Anda di halaman 1dari 82

SURVEILANS DAN

TATALAKSANA KASUS DEMAM


BERDARAH DENGUE (DBD)

Oleh :
Acep Effendi, SKM, M.Si
Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur 1
Disampaikan pd Pelatihan Surveilans Epid & Pengendalian Vektor
2
TREND JUMLAH KAB./KOTA TERJANGKIT DBD DI
PROV. NTT
- Kota Kupang - Flores Timur - Manggarai Barat
- Kupang - Sikka - Belu
- TTU - Ende - Nagekeo
- Alor - Ngada -TTS
- Sumba Timur - Sumba Barat Daya - Manggarai Timur
- Rote Ndao - Sabu Raijua - Lembata - Malaka
TERJANGKIT DBD
2010  8 Kab/Kota
2011  11 Kab/Kota
2012  15 Kab/Kota
2013  16 Kab/Kota (5 tahun terakhir)
2014  17 Kab/Kota Tiap Tahun tambah 1
2015  18 Kab/Kota Kab. Terjangkit
2016  19 Kab/Kota

04/02/2020 Acep.Effendi,2016
TREND JUMLAH KASUS DBD DI PROVINSI NTT
TAHUN 2010 - 2016

04/02/2020
Acep.Effendi,2017
DISTRIBUSI KASUS & KEMATIAN DBD
PER KAB/KOTA DI PROV. NTT, 2015 -2016
250
195
200
150 2015 110
100 74
45 40
50 17
2 10 6 3 0 0 0 0 4 0 2 0 0 0 0 0
0

KASUS MATI

2016

04/02/2020
Pola Maximum – Median- Mimimum
Kasus DBD di Prov. NTT Tahun 2012 - 2016

120

100

80
KASUS

60

40

20

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
BULAN

MAXIMUM AcepMEDIAN MINIMUM


Pola Max– Median- Min
Kasus DBD di Prov. NTT
Tahun 2013-2017

120 Gerakan
Masyarakat utk
100
PSN -1R1J

80
KASUS

60

40

20

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
BULAN

Acep
MAXIMUM MEDIAN MINIMUM
ALUR RESPONS-TIME KASUS DBD
(PE & FF)

Dokter
Praktek
24 jam
PE : 24 jam 24 jam

Puskesmas DINKES DINKES


KASUS KAB/KOTA PROVINSI
DBD

FF : 24 jam
KELUARGA

RUMAH 24 jam- < 7 Hr


SAKIT
Acep Effendi
Defenisi Operasional Kasus DBD.
(WHO )
• TERSANGKA KASUS DBD (KASUS KLINIS)
– Demam mendadak (38°C- 40°C) 2-7 hari dengan 2 atau
lebih manifestasi sakit kepala, nyeri otot & sendi,
kemerahan / perdarahan di kulit dll.

• PROBABLE : kasus klinis ditambah 1 atau 2 sbb :


- HI  titer antibody  1280, IgG Elissa, IgM
antibody.

• KASUS KONFIRM : kasus klinis dengan konfirmasi


laboratorium

Acep
Faktor-faktor yg mempengaruhi peningkatan dan
penyebaran kasus DBD

1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi,


2. Urbanisasi yang tidak terencana & tidak
terkendali,
3. Tidak adanya kontrol vektor nyamuk
yang efektif Secara rutin,
4. Peningkatan sarana transportasi,
Mobilisasi penduduk tinggi.

10
• IR : <5/100.000 Pddk
• CFR : <1%
• Frekuensi KLB : <5% jml desa di
Kabupaten/Kota
• ABJ : >95% atau HI < 5 %
• Proporsi keluarga yg Berpartisipasi
dlm PSN DBD : ≥ 80%
SPEKTRUM KLINIS INFEKSI VIRUS DENGUE

Infeksi Virus Denue

Asimptomatik Simptomatik

Demam tdk Spesifik Demam Dengue

Pendarahan (-) Pendarahan (+) Syok (-) Syok (+)


(DSS)

DD DBD
Sumber : WHO, 1997
Defenisi Operasional Kasus DBD.
(WHO )
• TERSANGKA KASUS DBD (KASUS KLINIS)
– Demam mendadak (38°C- 40°C) 2-7 hari dengan 2 atau
lebih manifestasi sakit kepala, nyeri otot & sendi,
kemerahan / perdarahan di kulit dll.

