Anda di halaman 1dari 28

Sinung Fatwa Wijaya

KELOMPOK 3 :
Noorwiyahtul Rizkia T.A.S
Yuli Intan Pramita
Abidatul Afifah
Ainin Fauziatus Zuroida
Dinda Rahma Shafira
AKUNTANSI PAJAK
PENGHASILAN (2)
Akuntansi PPh Pasal 24
Akuntansi PPh Pasal 25
Akuntansi PPh Pasal 4 Ayat 2
PPh PASAL 24
Pajak atas penghasilan
yang dibayar atau terutang
di luar negeri yang dapat
dikreditkan terhadap pajak
penghasilan yang terutasng
atas seluruh penghasilan di
dalam negeri.

PMK NOMOR 192/PMK.03/2018


Tentang Pelaksanaan Pengkreditan
Pajak Atas Penghasilan Dari Luar
Negeri.
• Penghasilan dari saham dan surat berharga
Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa
(penggunaan harta-benda bergerak dan tidak
bergerak)
• Penghasilan berupa imbalan yang berhubungan PENGHASILAN
dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan.
• Pendapatan dari Bentuk Usaha Tetap (BUT) di
KENA PAJAK YANG
luar negeri. PAJAKNYA DAPAT
• Penghasilan dari pengalihan sebagian atau
seluruh hak penambangan atau tanda DIKREDITKAN DI
keikutsertaan
pemanfaatan
dalam
di
pembiayaan
sebuah
atau
perusahaan
INDONESIA :
pertambangan.
• Keuntungan dari pengalihan aset tetap.
TATA CARA PENGKREDITAN :

• Laporan keuangan dari penghasilan


Wajib Pajak harus di Luar negeri
menyampaikan • Fotokopi surat permberitahuan
pajak yang disampaikan diluar
permohonan kepada DJP negeri
dengan melampirkan :
• Dokumen pembayaran pajak diluar
negeri
PENGGABUNGAN PENGHASILAN :
• Penggabungan penghasilan dari usaha dilakukan dalam tahun pajak
diperolehnya penghasilan tersebut (accrual basis)
• Penggabungan penghasilan lainnya dilakukan dalam tahun pajak diterimanya
penghasilan tersebut (cash basis)
• Penggabungan penghasilan yang berupa dividen dilakukan dalam tahun
pajak saat perolehan dividen tersebut
• Penggabungan tidak diperkenankan apabila terjadi kerugian diluar negeri
Jumlah kredit pajak (Penghasilan LN :
yang dapat dikreditkan seluruh
sama dengan jumlah penghasilan kena
pajak yang dibayar atau pajak)x PPh atas
terutang di luar negeri, seluruh
KETENTUAN tetapi tidak melebihi
jumlah tertentu
penghasilan kena
pajak
JUMLAH KREDIT
PAJAK YANG
Perhitungan kredit Jika jumlah kredit pajak luar
BOLEH pajak luar negeri negeri
dikreditkan
yang akan
jumlanya
dilakukan untuk
DIKREDITKAN : masing-masing negera
diperolehnya
melebih jumlah
diperbolehkan maka atas
yang

kelebihan tersebut tidak


penghasilan dan dapat diakumulasikan pada
terutangnya pajak(per tahun selanjutnya,
country limitation) dibebankan ataupun
direstitusikan.
PERHITUNGAN – PERHITUNGAN
Perhitungan Kredit Pajak Luar Negeri (Badan)

Penggabungan Penghasilan :
Penghasilan neto dalam negeri Rp 1.000.000.000
PT. ABADI
Penghasilan di Jakarta
luar negeri memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2016
Rp 1.000.000.000
sebagai
Jumlah berikut
penghasilan :
neto(PKP) Rp 2.000.000.000

