Anda di halaman 1dari 33

Nama Kelompok

Pokok-Pokok Bahasan Materi

• Pengertian Ginjal
• Struktur Ginjal
• Fungsi Ginjal
• Pengertian Gagal Ginjal
• Tanda atau Gejala Gagal Ginjal
• Macam Obat yang Diperbolehkan dikonsumsi untuk
Pasien Gagal Ginjal
Organ ekskresi dalam vertebrata yang
berbentuk mirip kacang. Sebagai bagian
dari sistem urin , ginjal berfungsi menyaring
kotoran (terutama urea) dari darah dan
membuangnya bersama dengan air dalam
bentuk urin .
Panjang : 11,5 cm,
Lebar : 6 cm
Ketebalan : 3,5 cm
Berat : 120-170 gram atau
kurang lebih 0,4% dari
berat badan
Gagal Ginjal
Gagal Ginjal adalah penyakit dimana fungsi
organ ginjal mengalami penurunan hingga
akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama
sekali dalam hal penyaringan pembuangan
elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan
cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium
dan kalium didalam darah atau produksi urin.
Penyakit yang Berdampak Pada
Kerusakan Ginjal
1. Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension)
2. Penyakit Diabetes Mellitus
3. Adanya sumbatan pada saluran kemih Gagal
Jantung Kanan
4. Kelainan autoimun
5. Kelainan ginjal
6. Rusaknya sel penyaring pada ginjal
Tanda atau Gejala Gagal Ginjal
 Kencing terasa kurang dibandingkan dengan kebiasaan
sebelumnya.
 Kencing berubah warna, berbusa, atau sering bangun
malam untuk kencing.
 Sering bengkak di kaki, pergelangan, tangan, dan muka
Lekas capai atau lemah
Sesak napas,
Napas bau
Rasa pegal di punggung
Gatal-gatal, utamanya di kaki
Kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah
Komposisi
Tiap tablet salut selaput mengandung:
Simvastatin 10 mg
Farmakologi
Simvastatin adalah senyawa antilipermic derivat asam
mevinat yang mempunyai mekanisme kerja
menghambat 3-hidroksi-3-metil-glutaril-koenzim A
(HMG-CoA) reduktase yang mempunyai fungsi sebagai
katalis dalam pembentukan kolesterol. HMG-CoA
reduktase bertanggung jawab terhadap perubahan
HMG-CoA menjadi asam mevalonat.
Penghambatan terhadap HMG-CoA reduktase
menyebabkan penurunan sintesa kolesterol dan
meningkatkan jumlah reseptor Low Density
Lipoprotein (LDL) yang terdapat dalam membran sel
hati dan jaringan ekstrahepatik, sehingga
menyebabkan banyak LDL yang hilang dalam plasma.
Simvastatin cenderung mengurangi jumlah trigliserida
dan meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL)
kolesterol.
Indikasi
Sebelum memulai terapi dengan simvastatin, singkirkan dulu penyebab
hiperkolesterolemia sekunder (misal: diabetes melitus tidak terkontrol, hipertiroidisme,
sindroma nefrotik, disproteinemia, penyakit hati obstruktif, alkoholisme serta terapi
dengan obat lain) dan lakukan pengukuran profil lipid total kolesterol, HDL kolesterol
dan trigliserida.
Penurunan kadar kolesterol total dan LDL pada penderita hiperkolesterolemia primer,
bila respon terhadap diet dan penatalaksanaan non farmakologik saja tidak
memadai.Simvastatin meningkatkan kadar kolesterol HDL dan karenanya menurunkan
rasio LDL/HDL serta rasio kolesterol total/LDL. Meskipun mungkin bermanfaat
mengurangi kolesterol LDL yang meninkat pada penderita dengan hiperkolesterolemia
campuran dan hipertrigliseridemia (dengan hiperkolesterolemia sebagai kelainan
utama), namun simvastatin belum diteliti pada kelainan utama berupa peningkatan
kadarChylemicron.
Kontraindikasi:
- Pasien yang mengalami gagal fungsi hati atau pernah mengalami gagal
fungsi hati.
- Pasien yang mengalami peningkatan jumlah serum transaminase yang
abnormal.
- Pecandu alkohol.
- Bagi wanita hamil dan menyusui.
- Hipersensitif terhadap simvastatin.
Dosis:

Penderita harus melakukan diet pengurangan kolesterol baku sebelum dan


selama memulai pengobatan dengan simvastatin dan harus melanjutkan
diet selama pengobatan dengan simvastatin. Dosis awal 10 mg/hari sebagai
dosis tunggal malam hari. Dosis awal untuk pasien dengan
hiperkolesterolemia ringan sampai sedang 5 mg/hari. Pengaturan dosis
dilakukan dengan interval tidak kurang dari 4 minggu sampai maksimal 40
mg/hari (diberikan malam hari). Lakukan pengukuran kadar lipid dengan
interval tidak kurang dari 4 minggu dan dosis disesuaikan dengan respon
penderita. Pada pasien yang diobati dengan obat-obat imunosupresan
bersama HMG-CoA reduktase inhibitor, dosis simvastatin yang dianjurkan
adalah terendah. Bila kadar kolesterol LDL < 75 mg/dl (1,94 mmol/l) atau
kadar total kolesterol plasma < 140 mg/dl (3,6 mmol/l) maka perlu
dipertimbangkan pengurangan dosis simvastatin.
Penderita gangguan fungsi ginjal:

Pemberian simvastatin tidak perlu penyesuaian dosis, karena simvastatin


tidak diekskresi ginjal secara bermakna. Simvastatin efektif diberikan dalam
bentuk tunggal, atau bersamaan dengan Bile Acid Sesquestran akan lebih
efektif.
Efek samping:
• Sakit kepala, konstipasi, nausea, flatulen, diare, dispepsia, sakit perut, fatigue, nyeri dada
dan angina.
• Astenia, miopathy, ruam kulit, rhabdomyolisis, hepatitis, angioneurotik edema terisolasi.
• Pernah dilaporkan:
• Neurologik: disfungsi saraf kranial, tremor, pusing, gangguan psikis, anxiety, insomnia,
depresi, vertigo, hilang memori, parestesia, neuropati perifer, pheripheral nerve palsy.
• Reaksi hipersensitifitas: anaphylaxis, angioedema, sindrom menyerupai lupus
erythematosus, polymialgia rheumatika, vasculitis, positive ANA, eosinophilia, arthritis,
arthralgia, urtikaria, malaise, dispepsia, toksik epidermal necrolysis, erythema multiforme,
termasuk syndrome Stevens Johnson pernah dilaporkan (sangat jarang).
• Gastrointestinal : anoreksia, mual, muntah, diare, pankreatitis, dispepsia.
• Kulit : alopesia, pruritus.
• Organ reproduksi : ginekomastia, libido berkurang, disfungsi erektil.
• Mata : oftalmoplegia, progesifitas katarak.
• Laboratorium : peningkatan serum transaminase, serum creatinine phosphokinase.
Peringatan dan perhatian:
• Selama terapi dengan simvastatin harus dilakukan pemeriksaan fungsi hati. Pemeriksaan
level transaminase dalam serum, termasuk ALT (SGPT) harus dilakukan sebelum pengobatan,
setiap 6 minggu dan 12 minggu setelah pengobatan atau penaikan dosis dan kemudian
secara berkala setiap 6 bulan.
• Pemberian simvastatin harus dihentikan bagi pasien yang mengalami peningkatan serum
transaminase 3 kali lebih besar diatas normal.
• Efek pada otot: pasien harus diminta segera melaporkan bila mengalami nyeri otot, lemah
atau lemas.
• Segera hentikan pengobatan bila terjadi peningkatan kadar creatinine phosphokinase.
• Myopathy harus dipertimbangkan pada penderita dengan myalgia, otot lemah dan
/ atau peningkatan kadar creatinine phosphokinase (10 x batas normal atas).
• Pengobatan dengan HMG-CoA reduktase inhibitor harus ditunda atau dihentikan
pada penderita dengan gejala akut dan serius yang cenderung merupakan
myopathy, atau merupakan faktor predisposisi untuk perkembangan gagal ginjal
akut sekunder karena adanya rhabdomyolisis.
• Penggunaan pada anak-anak: keamanan dan efektifitas penggunaan simvastatin