• PROBABLE : kasus klinis ditambah 1 atau 2 sbb :


- HI  titer antibody  1280, IgG Elissa, IgM
antibody.

• KASUS KONFIRM : kasus klinis dengan konfirmasi


laboratorium

Acep
KRITERIA DIAGNOSIS DBD
(WHO)
KLINIS BERAT PENYAKIT
• Demam mendadak tinggi 2-7 • Derajat I : demam + uji bendung +
Terus menerus tanpa sebab yg • Derajat II : I + perdarahan spontan
jelas.
• Derajat III : nadi cepat,lemah, TN
• Perdarahan : termasuk uji <20, hipotensi,akral dingin
Tourniquet (positif)/ bendung • Derajat IV : syok berat, nadi tak
• Hepatomegali teraba, TD tak terukur
• Syok: nadi kecil & cepat,tekanan
nadi <20 atau hipotensi, gelisah,
dan akral dingin
LABORATORIS Catatan:
• Trombositopenia Trombositopenia +
( <100.000) hemokonsentrasi membedakan
• Hemokonsentrasi ( Ht>20% dari DBD derajat I/II dengan DD.
normal)
• HI test (+)
Acep
• IgG atau IgM (RDT)
Indikasi rawat pasien DBD dewasa pada
seleksi pertama ;

1. DBD dengan syok dengan atau tanpa perdarahan.


2. DBD dg perdarahan masif dg atau tanpa syok
3. DBD tanpa perdarahan masif dengan
a. Hb, Ht, normal dengan trombosit < 100.000/pl
b. Hb, HT yang meningkat dengan
trombositpenia < 150.000/pl

15
TATALAKSANA KASUS DBD DI
MASYARAKAT :
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan
plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sbg akibat Perdarahan.
Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat di ruang perawatan
biasa

a. Penggantian cairan tubuh/ Infus atau


b. Penderita diberi minum sebanyak 3 liter atau lebih dlm 24 jam.
c. Beri Obat antipiretik atau kompres hangat (bila diperlukan)
c. Penderita diberi Corticosteroid untuk merangsang peningkatan
Trombosit seperti "Lameson" atau "Pregnison"
d. Beberapa praktisi medis menganjurkan meminum "sari buah
Asli" seperti juice buah jambu klutuk atau istilah bahasa
kupang kujawas, ini untuk memulihkan tenaga karena
mengandung vit C.
TATALAKSANA KASUS DD
• Tirah baring, selama masih demam.
• Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan.
• Untuk menurunkan suhu menjadi < 39°C, dianjurkan pemberian
parasetamol. Asetosal/salisilat tidak dianjurkan (indikasi kontra) oleh
karena dapat meyebabkan gastritis, perdarahan, atau asidosis.
• Dianjurkan pemberian cairan danelektrolit per oral, jus buah, sirop,
susu, disamping air putih, dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2
hari.
• Monitor suhu, jumlah trombosit danhematokrit sampai fase
konvalesen
PENATALAKSANAAN DBD PD
ANAK
1.Kasus DBD yang diperkenankan berobat jalan
2.Kasus DBD derajat I & II
3.Kasus DBD derajat III & IV
4. Kasus DBD dengan penyulit

18
Kriteria Memulangkan Pasien DBD

Apabila memenuhi semua keadaan dibawah ini


1.Tampak perbaikan secara klinis
2.Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
3.Tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan oleh
efusi pleura atau asidosis)
4. Hematokrit stabil
5. Jumlah trombosit cenderung naik > 50.000/pl
6. Tiga hari setelah syok teratasi
7. Nafsu makan membaik

