(DAK)
kabupaten batanghari
Irigasi telah dilakukan oleh manusia sejak awal masa pertanian, jika persediaan air melimpah
karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan
mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian.
Berlangsung sejak mesir kuno
memberikan gambaran secara jelas mengenai korelasi antara ilmu irigasi yang dipelajari
dengan aplikasinya dalam dunia kerja.
Objek kerja praktek
Rehabilitasi/Pemeliharaan Jaringan Irigasi dan Rawa (DAK) Kabupaten Batanghari dilakukan di Desa Terusan, Kec. Muaro
Sebo Ilir, Provinsi Jambi. Secara geografisnya lokasi proyek pembangunan jaringan irigasi ini kurang lebih berada pada
posisi koordinat -1.717562,103; 103.18857 atau pada 1°43'13.24"S dan 103°11'20.38"E. Areal potensial yang dapat diairi
oleh irigasi ini mencapai 200,04. Peta lokasi dapat dilihat pada Gambar 3.1 yang diambil melalui Google Earth.
Pihak yang terlibat
Konsultan Pengawas
Dinas PU dan Penataan
Ruang Kab. Batanghari
PINTU PENGATUR
METODE PELAKSANAAN
BOC CULVERT
PENANGANAN PEKERJAAN
PEKERJAAN BETON
Tidak dilakukan uji slump
Air campuran beton bercampur dengan lumpur dan bahan organik lainnya.
Agregat kasar yang mengandung lumpur dan bercampur dengan tanah.
Tidak dilakukan uji tekan sehingga tidak diketahui nilai kuat tekan beton yang dicapai.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pekerjaan pembetonan pada Proyek
Rehabilitasi /Pemeliharaan Jaringan Irigasi dan Rawa (DAK) Kabupaten Batanghari tidak memenuhi
syarat SNI 1972-2008 tentang uji slump, SNI 1974-2011 tentang kuat tekan beton, SNI 03-6861.1-
2002 tentang air pencampur beton dan SNI 03-1750-1990 tetang agregat beton.
PENERAPAN STANDAR
PENERAPAN K3
Perlengkapan K3 untuk pekerja kurang memadai
Para pekerja enggan menggunakan perlengkapan K3 dengan alasan mengganggu kenyamanan
bekerja.
Berdasarkan pengamatan para pekerja hanya menggunakan perlengkapan K3 apabila kedatangan
tamu penting dan pengawas.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa K3 pada proyek tersebut tidak sesuai dengan ketentuan yang
telah disebutkan pada KEP.174/MEN/1986, UU No. 18 Tahun 1999, dan Permenaker No.
01//Men/1980.
PENERAPAN STANDAR
PENGEDNALIAN MUTU
Agregat kasar yang digunakan adalah batu pecah, tetapi karena kelalain dilapangan material tersebut bercampur
dengan tanah dan tanpa dicuci digunakan oleh pekerja untuk pengecoran sehingga materil tersebut
dinyatakan tidak memenuhi spesifikasi SNI 03-1750-1990 tetang agregat beton.
Pasir yang digunakan adalah pasir alami dari sungai yang didatangkan dari sungai disekitar lokasi dan selama
observasi tidak pernah dilihat adanya uji material sehingga
spesifikasi agregat halus tidak diketahui dan menyalahi SNI 03-1750-1990 tetang agregat beton.
Semen yang dipakai adalah semen padang tipe PCC. Semen yang digunakan diletakan didalam gudang dan ditutup
mengunakan terpal guna menghindarkan terkenanya air sehingga semen yang digunakan
sudah memenuhi spesifikasi seperti SNI 15-2049-1990.
Air yang digunakan tidak sesuai dengan ketentuan SNI 03-6861.1-2002 tentang air pencampur beton, karena air
tersebut mengandung lumpur dan bercampur dengan zat organik lainnya.
PENERAPAN STANDAR
PENGAWASAN MUTU
Uji slump
Tidak didapatkan selama observasi lapangan sehingga dinyatakan menyalahi aturan SNI T-15-1991-
03.
