Anda di halaman 1dari 31

KEBIJAKAN

PENANGGULANGAN
TUBERKULOSIS
dr. Elly Agustiana
Gambaran Umum TB

• Patogenesis dan Penularannya,


• Perjalanan alamiah TB bila tidak diobati,
• Resiko Menjadi Sakit TB dan Pengaruh HIV-AIDS terhadap
MasalahTB.
• TB Resistan OAT
• International Standards for Tuberculosis Care (ISTC)
Patogenesis dan Penularan TB

TB disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis


• Berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron dan lebar 0,2
- 0,8 mikron.
• Bersifat tahan asam dalam pewarnaan dengan metode Ziehl
Neelsen, berbentuk batang berwarna merah dalam
pemeriksaan dibawah mikroskop.
• Memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain
Lowenstein Jensen, Ogawa.
• Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup
dalam jangka waktu lama pada suhu antara 4°C sampai
minus 70°C.
Penularan TB

• Sumber penularan adalah pasien TB, terutama pasien


yang mengandung kuman TB dalam dahaknya.

• Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman


ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei /
percik renik).

• Infeksi akan terjadi apabila seseorang menghirup udara


yang mengandung percikan dahak yang infeksius.
Penularan TB
TB menular melalui
udara

Sumber penularan
Batuk adalah “dahak”
atau penderita
bersin
Dipengaruhi oleh :
 Jumlah kuman
 Lamanya kontak
Penderita  Daya tahan tubuh Orang lain

Kuman dapat bertahan selama beberapa jam dalam ruangan yang tidak
terkena sinar matahari dan lembab
Kuman dan penularan TB
batuk
Kuman didalam
droplet di udara
Mati oleh sinar
matahari atau Bicara : 0-210 partikel
tersapu angin

Batuk : 0-3500 partikel

Bertahan
diruang gelap Bersin : 4500 – 1 juta
dan lembab
sampai bulanan partikel
7
Perjalanan Alami TB Pada Manusia
Resiko Menjadi Sakit TB dan Pengaruh HIV-
AIDS terhadap Masalah TB
transmisi
Jumlah kasus TB BTA+
Faktor lingkungan : Risiko menjadi TB bila
§Ventilasi dengan HIV:
§Kepadatan • 5-10% setiap tahun
§Dalam ruangan • >30% lifetime
SEMBUH
Faktor Perilaku
HIV(+)
KRONIS/
TB RESISTEN
OBAT

TERPAJAN INFEKSI
10%
TB MATI
Konsentrasi Kuman § Keterlambatan diagnosis
Lama kontak dan pengobatan
§ Malnutrisi § Tatalaksana tak memadai
§ Penyakit DM, § Kondisi kesehatan
immunosupresan
TB Resisten OAT
• M. tuberculosis dikatakan resistan terhadap OAT, jika M.
tuberculosis kebal terhadap OAT.
• Berdasarkan hasil uji kepekaan OAT, terdapat 5 kelompok TB
resistan OAT yaitu:
• Monoresistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT
lini pertama saja.
• Polyresistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis
OAT lini pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara
bersamaan
• Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H)
dan Rifampisin (R) secara bersamaan.
• Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang
sekaligus juga resistan terhadap salah satu OAT golongan
fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis
suntikan (Kanamisin, Kapreomisin dan Amikasin).
• Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin
dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain.
• Faktor utama penyebab terjadinya resistensi kuman terhadap OAT
adalah penatalaksanaan pasien TB yang tidak adekuat.

Pemberi jasa/petugas kesehatan, yaitu karena :


• Diagnosis tidak tepat,
• Pengobatan tidak menggunakan paduan yang tepat,
• Dosis, jenis, jumlah obat dan jangka waktu pengobatan tidak adekuat,
• Penyuluhan kepada pasien yang tidak adequat.