19
PROTAP PENANGGULANGAN KASUS
DBD DI MASYARAKAT (FOGGING) :
PENGASAPAN
PENYELIDIKAN /FOGGING:
EPIDEMIOLOGI 1. ADA KASUS TAMBAHAN
DBD
Kasus Panas tanpa 2. ADA 3 ATAU LEBIH
sebab PENDERITA PANAS
200 M TANPA SEBAB YANG
JELAS
3. BANYAK DITEMUKAN
JENTIK
200 M Kasus Pengasapan /FOGGING
Dilakukan 2 Siklus,
Interval 1 Minggu
200 M PENGASAPAN DISERTAI
= KASUS PSN 3M PLUS
Kasus

= KASUS TAMBAHAN

= KASUS PANAS TANPA SEBAB


Perencanaan Fogging
Fogging ;
1. Tentukan Jenis Insektisida yg akan
digunakan.
2. Menghitung Luas area dan jumlah rumah
yg akan di fogging.
3. Menentukan jumlah Swingfog yg akan
digunakan
4. Menghitung Bahan Bakar (Bensin, Solar)yg
akan dibunakan.
5. UMR daerah setempat.
6. Petakan lokasi yg akan difogging
7. Pelatihan TenagaAcep
Fogger.
effendi
Tatacara Pelaporan KLB
Jenis Pelaporan KLB

• Laporan Kewaspadaan KLB


• Laporan KLB/Wabah (W1)
• Laporan Penyelidikan (PE) KLB
• Laporan Perkembangan KLB
• Laporan Akhir Penanggulangan
KLB
 Data STP berbasis KLB 22
Lampiran 28a LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA/WABAH W1 -
(dilaporkan dalam 24 jam) Puskesmas

No. : ……………………………………………………………….
Kepada Yth : ……………………………………………………………….

Pada tanggal/bulan/tahun : ................/……………../…………..


Desa/kelurahan : ……………………………………..
Di Kecamatan : ……………………………………..
Telah terjadi sejumlah : …………………..penderita
Dan sejumlah :...............................kematian tersangka penyakit :...............

Diare Campak Tetanus Neonatorum Hepatitis Rabies

Kholera Dipteri Polio/AFP Encephalitis Pes/Anx

DHF Pertusis Malaria Meningitis Keracunan

DSS Tetanus Frambusia Typhus Abd ................

Dengan gejala-gejala :

Muntah Panas/demam Mulut sukar dibuka

Berak-berak Batuk Bercak putih pada pharinx

Mengigil Pilek Meringkil pd lipatan paha/ketiak

Turgor jelek Pusing Pendarahan

Kaku kuduk Kesadaran menurun Gatal-gatal

Sakit perut Pingsan

Hydro phoby Bercak merah di kulit

Kejang-kejang Lumpuh

Shock Icterus

Batuk beruntun
Tindakan yang telah diambil :

4 February 2020 23
Jenis survei entomologi DBD

• Survai jentik (single larva method)


• Survai nyamuk dewasa (Landing rate)
• Survai pupa (Pupa index)
• Evaluasi PSN dan PSP
• Survai penentuan musim penularan dan bionomik
vektor DBD
• SDP DGD

Acep effendi
SURVEILANS VEKTOR DBD

• PJB (SECARA RUTIN TIAP 3 BULAN)


• SURVEI JENTIK & PSP (1-5 TH/ 1 X)
• SURVEI PEMETAAN TP
• SURVEI KHUSUS
- Penentuan musim penularan
- Spot survei
- Survei kerentanan, dll
PJB DLM RANGKA PSN

• PJB oleh KADER (PSN-DBD):


– Dasawisma
– Anak sekolah
• PJB oleh JUMANTIK
• PJB oleh PETUGAS PUSKESMAS
- Sampel dirumah-rumah
- Kantor & TTU
• PEMBINAAN KEGIATAN PJB
• MANFAAT DATA PJB
Survei larva/jentik :
a. Single Larva
b. Visual

