sistem pelayanan yang
mengintegrasikan kebutuhan klien, keluarga, staf, dan
pembuat kebijakan.
PRINSIP PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA
PERAN DAN FUNGSI PERAWAT JIWA.
 Keperawatan Jiwa Adalah Proses Interpersonal yang berupaya untuk
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkontribusi pada
fungsi yang terintegrasi
 Pasien atau sistem klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok,
organisasi, atau komunitas.

ANA (American Nurses Association) mendefinisikan keperawatan


kesehatan jiwa dan psikiatri sebagai:
 Suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori
perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara
terapeutik sebagai kiatnya.
 Praktek kontemporer: Konteks sosial dan lingkungan.
 Praktek profesional: Parameter kompetensi klinik, advokasi pasien,
tanggung jawab fiskal, kolaborasi profesional, akontabilitas (tanggung
gugat), sosial, dan kewajiban etik dan legal.
 Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu-ilmu psikososial,
biofisik, teori-teori kepribadian, dan perilaku manusia untuk
menurunkan suatu kerangka kerja teoritik yang menjadi landasan
praktik keperawatan.
TINGKAT KINERJA.
 1. Legislasi praktek keperawatan.
 2. Kualifikasi perawat (pendidikan, pengalaman kerja, status
sertifikasi.
 3. Tatanan praktik perawat.
 4. Tingkat kompetensi personal dan inisiatif perawat.

TINGKAT PENCEGAHAN.
1. Pencegahan primer: merupakan suatu konsep komunitas
termasuk menurunkan insiden penyakit dalam komunitas
dengan mengubah faktor penyebab sebelum hal tersebut
membahayakan.
 Pencegahan primer mendahului penyakit dan diterapkan pada
populasi yang umumnya sehat. Pencegahan ini termasuk peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit.
2. Pencegahan sekunder: Mencakup reduksi penyakit aktual dengan
deteksi dini dan penanganan masalah kesehatan.
3. Pencegahan tertier: Mencakup penurunan gangguan atau kecacatan
yang diakibatkan oleh penyakit.

RENTANG ASUHAN.
Tatanan Tradisional---Tatanan Penanganan Alternatif.

ASUHAN YANG KOMPETEN.


Tiga domain praktik keperawatan jiwa kontemporer—Aktivitas asuhan
langsung, komunikasi, dan penatalaksanaan.

EVALUASI HASIL.
Perawat jiwa harus mampu mengidentifikasi, menguraikan, dan
mengukur hasil asuhan yang mereka berikan pada pasien, keluarga dan
komunitas.
Hasil adalah semua hal yang terjadi pada pasien dan keluarga
ketika mereka berada dalam sistem pelayanan kesehatan.

 Hasil tersebut dapat meliputi status kesehatan, status fungsional, kualitas


hidup, ada atau tidaknya penyakit, jenis respons koping, dan kepuasan
terhadap tindak penanggulangan.
 Evaluasi hasil dapat berfokus pada kondisi klinik, intervensi, atau proses
pemberian asuhan. Mencakup indikator-indikator klinik, fungsional,
finansial, dan perseptual tergantung pada pemberian asuhan keperawatan
jiwa.
 Evaluasi hasil aktivitas keperawatan jiwa secara kritis merupakan tugas
perawat jiwa apapun peran, kualifikasi, atau tatanan prakteknya. Praktisi
perawat jiwa, pendidik, administrator, dan peneliti semuanya harus
bertanggung jawab untuk menjawab setiap pertanyaan. Apa perbedaan
yang diberikan oleh seorang perawat jiwa.
PERAN LEGAL PERAWAT JIWA

1. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan.


2. Perawat sebagai pegawai.
3. Perawat sebagai warga negara.
 Perawat mungkin mengalami konflik antara ketiga hak dan
tanggung jawabnya tersebut.
 Penilaian keperawatan profesional memerlukan pemeriksaan
yang teliti dalam konteks asuhan keperawatan, konsekuensi
yang mungkin terjadi akibat tindakan seseorang, dan alternatif
yang mungkin dilakukan.
 Malpraktek melibatkan kegagalan seorang profesional untuk
memberikan jenis asuhan yang diberikan oleh anggota dari
profesi seseorang dalam komunitas, mengakibatkan suatu
yang membahayakan.
 Kebanyakan pengaduan malpraktik diarsipkan dalam
kesalahan karena kelalaian.
 Kesalahan merupakan suatu kesalahan sipil di mana pihak
yang dirugikan mempunyai hak untuk mendapatkan
kompensasi.