Uji kuat tekan beton
Tidak didapatkan selama observasi lapangan sehingga dinyatakan menyalahi aturan SNI T-15-1991-
03.
TUGAS KHUSUS
PDM
Precedence Diagram Method (PDM) adalah metode penjadwalan proyek dimana kegiatan dituliskan
didalam node yang umumnya berbentuk segiempat, dengan anak panah sebagai petunjuk hubungan
antara kegiatan-kegiatan yang bersangkutan. Konstrain menunjukkan hubungan antar kegiatan
dengan satu garis dari node terdahulu ke node berikutnya. Satu konstrain hanya dapat
menghubungkan dua node (Laksito, 2005).
Pengidentifikasian jalur kritis dilakukan sesudah mengetahui ES, EF, LF, LS dan juga float. Waktu
slack atau waktu bebas ialah waktu yang dimiliki oleh setiap kegiatan untuk bisa diundur, tanpa
menyebabkan keterlambatan proyek keseluruhan (Heizer & Render, 2014)
SISTEMATIKA PERHITUNGAN
Penentuan jenis pekerjaan berdasarkan Time schedule/S-Curve.
Penentuan predesesor dan suksesor kegiatan.
Penentuan durasi kegiatan.
Perhitungan maju (forward).
Perhitungan mundur (backward).
Penentuan jalur kritis dengan free float dan total float.
TIME SCHEDULE
Kode Kegiatan Durasi Predesesor Suksesor
(Hari)
A Pekerjaan Pendahuluan 24 - B, C
B Pekerjaan Saluran primer 63 A G, I
C Pekerjaan Saluran 35 A D, E, F, J
Sekunder 1
D Pekerjaan Saluran 21 C H
Sekunder 2
E Pekerjaan Saluran 14 C H
Sekunder 3
F Pekerjaan Saluran 14 C H
Sekunder 4
G Pekerjaan Saluran 14 B K
Sekunder 5
H Pekerjaan Saluran 14 D, E, F K
Sekunder 6
I Pekerjaan Saluran 7 B K
Sekunder 7
J Pekerjaan Pintu Pengatur 35 C K
K Pekerjaan Box Culvert 49 G, H, I -
PERHITUNGAN
Pada metode CPM dan PDM terdapat beberapa perhitungan untuk menentukan jalur kritis,
yaitu sebagai berikut:
Perhitungan maju
EF = ES+D (2.1)
Perhitungan mundur
LS = LF-D (2.2)
Jalur kritis terjadi jika:
Free Float = LS-ES = 0 (2.3)
Total Float = LF-EF = 0 (2.4)
PERHITUNGAN
Kode Durasi ES EF LF LS
Kegiatan (Hari) (Hari) (Hari) (Hari) (Hari)
A 24 0 24 24 0
B 63 24 87 87 24
C 35 24 59 66 31
D 21 59 80 87 66
E 14 59 73 87 73
F 14 59 73 87 73
G 14 87 101 101 87
H 14 80 94 101 87
I 7 87 94 101 94
J 35 59 94 101 66
K 49 101 150 150 101
PERHITUNGAN
Kode Durasi Free Total Float Keterangan
Pekerjaan (Hari) Float (Hari)
(Hari)
A 24 0 0 Kritis
B 63 0 0 Kritis
C 35 7 7
D 21 7 7
E 14 14 14
F 14 14 14
G 14 0 0 Kritis
H 14 7 7
I 7 7 7
J 35 7 7
K 49 0 0 Kritis
Adapun pekerjaan yang berada pada jalur kritis adalah :
Pekerjaan pendahuluan (A)
Pekerjaan Saluran Primer (B)
Pekerjaan Sekunder 5 (G)
Pekerjaan Box Culvert (K)
Untuk pekerjaan C, D, H, I, dan J boleh mengalami keterlamatan selama 7 hari atau 1 minggu,
sedangkan untuk pekerjaan E dan F boleh mengalami keterlambatan hingga 14 hari atau 2 minggu.