• Mengetahui jenis larva/jentik


• Tempat perindukan potensial
• Mengukur indeks jentik (CI, HI/ABJ, BI)
disetiap strata
• Mencari cara pemb. vektor tepat
• Menilai hasil pemberantasan vektor
• Ukur kerentanan thd larvasida
INDEK-INDEK JENTIK (1)
• HI = Jml rumah dgn jentik
X 100 %
Jml rumah diperiksa

• ABJ = Jml rumah tanpa jentik


X 100 %
Jml rumah diperiksa
INDEKS JENTIK (2)
CI = Jml kontainer dgn jentik
X 100 %
Jml kontainer diperiksa

BI = Jml kontainer dgn jentik


X 100
Jml rumah diperiksa
Survei nyamuk dewasa
• Mengetahui jenis nyamuk Aedes. sp
• Mengukur sebaran/kepadatan nyamuk
• Memperkirakan umur nyamuk
• Memperkirakan musim penularan
• Menentukan pemb. vektor tepat
• Menilai hasil pemberantasan vektor
• Ukur kerentanan thd insektisida
Gambar 5. Kepadatan Populasi jentik Vektor DB D yang dinyatakan dalam (ABJ) di Wilayah
kelurahan. ., Kecamatan ….., Kabupaten/Kota…. bulan …. tahun …..

Wilayah desa/kelurahan:

Kepa datan
sedang

Kepadatan Kepadatan
tinggi rendah

ABJ

<50%
50 - 95%
>95%
Contoh Hasil PE DBD Kota Kupang
PENANGGULANGAN KLB DBD :
• Tanggung Jawab Bersama ; Dinkes, /PEMDA,
Masyarakat & Sektor Terkait
• Alasan Politis
• KETERPADUAN PENANGGULANGAN KLB DBD ;
a. Lintas Sektor ; Dinkes, Dinkebersihan, Toma, Toga, PU,
Dikbud, Depag, Dinsos. PT.

b. Lintas Program; P2PM, Surveilans, Kesling, Promkes.


Analisis Kasus DBD Kota Kupang

• Jumlah Kasus di bandingkan dg periode


waktu yg sama Tahun sebelumnya (Jan.
2017 = 36 kasus, Meningal = 1)
• Jumlah Kasus di bandingkan dg periode
waktu 1 bulan sebelumnya (Desember.
2017 = 30 kasus, Meninggal= 1)

• Jumlah Kasus saat ini periode Jan.


2018 = 30 kasus, Meninggal = 1
34
• Simpulan bukan KLB,  Endemik
SPOT MAP LOKASI DISTRIBUSI KASUS DBD
Kel. Maulafa RT.15, RW.05, Wilker Puskesmas Penfui Kota Kupang