Penghasilan
Pajak neto dalam
terutang dari penghasilan negeri
luar negeri : Rp 1.000.000.000
20% x Rp 1.000.000.000
Penghasilan = Rpnegeri
luar 200.000.000 Rp 1.000.000.000
(tarif
Pajak pajak
terutang dari 20%)
Penghasilan Kena Pajak : Jadi, batas maksimum kredit pajak luar
25% x Rp 2.000.000.000 = Rp 500.000.000 negeri yang boleh dikreditkan sebesar Rp.
250.000.000. Maka jumlah kredit pajak luar
negeri yang dapat dikreditkan sebesar total
Batas maksimum kredit pajak luar negeri :
seluruh pajak terutang dari luar negeri yaitu
𝐑𝐩 𝟏.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
x Rp 500.000.000 = Rp 250.000.000 Rp 200.000.000.
𝑹𝒑 𝟐.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
Perhitungan Kredit Pajak Luar Negeri (Orang
Pribadi)
Penggabungan Penghasilan :
Penghasilan neto dalam negeri Rp 1.000.000.000
Penghasilan luar negeri Rp 1.000.000.000
PTKP (Rp 54.000.000)
Jumlah penghasilan neto(PKP) Rp 1.946.000.000
Tuan ABADI merupakan wajib pajak orang pribadi(TK/0) memperoleh
Pajakpenghasilan neto
terutang dari penghasilandalam tahun
luar negeri : 2016 sebagai berikut :
20% x Rp 1.000.000.000 = Rp 200.000.000
Penghasilan neto dalam negeri
Pajak terutang dari Penghasilan Kena Pajak :
Rp 1.000.000.000
5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
Penghasilan
15% x Rp 200.000.000 =
luar negeri
Rp 30.000.000
Rp 1.000.000.000
25% x Rp 250.000.000 = Rp 62.500.000
(tarif pajak 20%)
30% x Rp 1.446.000.000 = Rp 433.800.000 Jadi, batas maksimum kredit pajak luar negeri yang
Total Pajak terutang Rp 528.800.000 boleh dikreditkan sebesar Rp. 271.736.896. Maka
jumlah kredit pajak luar negeri yang dapat
Batas maksimum kredit pajak luar negeri : dikreditkan sebesar total seluru pajak terutang dari
𝐑𝐩 𝟏.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
𝑹𝒑 𝟏.𝟗𝟒𝟔.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
x Rp 528.800.000 = Rp 271.736.896 luar negeri yaitu Rp 200.000.000.
Kerugian Di Dalam Negeri
Perhitungan kredit pajak luar negeri adalah :
Penghasilan neto luar negeri Rp 1.000.000.000
Rugi usaha dalam negeri (Rp 200.000.000)
PT. ABADI
Jumlah di Jakarta
penghasilan memperoleh penghasilan
neto(PKP) neto dalam tahun 2016
Rp 800.000.000
sebagai berikut :
Pajak
Rugiterutang
usaha dari
dalampenghasilan
negeri luar negeri : Rp 200.000.000
Jadi, batas maksimum kredit pajak
20% x Rp 1.000.000.000 = Rp 200.000.000
Penghasilan luar negeri Rp
luar negeri 1.000.000.000
yang boleh dikreditkan
sebesar Rp. 250.000.000. Maka jumlah
(tarif
Pajak pajak dari
terutang 20%)Penghasilan Kena Pajak : kredit pajak luar negeri yang dapat
25% x Rp 800.000.000 = Rp200.000.000 dikreditkan sebesar total seluru pajak
terutang dari luar negeri yaitu Rp
Batas maksimum kredit pajak luar negeri :
Rp 1.000.000.000 200.000.000.
x Rp 200.000.000 = Rp 250.000.000
Rp 800.000.000
Kerugian di luar negeri
Perhitungan kredit pajak luar negeri adalah :
Penghasilan neto luar negeri Y Rp 1.500.000.000
Penghasiln neto dalam negeri Rp 1.000.000.000
Rugi PT.
usaha luar negeri
ABADI X
di Jakarta (Rp
memperoleh penghasilan 0) neto dalam tahun 2016
Jumlah penghasilan
sebagai neto(PKP)
berikut : Rp 2.500.000.000

