Akuntansi Pajak PPH 2
Akuntansi Pajak PPH 2
KELOMPOK 3 :
Noorwiyahtul Rizkia T.A.S
Yuli Intan Pramita
Abidatul Afifah
Ainin Fauziatus Zuroida
Dinda Rahma Shafira
AKUNTANSI PAJAK
PENGHASILAN (2)
Akuntansi PPh Pasal 24
Akuntansi PPh Pasal 25
Akuntansi PPh Pasal 4 Ayat 2
PPh PASAL 24
Pajak atas penghasilan
yang dibayar atau terutang
di luar negeri yang dapat
dikreditkan terhadap pajak
penghasilan yang terutasng
atas seluruh penghasilan di
dalam negeri.
Penggabungan Penghasilan :
Penghasilan neto dalam negeri Rp 1.000.000.000
PT. ABADI
Penghasilan di Jakarta
luar negeri memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2016
Rp 1.000.000.000
sebagai
Jumlah berikut
penghasilan :
neto(PKP) Rp 2.000.000.000
Penghasilan
Pajak neto dalam
terutang dari penghasilan negeri
luar negeri : Rp 1.000.000.000
20% x Rp 1.000.000.000
Penghasilan = Rpnegeri
luar 200.000.000 Rp 1.000.000.000
(tarif
Pajak pajak
terutang dari 20%)
Penghasilan Kena Pajak : Jadi, batas maksimum kredit pajak luar
25% x Rp 2.000.000.000 = Rp 500.000.000 negeri yang boleh dikreditkan sebesar Rp.
250.000.000. Maka jumlah kredit pajak luar
negeri yang dapat dikreditkan sebesar total
Batas maksimum kredit pajak luar negeri :
seluruh pajak terutang dari luar negeri yaitu
𝐑𝐩 𝟏.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
x Rp 500.000.000 = Rp 250.000.000 Rp 200.000.000.
𝑹𝒑 𝟐.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
Perhitungan Kredit Pajak Luar Negeri (Orang
Pribadi)
Penggabungan Penghasilan :
Penghasilan neto dalam negeri Rp 1.000.000.000
Penghasilan luar negeri Rp 1.000.000.000
PTKP (Rp 54.000.000)
Jumlah penghasilan neto(PKP) Rp 1.946.000.000
Tuan ABADI merupakan wajib pajak orang pribadi(TK/0) memperoleh
Pajakpenghasilan neto
terutang dari penghasilandalam tahun
luar negeri : 2016 sebagai berikut :
20% x Rp 1.000.000.000 = Rp 200.000.000
Penghasilan neto dalam negeri
Pajak terutang dari Penghasilan Kena Pajak :
Rp 1.000.000.000
5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
Penghasilan
15% x Rp 200.000.000 =
luar negeri
Rp 30.000.000
Rp 1.000.000.000
25% x Rp 250.000.000 = Rp 62.500.000
(tarif pajak 20%)
30% x Rp 1.446.000.000 = Rp 433.800.000 Jadi, batas maksimum kredit pajak luar negeri yang
Total Pajak terutang Rp 528.800.000 boleh dikreditkan sebesar Rp. 271.736.896. Maka
jumlah kredit pajak luar negeri yang dapat
Batas maksimum kredit pajak luar negeri : dikreditkan sebesar total seluru pajak terutang dari
𝐑𝐩 𝟏.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
𝑹𝒑 𝟏.𝟗𝟒𝟔.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
x Rp 528.800.000 = Rp 271.736.896 luar negeri yaitu Rp 200.000.000.
Kerugian Di Dalam Negeri
Perhitungan kredit pajak luar negeri adalah :
Penghasilan neto luar negeri Rp 1.000.000.000
Rugi usaha dalam negeri (Rp 200.000.000)
PT. ABADI
Jumlah di Jakarta
penghasilan memperoleh penghasilan
neto(PKP) neto dalam tahun 2016
Rp 800.000.000
sebagai berikut :
Pajak
Rugiterutang
usaha dari
dalampenghasilan
negeri luar negeri : Rp 200.000.000
Jadi, batas maksimum kredit pajak
20% x Rp 1.000.000.000 = Rp 200.000.000
Penghasilan luar negeri Rp
luar negeri 1.000.000.000
yang boleh dikreditkan
sebesar Rp. 250.000.000. Maka jumlah
(tarif
Pajak pajak dari
terutang 20%)Penghasilan Kena Pajak : kredit pajak luar negeri yang dapat
25% x Rp 800.000.000 = Rp200.000.000 dikreditkan sebesar total seluru pajak
terutang dari luar negeri yaitu Rp
Batas maksimum kredit pajak luar negeri :
Rp 1.000.000.000 200.000.000.