1. Kasus DBD ; an. Ferel, umur 3 th


2. Kasus DBD ; an. Nita, umur 7 th

3. Kasus Meninggal; an. Erena Rumah Nenek Erena tmpat


ML.Zackarias, umur 6 th disemayamkan menjelang penguburan
Kebun Jagung

4. Kasus DBD ; an. Mesya, umur 3 th


Lokasi titik Fogging
Fokus seharusnya

FOGGING Dilakukan 2
Siklus, Interval 1 Minggu
Disertai PSN 3M PLUS
Perencanaan Pengendalian DBD
A. Fogging ;
1. Tentukan Jenis Insektisida yg akan
digunakan.
2. Menghitung Luas area dan jumlah rumah
yg akan di fogging.
3. Menentukan jumlah Swingfog yg akan
digunakan
4. Menghitung Bahan Bakar (Bensin, Solar)yg
akan dibunakan.
5. UMR daerah setempat.
6. Petakan lokasi yg akan difogging
7. Pelatihan TenagaAcep
Fogger.
effendi
Perencanaan Fogging;
• Cara Membuat Larutan Malathion untuk Fogging
• Membuat 20 lt (1 jerigen) lar. Malathion 4,8 % untuk thermal fogging:
438 gr setara dg 500 ml
• 1. Tanpa cosolvent atau sludge inhibitor
• - Malathion 96% = 1 liter 500 ml / ha
• - Solvent (Solar) = 19 liter
• 2. Dengan cosolvent
• - Malathion 96% = 1 liter
• - Solvent ( Solar) = 18 liter
• - Cosolvent = 1 liter
• 3. Dengan sludge inhibitor ;
• - Malathion 96% = 1 liter
• - Solvent ( fuel oil) = 19 liter
• - Sludge inhibitor = 2 – 5 ml.

• 4.Dengan solvent & sludge inhibitor
• - Malathion 96% = 1 liter
• - Solvent = 18 liter
• - Cosolvent = 1 liter
Acep effendi
• - Sludge inhibitor = 1,25 ml.
PERMASALAHAN UTAMA : PSN
1. INTERNAL/PETUGAS KES :
- BELUM PAHAM/YAKIN
- LEMAHNYA MONITORING/SURVEILANS
- ANGGARAN OPERASIONAL

2. MASYARAKAT
- TUGAS PEMERINTAH
- BOSAN
- TIDAK TAMPAK HASILNYA
3. MASIH MENJADI TANGGUNG JAWAB
SEKTOR KESEHATAN
Kepmenkes No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilens Epidemiologi Kesehatan

Kepmenkes No.1479/Menkes/ SK/X/2003 tentang Pedoman


Penyelenggaraan Sistem Surveilens Epidemiologi
Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu

Permenkes No. 949/SK/VIII/2004 tentang Pedoman


Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini
Kejadian Luar Biasa (KLB).

Permenkes No. 1501 tahun 2010 tentang Jenis Penyakit tertentu yang
dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangannya

PERDA NTT No. 3 Thn 2005, ttg Pengendalian Nyamuk


Mrp kewaspadaan terhadap DBD beserta faktor2
yg mempengaruhinya dg menerapkan teknologi
surveilans epidemiologi & dimanfaatkan utk
meningkatkan sikap tanggap Kesiapsiagaan,
upaya2 PENCEGAHAN dan tindakan
Penanggulangan KLB yg cepat dan tepat
Program pencegahan dan Pemberantasan DBD
4 pilar strategi:

1. Memperkuat surveilans kasus dan surveilans vektor


didukung dg laboratorium yg memadai

2. Memperkuat penatalaksanaan penderita


di fasilitas kesehatan

3. Meningkatkan pemberantasan vektor secara terpadu


Bersama Masyarakat

4. Memperkuat kemitraan dengan berbagai pihak


dalam pencegahan dan penanggulangan KLB DBD
STRATEGI
• MENGORGANISASIKAN RESPONS
PEMERINTAH : - Lintas Prgram
- Lintas Sektor

• MENGORGANISASIKAN RESPONS
MASYARAKAT : - LSM
- SWASTA
- TOMA, TOGA

Kadis. NTT.2011
PROGRAM UNGGULAN P2- DBD

Manajemen Lingkungan, Vektor dan Kasus

I. Manajemen II. Pemberantasan III. Manjemen Kasus


Lingkungan / KOTA Vektor • PENYULUHAN
SEHAT. • PE Gejala awal ke
• Kebersihan lingk. • FOGGING fokus masyarakat luas.
• Klinik SANITASI • SURVEILANS • Penanganan kasus
• Musim: Hujan, VEKTOR OLEH cepat dan tepat
Kemarau  KADER/ JUMANTIK • Tersedianya
• P.J.B 3 bln sekali • PSN seminggu sekali peralatan ( tensime-
- TPA di pemukiman • Uji resistensi ter,infus set dll)
- TTU / TTI / SEKOLAH • Laboratorium --
• Indikator : ABJ > 95% Pemeriks serologis
• PELATIHAN KLINIS