PajakRugi usaha
terutang luar negeri
dari penghasilan luarXnegeri : Rp 200.000.000
20% xPenghasilan
Rp 1.500.000.000 = Rpnegeri
300.000.000 Jadi, batas maksimum kredit pajak
luar Y Rp 1.500.000.000
luar negeri yang boleh dikreditkan
Pajak(Tarif pajak
terutang 20%) Kena Pajak :
dari Penghasilan sebesar Rp. 150.000.000. Maka
25% xPenghasilan
Rp 1.000.000.000 = Rp250.000.000 jumlah kredit pajak luar negeri yang
dalam negeri Rp 1.000.000.000
dapat dikreditkan sebesar total
Batas maksimum kredit pajak luar negeri : seluru pajak terutang dari luar
Rp 1.500.000.000 negeri yaitu Rp 150.000.000.
Negara Y = x Rp 250.000.000 = Rp 150.000.000
Rp 2.500.000.000
Negara X = tidak diakui adanya rugi
Pajak Bersifat Final
Penggabungan Penghasilan :
Penghasilan neto luar negeri Rp 1.000.000.000
Penghasiln neto dalam negeri Rp 2.000.000.000
Koreksi (Pasal 4di
PT. ABADI ayat 2)
Jakarta (Rp 500.000.000)
memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2016
sebagai berikut : Rp 1.500.000.000
Jumlah penghasilan
Penghasilan neto(PKP)
luar negeri Rp 2.500.000.000
Rp 1.000.000.000
(tariff
Pajak pajak
terutang 20%)
dari penghasilan luar negeri :
Penghasilan
20% neto =dalam
x Rp 1.000.000.000 negeri
Rp 200.000.000 Rp 2.000.000.000
Jadi, batas maksimum kredit pajak luar
*termasuk penghasilan yang termasuk objek pasalnegeri
4 ayat 2(dikenakan
yang pajak
boleh dikreditkan sebesar
Pajak terutang dari Penghasilan
final) sebesar Rp 500.000.000 Kena Pajak :
Rp. 150.000.000. Maka jumlah kredit
25% x Rp 1.500.000.000 = Rp 375.000.000 pajak luar negeri yang dapat
dikreditkan sebesar total seluru pajak
Batas maksimum kredit pajak luar negeri : terutang dari luar negeri yaitu Rp
Rp 1.500.000.000 150.000.000.
x Rp 375.000.000 = Rp 150.000.000
Rp 2.500.000.000
Pengurangan/Pengembalian Kredit Pajak Luar
Negeri

Apabila terjadi pengurangan atau pengembalian pajak atas penghasilan


yang dibayar di luar negeri sehingga besarnya pajak yang dapat
dikreditkan di Indonesia menjadi lebih kecil dari besarnya perhitungan
semula, maka selisihnya ditambahkan pada pajak penghasilan yang
terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak dalam negeri pada tahun
pengurangan atau pengembalian itu dilakukan.
Perubahan Besarnya Penghasilan Luar Negeri

Apabila terjadi perubahan besarnya pajak penghasilan yang berasal


dari luar negeri, wajib pajak harus melakukan pembetulan surat
pemberitahuan tahunan untuk tahun pajak yang bersangkutan dengan
melampirkan dokumen yang berkenaan dengan perubahan tersebut,

Perubahan tersebut terjadi karena adanya koreksi fiscal di luar negeri.


Kemungkinan dengan adanya perubahan besarnya penghasilan luar
negeri juga kan mengakibatkan munculnya pajak yang lebih bayar atau
kurang bayar.
PPh
PASAL 25
Pajak yang dibayar secara
angsuran. Tujuannya adalah untuk
meringankan beban wajib pajak,
mengingat pajak yang terutang
harus dilunasi dalam waktu satu
tahun. Pembayaran ini harus
dilakukan sendiri dan tidak bisa
diwakilkan.
TARIF PPH PASAL 25

Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Wajib Pajak Orang Pribadi Selain
Tertentu (WP – OPPT), Pengusaha Tertentu (WP – OPSPT),
yaitu yang melakukan usaha penjualan yaitu pekerja bebas atau karyawan, yang
barang, baik grosir maupun eceran, serta tidak memiliki usaha sendiri.
jasa – dengan satu atau lebih tempat
usaha.
PPh 25 bagi OPSPT = Penghasilan Kena
PPh 25 bagi OPPT = 0.75% x omzet Pajak (PKP) x Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a
bulanan tiap masing-masing tempat UU PPh (12 bulan).
usaha.
PERHITUNGAN PPH PASAL 25
Besarnya angsuran PPh Pasal
25 dalam tahun berjalan • Pajak penghasilan yang dipotong
(tahun pajak berikutnya sesuai Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23 dan
setelah tahun yang Pasal 24(jika ada)
dilaporkan di SPT tahunan
PPh) dihitung sebesar PPh • Kemudian dibagi 12 atau total bulan
yang terutang pajak tahun dalam pajak masa setahun.
lalu, yang dikurangi dengan:
CONTOH PERHITUNGAN :