Salah satu pembuktian:


1. Ada kewajiban legal untuk melakukan asuhan.
2. Perawat melakukan tugasnya dengan kelalaian.
3. Terdapat kerusakan yang dialami oleh pasien sebagai akibat.
4. Kerusakan bersifat substansial.
Hak-hak Pasien Gangguan Jiwa

 Hak untuk berkomunikasi dengan orang di luar rumah


sakit.
 Hak terhadap barang pribadi.
 Hak menjalankan keinginan.
 Hak terhadap “Habeas corpus”.
 Hak terhadap pemeriksaan psikiatrik yang mandiri.
 Hak terhadap keleluasaan pribadi.
 Hak persetujuan tindakan (informed consent).
 Hak pengobatan.
 Hak untuk menolak pengobatan.
MENDAPATKAN PERSETUJUAN DILAKUKAN TINDAKAN
INFORMASI YANG PERLU DISAMPAIKAN.
1. Diagnosa: deskripsi masalah pasien.
2. Pengobatan: sifat dan tujuan pengobatan yang diusulkan.
3. Konsekuensi: resiko dan keuntungan pengobatan yang diusulkan termasuk akibat fisik dan
psikologis.
4. Alternatif: Alternatif terhadap pengobatan yang diusulkan serta resiko dan keuntungannya.
5. Prognosa: Hasil pengobatan yang diharapkan, dengan pengobatan alternatif, serta tanpa
pengobatan.

PRINSIP PEMBERIAN INFORMASI.


1. Kaji kemampuan pasien, untuk memberikan persetujuan dilakukan tindakan (informed
consent).
2. Pergunakan bahasa yang sederhana sehingga dapat dimengerti oleh orang awam.
3. Beri kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya.
4. Uji pemahaman pasien setelah diberikan penjelasan.
5. Didik sesering mungkin sesuai kebutuhan.
6. Dokumentasi semua faktor yang relevan termasuk apa yang telah diungkapkan, pemahaman
pasien, kompetensi, kesepakatan terhadap pengobatan tanpa paksaan, dan persetujuan yang
sebenarnya.
KONSEPTUAL MODEL KESWA
1. MODEL PSIKOANALISA (SIGMUND FREUD).
 Penyimpangan tingkah laku pada saat dewasa dipengaruhi perkembangan pada
masa anak.
 Tiap fase perkembangan mempunyai tugas perkembangan yang harus dicapai.
 Gejala merupakan simbol dari konflik.
 Proses terapi memerlukan waktu yang lama.

2. MODEL INTERPERSONAL (HENRY STACK SULLIVAN).


 Tingkah laku berkembang dari hubungan interpersonal.
 Perkembangan masa anak, besar pengaruhnya terhadap keswa individu.
Misalnya: cemas waktu bayi  penolakan  sistem diri yang negatif.
 Individu memandang orang lain sesuai dengan yang ada pada dirinya.
 Pada individu ada dua dorongan :
a) Dorongan untuk kepuasan.
b) Dorongan untuk kemanan.
 Proses terapi :
a) Mengeksplorasi proses perkembangan.
b) Mengeksplorasi pengalaman interpersonal.
c) Reduksi.
d) Mengembangkan hubungan saling percaya.
3. MODEL SOSIAL
 BERFOKUS PADA LINGKUNGAN SOSIAL YANG MEMPENGARUHI
KEHIDUPAN INDIVIDU & PENGALAMAN SOSIAL
a) Kondisi sosial bertanggung jawab terhadap penyimpangan tingkah laku.
b) Tingkah laku yang dianggap normal didaerah tertentu mungkin
penyimpangan pada daerah yang lain.
c) Yang disebut individu dengan gangguan jiwa adalah individu yang tidak
dapat beradaptasi dengan norma lingkungan.
d) Menurut Caplan  situasi sosial dapat mencetuskan gangguan jiwa.