Kadis. NTT.2011
JEJARING PENANGGULANGAN DBD TERPADU
YANKES
INDIVIDU PROMKES PSM,PRILAKU

PSN VEKTOR
SEHAT S E
KASUS
U P
I LAB
R
P J B D
V E
LINGK

E M
SAKIT I I KAJIAN
L O
FOGGING
L PENELI-
A TIAN
O
N G SURVEY
SEMBUH
LINGKUNGAN,VEKTOR S I
MATI DAN VIRUS
Kadis. NTT.2011
POLA PERAN SERTA PEMBINAAN GERAKAN PSN- 3M mel. POKJANAL

PARIWI PERIN PEMDA


PKK DEPAG DIKNAS
DINKES DIPENDA SATA DUS DLLAJ BAG SOS
(DARMAWANITA)
TRIAN KEC

MASJID/
RS/
GEREJA HOTEL/ SEKOLAH INSTI
PUS RUMAH DAERAH TERMI
PASAR TEMPAT RESTORAN TUSI/
KES TANGGA INDUSTRI NAL
IBADAH T.T.U KANTOR
MAS
Sekolah/
madrasah

BIDANG
P2P / KESLING/ PROMKES
UKS/PSM

USULAN KEGIATAN TERPADU


PERAN SERTA MASYARAKAT
DALAM PSN DBD
KEGIATAN yg DILAKUKAN : 3. PELATIHAN/REFRESING 6. PENYULUHAN
1. PENDATATAAN 4. PENGGERAKAN
Kadis. NTT.2011
PSN 7. MONITORING & EVALUASI
2. T.L SRT EDRN MENDAGRI 5. PJB
HUBUNGAN R.S DAN PUSKESMAS

RUMAH SAKIT PUSKESMAS


Penanggulangan
Melakukan seperlunya,
Melakukan meliputi:
Penyelidikan
diagnosis pasti epidemiologi (PE) -Fogging focus*)
DBD sesuai kriteria di sekitar rumah (penyemprotan)
WHO penderita dengan -LARVASIDASI
radius 100-200 m -3M Plus
-Penyuluhan
Melaporkan
kasus DBD ke
Puskesmas dalam 1. Bila ditemukan kasus DBD lain atau  3
penderita panas tanpa sebab yang jelas, dan
waktu <24 jam
2. Ditemukan jentik nyamuk DBD >5% dari
seluruh rumah yang diperiksa

Kadis. NTT.2011
SPEKTRUM KLINIS
INFEKSI VIRUS DENGUE
MASA VIREMIA !
Vektor
DD/DBD/DC/ZIKA

Aedes aegypti Aedes albopictus


AEDES AEGYPTI BETINA

• Umur Aedes aegypti betina + 14


hr, dpt mencapai 2-3 bulan.
• Aedes aegypti betina mengisap
darah berkali-kali
• Aktifitas tinggi pd pagi & sore hr ,
hingga malam hr.
• Setiap kali mengisap darah, sambil
KONDISI SEBELUM KENYANG DARAH
mengeluarkan air liur yg berfungsi
untuk mencegah pembekuan
darah.
• Aedes aegypti betina mengisap
darah untuk pematangan telur.
• Proses pematangan telur 3-4 hr.
• Sekali bertelur : 100-200 butir/ekor
• Jarak terbang ±100 – 200 meter
• Nyamuk dan tempat perkembang
KONDISI SETELAH KENYANG DARAH
biakannya banyak ditemukan 49
disekitar/didalam rumah
SIKLUS HIDUP NYAMUK Aedes aegypti

Nyamuk dewasa + betina 14 hari

Pupae (1-2 hari) Larvae (5-7 hari) Telur


50
Telur Aedes

• Diletakkan sedikit diatas permukaan air dan


menempel di dinding penampungan air
• Di tempat kering dapat bertahan sampai 6 bulan
bahkan 1th yang akan langsung menetas bila terkena
air (musim hujan)

