Kata diglosia berasal dari bahasa Perancis diglossie. Diglosis adalah
suatu istilah yang mengacu pada situasi dua dialek atau multidialek dalam komunitas turur tertentu. Fergusen (1959) Definisi diglosia menurut Fergusen memberikan beberapa pengertian yaitu:
Diagnosa situasi kebahasaan yang stabil.
Dialek dialek utama bisa berupa dialek standar atau sebuah standar regional. Ragam memiliki ciri: sudah terkodifikasi, wahana kesusahan tertulis, dipelajari melalui pendidikan formal, dan tidak digunakan untuk percakapan sehari-hari. Dalam kaitannya dengan fungsi, fergusen membedakan variasi bahasa atas dua yaitu variasi bahasa atas variasi dialek atas dan variasi dialek tinggi. Gumperz (Fishman, 1972:74) mengatakan bahwa diglosia tidak saja merujuk pada masyarakat yang multibahasa dan bukan saja yang satu bahasa sehari- hari dan bahasa kuno, tetapi juga masyarakat mempergunakan dialek berbeda, register, atau bahasa yang secara fungsional berbeda. Kridalaksana (2001:44) mendefinisikan diglosia sebagai situasi bahasa dengan pembagian fungsional atas variasi-variasi bahasa yang ada. Pakar sosiologi lain, yakni Fasold (1984) mengembangkan konsep diglosia ini menjadi apa yang disebut broad diglosia (diglosia luas atau diglosia yang luas). Bahasa Swahili mengalami dua sistem diglosia yaitu : Pertama, bahasa Swahili sebagai bahasa tinggi (H) dan bahsa daerah di anggap sebagai bahasa rendah (L). Kedua, bahasa Swahili sebagai bahasa rendah (L) dan bahasa Inggris di anggap sebagai bahasa tinggi (H). Double-nested diglossia (diglosia bersarang ganda) adalah situasi kebahasaan di Khalapur, sebuah desa di utara Delhi India yang diteliti oleh Gumperz (1964). Variasi tingginya adalah bahasa Hindi dan variasi rendahnya adalah dialek lokal yaitu bahasa Khalapur sebutan Gumperz . Dialek Khalapur 1.Moti boli (L) ialah Bahasa kasar 2. Saf boli (H) Ada enam verbal repertoir bagi orang Cina terdidik bahasa Inggris di Malaysia yang meliputi
1. Bagasa Cina atau bahasa ibu
2. Satu atau lebih bahasa Cina 3. Bahasa Inggris Malaysia formal 4. Bahasa Inggris Malaysia informal 5. Bahasa Malaysia terstandar 6. Bahasa Melayu informal atau baazar Kaitan Bilingualisme dan Diglosia
Kalau diglosia diartikan sebagai adanya pembedaan fungsi atas
penggunaan bahasa dan bilingualisme adalah keadaan penggunaan dua bahasa secara bergantian dalam masyarakat, Fishman (1997) menggambarkan hubungan diglosia dan bilingualisme. Poliglosia Dalam masyarakat yang plural satu bahasa merupakan bahsa dari kelompok etniknya, satu yang lain digunakan dalam lingkungan yang lebih luas di luar sukunya, misalnya di pasar, dan lainnya lagi untuk keperluar komunikasi di sekolahnya atau dikantornya. Dalam sosiolinguistik keadaan kebahasaan seperti yang disebut poliglosia. Kesimpulan Diglosis adalah suatu istilah yang mengacu pada situasi dua dialek atau multidialek dalam komunitas turur tertentu. Fergusen (1959) Dalam kaitannya dengan fungsi, fergusen membedakan variasi bahasa atas dua yaitu variasi bahasa atas variasi dialek atas dan variasi dialek tinggi. Bahasa Swahili mengalami dua sistem diglosia yaitu : Pertama, bahasa Swahili sebagai bahasa tinggi (H) dan bahasa daerah di anggap sebagai bahasa rendah (L). Kedua, bahasa Swahili sebagai bahasa rendah (L) dan bahasa Inggris di anggap sebagai bahasa tinggi (H). Kalau diglosia diartikan sebagai adanya pembedaan fungsi atas penggunaan bahasa dan bilingualisme adalah keadaan penggunaan dua bahasa secara bergantian dalam masyarakat, Fishman (1997) menggambarkan hubungan diglosia dan bilingualisme. Poliglosia yaitu: masyarakat yang plural satu bahasa merupakan bahasa dari kelompok etniknya, satu yang lain digunakan dalam lingkungan yang lebih luas di luar sukunya, misalnya di pasar, dan lainnya lagi untuk keperluar komunikasi di sekolahnya atau dikantornya.