Pajak penghasilan yang terutang oleh Tn. Brahmana berdasarkan SPT


Tahunan 2015 :

Besarnya PPh Pasal 25


Pajak penghasilan yang2015
tahun harus dibayar sendiri oleh Tn. Rp 2.100.000.000
Brahmana untuk tahun pajak 2016 :
Dikurangi :
1/12 x Rp 1.500.000.000
PPh yang = Rp 125.000.000
dipotong pemberi kerja(PPh Pasal 21) (Rp 200.000.000)
PPh yang dipungut pihak lain (PPh Pasal 22) (Rp 100.000.000)
Jadi, untukdipotong
PPh yang tahun 2016 besarnya
pihak angsuran
lain (PPh Pasalpajak(PPh
23) Pasal 25)
(Rp 150.000.000)
yang
Kredittiap bulannya
pajak harus dibayar
luar negeri olehh
(PPh Pasal 24)Tn. Brahmana sebesar
(Rp 150.000.000)
Rp 125.000.000
(Rp 600.000.000)
Pajak penghasilan yang harus dibayar sendiri Rp 1.500.000.000
Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
PPh Pasal 25 125.000.000
Kas dan Bank 125.000.000

Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)


PPh Terutang 1.500.000.000
PPh Pasal 25 1.500.000.000
PPh PASAL 4(2)
Peraturan Pemerintah No. 138 Tahun 2000
Tanggal 15 Desember 2000 atas bunga
deposito dan tabungan serta sertifikat bank
Indonesia termasuk bunga yang diterima
atau diperoleh dari deposito dan tabungan
yang ditempatkan diluar negeri melalui bank
yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia atau cabang bank luar negeri di
indonesia dikenakan pajak yang bersifat final.
TARIF :

• 20% dari jumlah bruto dan bersifat final, atas


bunga dan diskonto yang terutang atau
dibayarkan kepada oenerima penghasilan,
baik OP maupun Badan dalam negeri dan
Bentuk Usaha Tetap.
• 20% dari jumlah bruto atau sesuai dengan
tarif yang ditetapkan dalam Perjanjian,
Penghindaran Pajak Berganda (taxteraty)
dan bersifat final, atas bunga diskonto yang
terutang atau dibayarkan kepada penerima
penghasilan wajib pajak luar negri, baik OP
ataupun Badan selain BUT di Indonesia.
PERLAKUAN PENGHASILAN YANG DIKENAKAN
PAJAK FINAL
• Penghasilan yang dikenakan PPh Final tidak digabungkan dengan
enghasilan yang dikenakan pajak penghasilan dengan tarif progresif pada
akhir tahun
• Jumlah PPh atas penghasilan yang dikenkan PPh bersifat finl tersebut tidak
dapat diperhitungkan/dikreditkan dengan PPh yang terutang atas
penghasilan kena pajak yang dikenakn tariff progresif pada akhir tahun
• Beban/biaya/pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, memelihara
penghasilan pengenaan PPh-nya bersfat final tidak dapat dikurangkan
dalam perhitungan penghasilan kena pajak
TABEL JENIS PENGHASILAN
Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Kas dan Bank xxx
PPh Final xxx
Hadiah Undian xxx

Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)


Beban Sewa Bangunan xxx
PPh Final xxx
Kas dan Bank xxx

Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)


PPh Final xxx
Kas dan Bank xxx
YANG DIKECUALIKAN DARI PEMOTONGAN
PAJAK PENGHASILAN :
• Bunga dari deposito dan tabungan serta diskonto sertifikat bank
indonesia sepanjang jumlah deposito dan tabungan serta sertifikat
bank indonesia tersebut tidak melebihi Rp. 7.500.000 dan bukan
merupakan jumlah dipecah-pecah.
• Untuk melindungi para deposan dan penabung kecil, atas bunga
tabungan yang diterima atau diperoleh para penabung kecil tersebut
tidak dilakukan pemotongan pajak penghasilan sepanjang jumlah
deposito dan tabungan serta sertifikat bank indonesia tidak melebihi
Rp.7.500.000 dan bukan merupakan jumlah yang dipecah=pecah.
• Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan
di indonesia atau cabang bank luar negri di indonesia.
THANK
YOU!

Anda mungkin juga menyukai