51
Jentik Aedes
• Sering ditemukan ditempat penampungan
air yang jernih (bak mandi, ban bekas,
sampah plastik, dispenser, dll)
• Usia 6-8 hari lalu menjadi pupa
• Fase paling mudah di intervensi, karena :
– Luas tempat hidup terbatas (bak, ban, dll)
– Mudah ditemukan
– Mudah dibasmi (kuras, dikubur, dikeringkan,
abatisasi)
52
Jentik Aedes aegypti
Pupa Ae. aegypti
• Fase tidak makan.
• Usia 1-2 hari lalu
menjadi nyamuk
dewasa.
• Indikator bahwa di
tempat tersebut
sudah lama (lebih
dari 1 minggu)
tidak dilakukan
PSN. PSN harus
lebih digiatkan.
54
Habitat Aedes
BREEDING PLACES
DHF VECTORS

56
Habitat Aedes
TEMPAT YG RAWAN TERJADI PENULARAN DBD

• WILAYAH YG BANYAK
KASUS

• PEMUKIMAN

• SEKOLAH

• RS / PUSKESMAS

• TEMPAT UMUM LAIN :


PASAR, RESTORAN,
PERTOKOAN, DLL

58
PEMBERANTASAN JENTIK
NYAMUK PENULAR DBD

59
Pemakaian repelent
Tanaman pengusir
Pestisida rumah tangga
• Obat nyamuk bakar
• Space spray
• Elektrik
• Dll

Larvasida (Abate)
1. Untuk Pengendalian Jentik dg Bahan Kimia

Contoh; Abate 1G (b.a; Temephos 1%)


• Dosis : 1 sendok makan peres (= 10 gr) untuk 100 Lt air.
• Cara aplikasi : ditaburkan pada kontainer + jentik aedes
• Efikasi : efektif selama 3 bulan.

☻ Zat Pengatur Tumbuh Serangga/Insect Growth Regulator


(IGR)
• Menurut WHO : Klasifikasi (tidak berbahaya bila dipakai
sesuai anjuran).
• Cara kerja insektisida pada tubuh serangga mengganggu sistim
hormon pertumbuhan serangga sehingga tidak mampu ganti
kulit secara sempurna, akibatnya,: tidak bisa tumbuh dewasa
secara sempurna, dan tidak mampu bereproduksi secara
normal.
JENIS INSEKTISIDA YG DIGUNAKAN DLM PROGRAM P2DBD

Contoh;
Altosid 1,3G (b.a: Metropen 1,3%)
• Dosis : 1 sendok the peres (= 5 gram)
untuk 200 liter air.
• Cara aplikasi ditaburkan pada container
yang positif jentik aedes.
• Efikasi : efektif selama 3 bulan.

Sumilarv 0,5 G (b.a: Pyriproksifen 0,5%)


• Dosis : 1 sendok kecil (0,5 gram) untuk
200 liter air.
• Cara aplikasi : ditaburkan pada
kontainer positif jentik aedes.
• Efikasi : efektif selama 2 bulan.
2. Untuk Pengendalian Nyamuk Dewasa

☻ Organophospate

• Menurut WHO : Klasifikasi II (berbahaya)


• Cara kerja insektisida : sama dengan atas.
• Jenis insktisida:

a. Fumithion 1.150 ULV (Malathion 96%)


• Dosis : Campuran 500 ml + 9.500 ml solar
atau 1 lt malathion + 19 lt Solar
• Efikasi : Kematian nyamuk Ae. aegypti 100%
di dalam dan di luar rumah (setelah 24 jam).
Fogging

