Kanker Leher Rahim

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 53

(Carcinoma Cervix Uteri)

Pengertian
Secara normal, sel akan tumbuh dan membelah membentuk sel-sel baru menggantikan
sel yang mati. Proses demikian dinamakan apoptosis. Apoptosis digunakan oleh
organisme multisel untuk membuang sel yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh.
Apoptosis merupakan kematian sel secara terprogram yang terjadi secara normal selama
proses perkembangan dan penuaan semua jaringan tubuh.

Namun demikian, kadang terjadi penyimpangan dimana sel yang seharusnya sudah mati
dan harus digantikan, masih menempati posisinya.

Sel normal yang menjadi sel kanker bisa terjadi ketika proses apoptosis tidak berhasil
dilakukan dan sel yang rusak tersebut terus membelah diri.

Sel kanker cervix terjadi di jaringan epitel serviks yang mengalami pembelahan tidak
terkendali.
Penyebaran kanker Serviks
Penyebaran kanker serviks dapat melalui 3 cara yaitu:

1. Pembuluh getah bening (limfogen)

2. Pembuluh darah (hematogen)

3. Infiltrasi yaitu : menyebar ke organ–organ yang berdekatan dengan serviks


misalnya : parametrium, corpus uterus, vagina, dll.

Penyebaran kanker ke organ yang jauh dari tempat semula dinamakan Metastase.
Penyebarannya melalui pembuluh darah dan pemnuluh getah bening.
Jumlah Penderita & Penyebab

 Kanker serviks menempati peringkat pertama atau sekitar 12 % dari


seluruh kanker yang diderita oleh wanita.
 Umur rata-rata penderita terjadi pada usia 40 s/d 50 tahunan.
 Faktor penyebab: HPV ( Human Papilloma Virus).
 Faktor resiko terrjadinya kanker serviks: Sering ganti pasangan,
kebersihan kurang, merokok.
Jumlah Penderita di dunia

 Amerika latin : 40 per 100.000 penduduk


 Afrika Tengah : 40 per 100.000 penduduk
 Afrika Selatan : 40 per 100.000 penduduk
 Asia Selatan : 30 per 100.000 penduduk
 Asia Tenggara : 30 per 100.000 penduduk
 Amerika Utara : 10 per 100.000 penduduk
Anatomi serviks uteri
Gejala klinis.
 Post coital bleeding.
 Perdarahan abnormal per vaginal.
 Berbau busuk.
 Nyeri punggung (pada fase lanjut).
 Gangguan buang air besar dan kecil.
 Gangguan /gagal ginjal akibat sumbatan /penekanan
pada ureter.
Pemeriksaan
 Pemeriksaan keadaan umum termasuk kelenjar getah
bening supraclavicula, palpasi hepar, adanya nyeri ketok
pada tulang

 Laboratorium hematologi rutin, kimia darah,fungsi hati


dan ginjal, IVP, foto thorax, CT Scan atau MRI.
Terapi / Pengobatan

 Stadium kurang dari IIA :Dilakukan operasi


(Surgery )
 Stadium lanjut : Radioterapi, Kemoradiasi
Serviks Normal & Cerviks terkena kanker
Stadium Pada Ca. cerviks
Radioterapi pada kanker serviks

1. Radiasi eksterna (Teleterapi)


 Linac
 Cobalt
2. Radiasi Interna (Brakhiterapi)
 Intracavitary
 Ovoid
 Interstitial/Implantasi
Radioterapi Eksterna

 Lapangan Whole Pelvis( seluruh panggul )


 Dua lapangan (AP dan PA ) atau
 Empat lapangan (AP, PA, Lateral Kiri dan Lateral Kanan
atau dikenal dengan Box System)

 Batas lapangan untuk lapangan Antero-posterior:

 Superior : Tepi atas vertebra Lumbal V


 Inferior : Pertengahan simpisis pubis (stadium I dan
IIA) atau Foramen Obturatoria (stadium yang lebih
lanjut)
 Lateral : 2 Cm dari rongga atas panggul kearah lateral
 Batas lapangan Lateral :
 Superior dan inferior sama dengan lap AP/PA
 Anterior : Tepi Belakang os sympisis pubis.
 Posterior : Mengikuti bagian posterior kurvatura
sacrum

Pemberian 4 lapangan radiasi (box system) akan


memberikan distribusi dosis yang lebih baik daripada 2
lapangan. Disamping itu, 4 lapangan dapat mengurangi
dosis pada rectum dan kandung kemih
Dosis Radiasi whole pelvis :

 50 Gy ibagi kedalam 25 fraksi radiasi


 Dosis tiap fraksi radiasi 2Gy ( = 200 cGy )
 BED= 25X2 ( 1+ 2/10)= 60.