MS. PROJECT
DIAGRAM PDM
ANALISA
Berdasarkan perhitungan menggunakan Presedence Diagram Method dan metode Microsoft Office Project untuk
menentukan jalur kritis didapatkan hasil yang sama, yaitu sebagai berikut:
Pekerjaan Pendahuluan
Pekerjaan Saluran Primer
Pekerjaan Saluran Sekunder 5
Pekerjaan Box Culvert
Hasil penentuan jalur kritis menunjukkan bahwa pekerjaan-pekerjaan yang termasuk pada jalur kritis harus
dilaksanakan sesuai dengan jadwal rencana dan tidak boleh ditunda, apabila pekerjaan tersebut ditunda maka
seluruh kegiatan akan mengalami keterlamabatan dan proyek dinyatakan terlambat. Apabila dilakukan percepatan
pada pekerjaan yang termasuk pada jalur kritis, maka proyek akan cepat selesai, tetapi langkah tersebut akan
mempengaruhi jumlah biaya yang dikeluarkan dan biasanya dilakukan perhitungan lebih lanjut untuk biaya
percepatan proyek.
Untuk pekerjaan yang tidak berada pada jalur kritis, boleh mengalami keterlambatan dan tidak begitu
berpengaruh pada keseluruhan kegiatan pada proyek. Untuk pengoptimalan penggunaan peralatan dan tenaga
kerja, maka peralatan dan pekerja yang berada pada pekerjaan yang tidak termasuk pada jalur kritis bisa
dipindahkan dan digunakan untuk mempercepat pekerjaan yang berada pada jalur kritis.
PENUTUP
KESIMPULAN
Secara umum dokumen administrasi proyek sesuai dengan standar dan peraturan yang berlaku.
Secara umum metode pelaksanaan proyek sudah sesuai dengan ketentuan dan kontrak.
Secara umum pengawasan mutu pada proyek tersebut tidak sesuai ketentuan dan standar yang berlaku.
Penerapan Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) di lokasi proyek sangat tidak sesuai dengan peraturan dan standar
yang berlaku.
Terjadi keterlambatan proyek, karena lokasi proyek tersebut cukup jauh, sehingga perlu waktu untuk
mendatangkan material.
Permasalahan yang dihadapi pada proyek tersebut cukup komplek, karena proyek berada pada daerah yang
terpencil sehingga diperlukan pengawasan dan pengendalian waktu, mutu dan biaya yang lebih diperketat.
Pekerjaan pendahuluan, saluran primer, saluran sekunter 5 dan pekerjaan box culvert merupakan pekerjaan yang
berada pada jalur kritis sehingga pekerjaan tersebut harus dilakukan sesuai jadwal rencana.
Pekerjaan saluran sekunder 3 dan sekunder 4 merupakan pekerjaan yang memiliki tenggang waktu keterlambatan
terbesar yaitu 14 hari, sehingga pekerjaan tersebut boleh mengalami keterlamabatan.
PENUTUP
SARAN
Kontraktor pelaksana sebaiknya meningkatkan lagi pengawasan dan koreksi pelaksanaan
pekerjaan, untuk menjaga kualitas dari pelaksanaan proyek dan menentukan hasil akhir dari
proyek.
Kontraktor seharusnya menyediakan dokumen pengendalian mutu, biaya dan jadwal yang
berada di direksi.
Kontraktor pelaksana sebaiknya menekankan pada pekerja akan pentingnya penerapan K3 pada
proyek untuk meminimalisir kecelakaan.
Kontraktor pelaksana perlu meningkatkan pengendalian mutu pekerjaan, terutama pada
pekerjaan pembetonan yang menggunakan adukan manual.
Kontraktor pelaksana diharapkan dapat mengutamakan pekerjaan yang termasuk kedalam jalur
kritis.
TERIMA KASIH