x Rp 200.000.000 = Rp 250.000.000
Rp 800.000.000
Kerugian di luar negeri
Perhitungan kredit pajak luar negeri adalah :
Penghasilan neto luar negeri Y Rp 1.500.000.000
Penghasiln neto dalam negeri Rp 1.000.000.000
Rugi PT.
usaha luar negeri
ABADI X
di Jakarta (Rp
memperoleh penghasilan 0) neto dalam tahun 2016
Jumlah penghasilan
sebagai neto(PKP)
berikut : Rp 2.500.000.000
PajakRugi usaha
terutang luar negeri
dari penghasilan luarXnegeri : Rp 200.000.000
20% xPenghasilan
Rp 1.500.000.000 = Rpnegeri
300.000.000 Jadi, batas maksimum kredit pajak
luar Y Rp 1.500.000.000
luar negeri yang boleh dikreditkan
Pajak(Tarif pajak
terutang 20%) Kena Pajak :
dari Penghasilan sebesar Rp. 150.000.000. Maka
25% xPenghasilan
Rp 1.000.000.000 = Rp250.000.000 jumlah kredit pajak luar negeri yang
dalam negeri Rp 1.000.000.000
dapat dikreditkan sebesar total
Batas maksimum kredit pajak luar negeri : seluru pajak terutang dari luar
Rp 1.500.000.000 negeri yaitu Rp 150.000.000.
Negara Y = x Rp 250.000.000 = Rp 150.000.000
Rp 2.500.000.000
Negara X = tidak diakui adanya rugi
Pajak Bersifat Final
Penggabungan Penghasilan :
Penghasilan neto luar negeri Rp 1.000.000.000
Penghasiln neto dalam negeri Rp 2.000.000.000
Koreksi (Pasal 4di
PT. ABADI ayat 2)
Jakarta (Rp 500.000.000)
memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2016
sebagai berikut : Rp 1.500.000.000
Jumlah penghasilan
Penghasilan neto(PKP)
luar negeri Rp 2.500.000.000
Rp 1.000.000.000
(tariff
Pajak pajak
terutang 20%)
dari penghasilan luar negeri :
Penghasilan
20% neto =dalam
x Rp 1.000.000.000 negeri
Rp 200.000.000 Rp 2.000.000.000
Jadi, batas maksimum kredit pajak luar
*termasuk penghasilan yang termasuk objek pasalnegeri
4 ayat 2(dikenakan
yang pajak
boleh dikreditkan sebesar
Pajak terutang dari Penghasilan
final) sebesar Rp 500.000.000 Kena Pajak :
Rp. 150.000.000. Maka jumlah kredit
25% x Rp 1.500.000.000 = Rp 375.000.000 pajak luar negeri yang dapat
dikreditkan sebesar total seluru pajak
Batas maksimum kredit pajak luar negeri : terutang dari luar negeri yaitu Rp
Rp 1.500.000.000 150.000.000.
x Rp 375.000.000 = Rp 150.000.000
Rp 2.500.000.000
Pengurangan/Pengembalian Kredit Pajak Luar
Negeri
Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Wajib Pajak Orang Pribadi Selain
Tertentu (WP – OPPT), Pengusaha Tertentu (WP – OPSPT),
yaitu yang melakukan usaha penjualan yaitu pekerja bebas atau karyawan, yang
barang, baik grosir maupun eceran, serta tidak memiliki usaha sendiri.
jasa – dengan satu atau lebih tempat
usaha.
PPh 25 bagi OPSPT = Penghasilan Kena
PPh 25 bagi OPPT = 0.75% x omzet Pajak (PKP) x Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a
bulanan tiap masing-masing tempat UU PPh (12 bulan).
usaha.
PERHITUNGAN PPH PASAL 25
Besarnya angsuran PPh Pasal
25 dalam tahun berjalan • Pajak penghasilan yang dipotong
(tahun pajak berikutnya sesuai Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23 dan
setelah tahun yang Pasal 24(jika ada)
dilaporkan di SPT tahunan
PPh) dihitung sebesar PPh • Kemudian dibagi 12 atau total bulan
yang terutang pajak tahun dalam pajak masa setahun.
lalu, yang dikurangi dengan:
CONTOH PERHITUNGAN :