 FAKTOR PENCETUS ANTARA LAIN :


a) Kemiskinan, situasi keluarga yang tidak stabil, pendidikan yang tidak
adekuat.
b) Kurang nafsu mengatasi stres.
c) Kurang support sistem.
 KONSEP PENCEGAHAN :
 Primer, sekunder, dan tersier.
 PROSES TERAPI :
a) Prevensi primer
b) Keswa masyarakat
c) Krisis intervensi
4. EKSISTENSI MODEL
 Berfokus pada pengalaman individu pada saat ini dan disini:
Penyimpangan tingkah laku terjadi bila individu putus hubungan dengan
dirinya dan lingkungannya.
PROSES TERAPI :
 Rasional emotif terapi: Konfrontasi untuk bertanggung jawab terhadap tingkah
lakunya, klien dapat menerima dirinya.
 Terapi logo: Terapi orientasi pada masa depan.
 Terapi realitas: Sadar target kehidupan dengan menggunakan alternatif yang
ada.

5. MODEL KOMUNIKASI
 Membedakan manusia dengan organisme lainnya.
 Arti tingkah laku tergantung kejelasan tingkah laku.
 Penyimpangan tingkah laku terjadi bila pesan tidak jelas.
PROSES TERAPI :
 Memberi umpan balik dan klarifikasimasalah.
 Reinforcement untuk komunikasi yang efektif.
 Memberi alternatif yang korektif untuk komunikasi yang tidak jelas atau
tidak efektif.
 Melakukan analisa proses interaksi.
6. MODEL PERILAKU (H.J. EYSENCK, J. WOLPE & BF.
SKINNER)
 Berfokus pada perilaku klien: Perilaku dapatdipelajari serta penyimpangan
perilaku dipandang sebagai respon habitual yang dapat dimodifikasi dengan
menggunakan teori belajar.

 BELAJAR : (STIMULUS & RESPON) + REINFORCEMENT

 PROSES TERAPI :
DESENSITIASI & RELAKSASI: KLIEN CEMAS RINGAN sampai dengan
SEDANG  RELAKSASI
ASERTIF TRAINING: BELAJAR MENGGUNAKAN KEMAMPUAN BERDIRI
PADA KEKUATAN & HAK SENDIRI TANPA MENYINGGUNG ORANG LAIN
 POSITIF REINFORCEMENT
 SELF REGULASI :
 SELF KETERAMPILAN
 SELF OBSERVASI
 SELF EVALUASI
 SELF REINFORCEMENT
7. MODEL MEDICAL
 Berfokus pada penyakit dan pengobatan didasarkan pada diagnosa medis.
 Gangguan perilaku adalah karena gangguan susunan saraf pusat.
 Lingkungan sebagai fungsi pencetus.

PROSES TERAPI :
Hubungan pasien dan dokter adalah hubungan percaya pasien untuk mengikuti
rencana pengobatan.
 PENGOBATAN : Jangka panjang atau jangka pendek.
 TERAPI SUPORTIF
 INSIGHT ORIENTED  Belajar mengatasi stressor.

8. MODEL KEPERAWATAN
 PENDEKATAN :
 TEORI SISTEM
 TEORI PERKEMBANGAN
 TEORI INTERAKSI
 PENDEKATAN HOLISTIK
 TEORI KEPERAWATAN
PERBANDINGAN MODEL MEDIKAL & KEPERAWATAN
(STUART & SUNDEEN)
MEDICAL KEPERAWATAN
PENYEBAB VULNERABILITY
PENYAKIT RESIKO
MASALAH KESEHATAN RESPON MANUSIA
PENGOBATAN ASUHAN KEPERAWATAN

 Fokus medikal adalah respon individu terhadap masalah kesehatan baik aktual,
potensial, dan posibble.

 Fokus keperawatan adalah respon klien terhadap kebutuhan KDM dengan


memperhatikan rentang respon sehat-sakit, teori dasar keperawatan, tindakan
keperawatan, dampak dan hasil tindakan.

PROSES TERAPI:  PROSES KEPERAWATAN


PENGKAJIAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI
IMPLEMENTASI
EVALUASI

Anda mungkin juga menyukai