BED ( Biological Effective Dose)


Merupakan efek biologi akibat radiasi yang mana nilainya akan
berbeda dengan perbedaan jumlah dosis radiasi per fraksinasi.
lanjutan

Pada kondisi umum pasien ca. Serviks akan diberikan


dosis konvensional 200 cGy (2Gray) per fraksi
penyinaran, sebanyak 25 fraksi sehingga total 5000 cGy
atau 50 Gray.
Namun dalam kondisi teretentu jumlah dosis tiap fraksi
bisa diubah besarnya yaitu bisa lebih rendah atau lebih
tinggi sesuai dengan kondisi pasien.
Misal pada kasus pasien mengalami pendarahan. Pada
kasus ini, pasien bisa diberikan dosis lebih besar dari
200 cGy, misalnya 300, 400 cGy perfraksi selama 5 atau
10 fraksi pertama. Selanjutnya dosis per fraksi
dikembalikan lagi ke dosis normal 200 cGy
(konvensional) dengan memperhitungkan nilai BED.
Lapangan radiasi: whole pelvis

Lapangan AP Lapangan Lateral


PENGATURAN
POSISI PASIEN
DAN PENYINARAN
Brakhiterapi
Memberikan radiasi pada tumor primer dengan cara
memasukkan zat radioaktif ke sekitar /dalam tumor.

Ada 3 cara :

 Intracavitary (IC)

 Ovoid
 Interstitial
1. Brakhiterapi Intracavitary (IC)
Intracavitay (IC) pada ca. serviks diberikan setelah pasien
selesai menjalani penyinaran eksterna.

Tujuannya adalah untuk memberikan dosis pada tumor


primer dengan dosis yang cukup besar pada tiap fraksi .
Pada umumnya diberikan 2-3 fraksi dengan dosis 700
cGy tiap fraksi.
Aplikator pada brakhiterapi IC
Brakhiterapi Intracavitary Cervix (IC) menggunakan 3 buah
aplikator yaitu sepasang aplikator ovoid (Colpostate applicator)
dan satu aplikator intrauterine.

Aplikator ovoid dimasukkan ke dalam fornics kiri dan kanan.

Aplikator intrauterine dimasukkan ke dalam uterine. Distribusi


dosis (kurva isdosis) yang dihasilkan menyerupai bentuk buah
pir atau alpukat pada dimensi bidang datar ( AP View).
Titik Referensi

Mengacu pada beberapa sistem. Yang umum dipakai


adalah sistem manchester. Titik ini dinamakan titik “A” yang
mana berada pada posisi 2 cm superior OUE (orificium uteri
externa) dan 2 cm lateral ke cervical canal. Idealnya titik
tersebut merupakan pertemuan antara arteri uterina
dengan ureter. Titik tersebut diberikan dosis radiasi 100 %.
Titik acuan sistem mancgester
Sistem manchester memiliki kelemahan karena titik acuan
bergantung pada posisi anatomi. Kelemahannya adalah
adanya perbedaan ukuran pelvis antar pasien. Untuk
pasien yang memiliki pelvis besar, titik A akan menerima
dosis lebih rendah (underdosage) daripada yang diinginkan
dan sebaliknya untuk pasien yang memiliki pelvis kecil,
akan mendapatkan dosis yang lebih besar (over dosage)
dari dosis yang diinginkan.
2. Brakhiterapi OVOID
Brakhiterapi ovoid hanya menggunakan dua aplikator yaitu
aplikator yang dimasukkan ke dalam fornics kiri dan kanan.
Brakhiterapi ovoid dilakukan pada pebderita kanker serviks
yang sudah menjalani operasi pengangkatan rahim.
Aplikator untuk Brachytherapi
Carcinoma cervix uteri

Intra uterine sonde


Ovoid kembar didalam fornics
Peralatan aplikasi Intracaviter
RADIOGRAF HASIL SIMULATOR UNTUK PESAWAT
MICROSELECTRON
Proyeksi AP
Proyeksi Lateral
Proyeksi AP Menggunakan 2 aplikator ovoid
Proyeksi Lateral menggunakan 2 aplikator ovoid
Proyeksi AP Menggunakan 1 aplikator uterine
Proyeksi AP Menggunakan banyak aplikator jarum untuk
brakhiterapi interstitial
KURVA ISODOSIS
(Isodose Curve)

Merupakan garis yang menghubungkan


titik-titik yang memperoleh dosis yang sama
di dalam sebuah kurva
Kurva isodosis IC cerviks 3 aplikator
Kurva isodosis 2 aplikator ovoid
Kurva isodosis 1 aplikator intra uterine
Kurva isodosis implantasi banyak aplikator
3. Brakhiterapi Interstitial

Dilakukan dengan cara menusukkan aplikator berbentuk jarum


kedalam tumor primer.
Cara ini dilakukan ketika rongga serviks sudah dipenuhi oleh
tumor, sehingga aplikator biasa tidak bisa lagi dimasukkan kedalam
rongga serviks.
Setelah posisi jarum tepat, selanjutnya secara remote afterloading
source dimasukkan ke dalam jarum tersebut beberapa saat.
Setelah selesai, source kembali lagi ke dalam container pesawat
secara otomatis.
Aplikator jarum

Anda mungkin juga menyukai