Pasien, yaitu karena :


• Tidak mematuhi anjuran dokter/ petugas kesehatan
• Tidak teratur menelan paduan OAT,
• Menghentikan pengobatan secara sepihak sebelum waktunya.
• Gangguan penyerapan obat

Program Pengendalian TB , yaitu karena :


• Persediaan OAT yang kurang
• Kualitas OAT yang disediakan rendah (Pharmaco-vigillance).
Situasi TB di Dunia dan Indonesia
• WHO 2015:
• ditingkat global diperkirakan 9,6 juta kasus TB baru
dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah perempuan.
• Dengan 1,5 juta kematian karena TB dimana 480.000
kasus adalah perempuan. Dari kasus TB tersebut
ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif dengan kematian
320.000 orang (140.000 orang adalah perempuan) dan
480.000 TB Resistan Obat (TB-RO) dengan kematian
190.000 orang.
• Dari 9,6 juta kasus TB baru, diperkirakan 1 juta kasus TB
Anak (di bawah usia 15 tahun) dan 140.000
kematian/tahun.
Jumlah kasus TB di Indonesia (WHO tahun 2015)

• diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per


100.000 penduduk) dengan 100.000 kematian pertahun
(41 per 100.000 penduduk).
• Diperkirakan 63.000 kasus TB dengan HIV positif (25 per
100.000 penduduk). Angka Notifikasi Kasus (Case
Notification Rate/CNR) dari semua kasus, dilaporkan
sebanyak 129 per 100.000 penduduk.
• Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus, diantaranya 314.965
adalah kasus baru. Secara nasional perkiraan prevalensi
HIV diantara pasien TB diperkirakan sebesar 6,2%.
• Jumlah kasus TB-RO diperkirakan sebanyak 6700 kasus
yang berasal dari 1,9% kasus TB-RO dari kasus baru TB
dan ada 12% kasus TB-RO dari TB dengan pengobatan
ulang.
Beban TB, Indonesia, 1990-2014
1200
1200
Sebelum survey 1,045 Setelah survey
1000
1000
800 800
647
600 600
443 453 399
400 400
272
200 206 183 200
70 65 41
0 25 0

1996
1990
1992

2006

2010
2012
1994

1998

2014
2004

2008
2000
2002
1994

2000

2004
2002

2006
2008
2010
2012
1990
1992

1998
1996

Prevalens Insidens Mortalitas


Indikator Tingkat Total /tahun Rate /100.000
Prevalensi Global 13.000.000 174
Indonesia 1.600.000 647
Insidensi Global 8.000.000 133
Indonesia 1.000.000 399
Kematian Global 1.100.000 16
Indonesia 100.000 41
Case Detection Rate, semua bentuk 32%
Program Penanggulangan TB di Indonesia
Tujuan
• Untuk tercapainya target program Penanggulangan TB Nasional,
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
harus menetapkan target Penanggulangan TB tingkat daerah
berdasarkan target nasional dan memperhatikan Strategi Nasional.

Strategi Nasional Penanggulangan TB sebagaimana dimaksud terdiri


atas:
• Penguatan kepemimpinan program TB;
• Peningkatan akses layanan TB yang bermutu;
• Pengendalian faktor risiko TB;
• Peningkatan kemitraan TB;
• Peningkatan kemandirian masyarakat dalam penanggulangan TB; dan
• Penguatan manajemen program TB.
Strategi dan kebijakan penanggulangan TB;
Strategi
meliputi:
• Penguatan kepemimpinan Program TB di Kabupaten/ Kota.
• Promosi: Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial, regulasi, dan peningkatan
pembiayaan, Koordinasi dan sinergi program.
• Peningkatan akses layanan TB yang bermutu.
• Peningkatan jejaring layanan TB melalui PPM (public-private mix).
• Penemuan aktif berbasis keluarga dan masyarakat Peningkatan kolaborasi layanan melalui
TB-HIV, TB-DM, MTBS, PAL, dan lain sebagainya.
• Inovasi diagnosis TB sesuai dengan alat/saran diagnostik yang baru.
• Kepatuhan dan Kelangsungan pengobatan pasien atau Case holding.
• Bekerja sama dengan asuransi kesehatan dalam rangka Cakupan Layanan Semesta (health
universal coverage).
• Pengendalian faktor risiko
• Promosi lingkungan dan hidup sehat.
• Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TB.
• Pengobatan pencegahan dan imunisasi TB.
• Memaksimalkan penemuan TB secara dini, mempertahankan cakupan dan keberhasilan
pengobatan yang tinggi.
• Peningkatan kemitraan TB melalui Forum Koordinasi TB.
• Peningkatan kemitraan melalui forum koordinasi TB di pusat.
• Peningkatan kemitraan melalui forum koordinasi TB di daerah
• Peningkatan kemandirian masyarakat dalam penanggulangan TB.
• Peningkatan partisipasi pasien, mantan pasien, keluarga dan masyarakat.
Kebijakan

• Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat


bertanggung jawab menyelenggarakan Penanggulangan TB.

• Penyelenggaraan Penanggulangan TB dilaksanakan melalui


upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorang.