WAKTU : Pagi : Jam 06.00 – 08.00, atau


Sore : Jam 17.00 – 21.00
• Pastikan apakah semua sumber
api (Kompor, lampu dlsb), AC
sudah dimatikan
• Pastikan semua makanan &
minuman sdh ditutup.
• Pastikan semua penghuni rumah
sudah keluar.
• Pastikan binatang peliharaan sdh
dikeluarkan.
• Mulailah pengasapan dari ruang
bagian belakang rmh ke depan
(utk rmh tingkat mulai dari atas).
• Di luar rumah mulai dari ujung
arah angin.
PENCEGAHAN DBD

1. Menghindari Kontak/gigitan nyamuk siang/malam hri


2. Rumah/Bangunan ventilasi kedap nyamuk (pasang
kasa nyamuk)
3. Tidur siang menggunakan kelambu berinsektisida
(LLITN)
4. Kebersihan lingkungan atau menata, memotong
semak2 dan 3 M Plus (Menutup tempat penampungan
air, Menguras bak penampung air min 1x seminggu
dan Meniadakan atau mengubur barang bekas yg dpt
menampung air) + tabur Larvicida/Abate
5. Tidak Menggantung pakaian kotor di dalam rumah.
6. Rumah tidak lembab agar ada sinar matahari masuk
68
ISOLASI PENDERITA VIREMIA
TIDAK EFEKTIF !
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PSN DBD MASIH RENDAH !

Penggerakan PSN DBD Belum Optimal:


-Program PSN DBD Belum Jelas/Kurang Menarik
-Komitmen LP/LS Rendah
-Biaya/Sarana PSN DBD Kurang
DARI PADA NGOBROL
MENDINGAN KITA BASMI
Acep
SARANG NYAMUK SETIAP JUMAT PUKUL 09.00
Pemeriksaan Jentik oleh
murid2 SD

Kadis. NTT.2011
Larvasiding (Abate)

3M Ikanisasi Obat Nyamuk Semprot


Obat Nyamuk Gosok

plus
Pencahayaan
Ventilasi

Kasa

Acep
PELUANG

• S.E Mendagri
440/863/2004 perihal
Penanggulangan
DBD di Prov/Kab/kota
melalui PSN.
• SKB dirjen
Dikdasmen, Depag,
Depkes, Dagri 
PSN di sekolah
• Kader PKK
• LSM (Rotary)
Acep
79
KLB/Wabah
• KLB adalah timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan/kematian yang bermakna
secara epidemiologi dalam kurun waktu dan pada
daerah tertentu  Kadinkes Kab/Kota berdasarkan
laporan dr Pusk. Ka. Pusk. membuat W1 atau
didahului telp ke Dinas Kesehatan Kab/Kota
setempat.

• Wabah adalah suatu peningkatan kejadian


kesakitan/kematian yg telah meluas secara cepat
baik jumlah kasus maupun luas daerah terjangkit.
 Dinyatakan oleh Menteri Kesehatan

• Mudah terdeteksi bila SKD Jalan dengan baik.


• Antisipasi
•4 February
Pembatasan
2020 80
• Kurangi kerugian
Kriteria KERJA KLB
KRITERIA KERJA KLB
1. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya
tidak ada / tidak dikenal.
2. Peningkatan kejadian penyakit/ kematian terus-
menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut
menurut jenis penyakitnya ( jam, hari, minggu …..)
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian , 2 kali atau
lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (
jam , hari, minggu, bulan, tahun )
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukan
kenaikan 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan
angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
lanjutan…….KRITERIA KERJA KLB

5. Angka rata-rata perbulan selama satu tahun


menunjukan kenaikan dua kali lipat atau lebih
dibanding dengan angka rata-rata perbulan dari
tahun sebelumnya.
6. Case Fatality Rate ( CFR ) dari suatu penyakit
dalam satu kurun waktu tertentu menunjukan
kenaikan 50 % atau lebih, dibanding dengan CFR
dari periode sebelumnya.
7. Proporsional Rate ( PR ) penderita baru dari suatu
periode tertentu menunjukan kenaikan dua kali
atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun
waktu/tahun sebelumnya.

4 February 2020 82

Anda mungkin juga menyukai