• Penanggulangan TB harus dilakukan secara terintegrasi dengan


penanggulangan program kesehatan yang berkaitan.

• Program kesehatan meliputi program HIV dan AIDS, Diabetes


Melitus, serta program kesehatan lain.

• Penanggulangan TB secara terintegrasi dilakukan melalui


kegiatan kolaborasi antara program yang bersangkutan.
Pengorganisasi dan Pembagian Peran
Penanggulangan TB
• Tingkat Pusat
Program TB secara Nasional dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, cq. Direktorat
Pengendalian Penyakit Menular Langsung.
• Tingkat Provinsi
Program TB di tingkat provinsi dikordinasikan Dinas Kesehatan
Provinsi.
• Tingkat Kabupaten/Kota
Program TB di tingkat Kabupaten/Kota dikordinasikan oleh Dinas
Kesehatan kabupaten/kota.
• Tingkat fasyankes
• Dilaksanakan oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL).
Konsep Kebijakan Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga.
• Pembangunan Kesehatan: (dimasukkan dasar-dasar hukumnya)
Upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka
mencapai tujuan kesehatan.

• Tujuan Pembangunan Kesehatan:


Meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia
yang produktif secara sosial dan ekonomis.
• Kebijakan pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 difokuskan pada
penguatan upaya kesehatan dasar (Primary Health Care) yang
berkualitas terutama melalui peningkatan jaminan kesehatan.
• Kartu Indonesia Sehat menjadi salah satu sarana utama dalam
mendorong reformasi sektor kesehatan dalam mencapai pelayanan
kesehatan yang optimal, termasuk penguatan upaya promotif dan
preventif.
• Tiga pilar utama Program Indonesia Sehat , yaitu:
(1) penerapan paradigma sehat,
(2) penguatan pelayanan kesehatan, dan
(3) pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN).
• Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi
pengutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan
upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan masyarakat.
• Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi
peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem
rujukan, dan peningkatan mutu menggunakan pendekatan
continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan.
• Pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi perluasan sasaran
dan manfaat (benefit), serta kendali mutu dan biaya, ditujukan
kepada tercapainya keluarga sehat.
• Penerapan Paradigma Sehat
• Prinsip paradigma sehat:
Puskesmas wajib mendorong seluruh pemangku
kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah
dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu
keluarga, kelompok dan masyarakat.
• Definisi paradigma sehat:
Sebagai cara pandang, asumsi, konsep, nilai dan praktik
yang mengutamakan upaya menjaga dan memelihara
kesehatan, tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
• Program Indonesia Sehat akan dilaksanakan melalui
Pendekatan Keluarga.
• Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga pada
dasarnya merupakan integrasi pelaksanaan program-program
kesehatan dengan fokus pada keluarga.
Penguatan Puskesmas Melalui Pendekatan
keluarga yang holistik.
• Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan
mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di
wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga.
Puskesmas:
• Tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam
gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi
keluarga di wilayah kerjanya.
• Harus meningkatkan kerjasama dengan jejaringnya (fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama lain di wilayahnya), agar
fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lain
tersebut juga turut menyelesaikan masalah-masalah kesehatan
keluarga. Yakni masalah-masalah kesehatan keluarga dari
peserta JKN yang dilayaninya.
• Keluarga dijadikan fokus dalam pendekatan pelaksanaan
program Indonesia
• Menurut Friedman (1998), terdapat lima fungsi keluarga, yaitu:
• Fungsi afektif (The Affective Function)
• Fungsi sosialisasi
• Fungsi reproduksi (The Reproduction Function)
• Fungsi ekonomi (The Economic Function)
• Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function)

• Tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah:


• Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota
keluarganya.
• Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.
• Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit.
• Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya.
• Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas
kesehatan.
• Pendekatan keluarga merupakan pengembangan dari
kunjungan rumah oleh Puskesmas dan perluasan dari upaya
Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang meliputi
kegiatan berikut:

• Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data profil


kesehatan keluarga dan peremajaan (updating) pangkalan datanya.
• Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya
promotif dan preventif.
• Kunjungan keluarga untuk menindaklanjuti pelayanan kesehatan dalam
gedung.
• Pemanfaatan data dan informasi dari profil kesehatan keluarga untuk
pengorganisasian/pemberdayaan masyarakat dan manajemen
Puskesmas.
• Pendekatan keluarga adalah:
• pendekatan pelayanan oleh Puskesmas yang mengintegrasikan upaya
kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM)
secara berkesinambungan, dengan target keluarga, didasarkan pada
data dan informasi dari profil kesehatan keluarga.
• Tujuan dari pendekatan keluarga adalah sebagai berikut:
• Meningkatkan akses keluarga beserta anggotanya terhadap pelayanan
kesehatan komprehensif, meliputi pelayanan promotif dan preventif
serta pelayanan kuratif dan rehabilitatif dasar.
• Mendukung pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM)
kabupaten/kota dan provinsi, melalui peningkatan akses dan skrining
kesehatan.
• Mendukung pelaksanaan JKN dengan meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk menjadi peserta JKN.
• Mendukung tercapainya tujuan Program Indonesia Sehat dalam
Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019.
Pelaksanaan Pendekatan Keluarga

• Satu keluarga adalah satu kesatuan keluarga inti (ayah, ibu, dan
anak) sebagaimana dinyatakan dalam kartu keluarga.
• Keluarga yang terdapat kakek dan atau nenek atau individu lain
dalam satu rumah tangga, maka rumah tangga tersebut dianggap
terdiri lebih dari satu keluarga.
• Suatu keluarga dinyatakan sehat atau tidak digunakan beberapa
penanda atau indikator.
• Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah
disepakati adanya dua belas indikator utama untuk penanda status
kesehatan sebuah keluarga.
12 indikator utama penanda status kesehatan sebuah keluarga :

• Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)


• Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
• Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
• Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
• Balita mendapatkan pematauan pertumbuhan
• Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai
standar
• Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
• Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak
ditelantarkan
• Anggota keluarga tidak ada yang merokok
• Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)
• Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
• Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
• Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra dapat
diupayakan dengan menggunakan tenaga-tenaga berikut:
• Kader-kader kesehatan, seperti kader Posyandu, Posbindu,
Poskestren, PKK, dan lain-lain.
• Pengurus organisasi kemasyarakatan setempat, seperti pengurus PKK,
pengurus Karang Taruna, pengelola pengajian, dan lain-lain.

• Peran Puskesmas dalam Pendekatan Keluarga


• Puskesmas bertanggung jawab atas satu wilayah administrasi
pemerintahan, yakni kecamatan atau bagian dari kecamatan.
• Di setiap kecamatan harus terdapat minimal satu Puskesmas.
• Penyelenggaraan Puskesmas terdapat 6 (enam) prinsip, yaitu;
• 1) Prinsip Paradigma Sehat. 2) Prinsip Pertanggungjawaban Wilayah.
3) Prinsip Kemandirian Masyarakat. 4) Prinsip Pemerataan. 5) Prinsip
Teknologi Tepat Guna. 6) Prinsip Keterpaduan dan Kesinambungan.
Peran Pembina Keluarga

• Mengumpulkan data kesehatan keluarga (menggunakan formulir


Profil Kesehatan Keluarga / prokesga) manual dan aplikasi
keluarga sehat
• analisis data secara sederhana
• identifikasi masalah
• intervensi, penyuluhan/pendidikan kesehatan (menggunakan
paket informasi keluarga / pinkesga) menjelaskan:
• kesehatan ibu hamil, melahirkan dan nifas, termasuk tentang tanda
bahaya kehamilan
• Air Susu Ibu (ASI) dan manfaat pemberian ASI eksklusif kepada bayi.
• imunisasi dasar dan manfaat pemberian imunisasi dasar kepada bayi.
• Meremajakan (update) data keluarga dalam Profil Kesehatan Keluarga
(Family Folder).
• Pengembangan kompetensi dapat dilakukan sesuai dengan
penambahan muatan indikator lokal spesifik di masing-masing daerah.
Peran pemangku kepentingan
PERAN KEMENTERIAN KESEHATAN
• menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria dalam rangka
penyelenggaraan urusan pemerintahan
• melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah, selain juga pengembangan sumber daya, koordinasi dan
bimbingan, serta pemantauan dan evaluasi.

PERAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA


• pengembangan sumber daya, koordinasi dan bimbingan, serta
pemantauan dan pengendalian.
• PERAN DINAS KESEHATAN PROVINSI
• pengembangan sumber daya, koordinasi dan bimbingan, serta
pemantauan dan pengendalian.
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB LINTAS SEKTOR
• keberhasilan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga juga sangat ditentukan oleh peran dan tanggung
jawab sektor-sektor lain di luar sektor kesehatan (lintas sektor).

Anda mungkin juga menyukai