pada anak-anak dan remaja belum diketahui, karena itu pemberian simvastatin
tidak dianjurkan.
• Penderita dengan homozygous familial hypercholesterolemia tidak memiliki
reseptor LDL, pengobatan simvastatin kurang berhasil.
• Pada penderita hipertrigliseridemia, simvastatin hanya berkhasiat menurunkan
trigliserida terbatas dan tidak diindikasikan untuk hiperlipidemia tipe I, IV, V.
Interaksi obat:
Bila simvastatin dikombinasikan dengan siklosporin, eritromisin, gemfibrozil dan
niacin dapat menyebabkan peningkatan resiko terjadi myopathy dan
rhabdomyolisis.
• Bila simvastatin dikombinasikan dengan warfarin akan meningkatkan aktivitas
warfarin sebagai antikoagulan.
• Pemberian simvastatin bersamaan waktu dengan digoksin dapat menyebabkan
aktivitas jantung akan meningkat.
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
SIMPANLAH DITEMPAT KERING, PADA SUHU DIBAWAH 30oC
TERLINDUNG DARI CAHAYA
Komposisi
Tiap tablet mengandung ambroksol hidroklorida 30
mg.
Indikasi
Penyakit saluran napas akut dan kronis yang disertai
sekresi bronkial yang abnormal, khususnya pada
eksaserbasi dan bronkitis kronis, bronkitis asmatik,
asma bronkial.
Dosis
Dewasa: sehari 3 kali 1 tablet.
Anak-anak 5 - 12 tahun : sehari 3 kali 1/2 tablet.
Anak-anak 2 - 5 tahun : sehari 3 kali 7,5 mg
Anak-anak di bawah 2 tahun : sehari 2 kali 7,5 mg
Dosis dapat dikurangi menjadi 2 kali sehari, untuk
pengobatan yang lama.
Harus diminum sesudah makan.
Efek Samping
Ambroksol umumnya ditoleransi dengan baik.
Efek samping yang ringan pada saluran pencernaan
dilaporkan pada beberapa pasien. Reaksi alergi.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap ambroksol.
Interaksi Obat
Kombinasi ambroksol dengan obat-obatan lain
dimungkinkan, terutama yang berhubungan dengan
sediaan yang digunakan sebagai obat standar untuk
sindroma bronkitis (glikosida jantung, kortikosterida,
bronkapasmolitik, diuretik dan antibiotik).
Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu kamar (di bawah suku 30 derajat Celcius)
dan tempat kering, terlindung dari cahaya.
Perhatian
Pemakaian pada kehamilan trimester pertama tidak
dianjurkan.
Pemakaian selama menyusui keamanannya belum
diketahui dengan pasti.
Kemasan : Ambroxol 30 mg tablet, kotak 10 strip @ 10 tablet
INDIKASI :
Pengobatan pada pasien dengan gagal
jantung dan gangguan fungsi sistolik
ventrikel kiri (LVEF =40%) ketika obat
penghambat ACE tidak ditoleransi.
DOSIS DAN CARA PENGGUNAAN
Dosis awal candesartan yang
direkomendasikan adalah 4 mg per hari
dan dapat ditingkatkan hingga 16 mg satu
kali sehari. Efek antihipertensi maksimal
akan dicapai dalam waktu 4 minggu
setelah pengobatan.
Dosis pada gagal jantung
Dosis awal candesartan yang
direkomendasikan adalah 4 mg per hari.
Candesartan hanya digunakan satu kali
sehari dengan atau tanpa makanan.
KONTRAINDIKASI
terhadap candesartan atau komponen yang
terkandung dalam formulasinya.
Wanita hamil dan menyusui.
Gangguan hati yang berat dan/ ketoasidosis.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
Jika candesartan digunakan pada pasien hipertensi
dengan gangguan ginjal, disarankan dilakukan
pemantauan secara berkala kadar kalium dan kadar
kreatinin dalam serum.
Stenosis arteri renalis, intravascular volume depletion,
kehamilan dan menyusui.
EFEK SAMPING
infeksi saluran pernafasan bagian atas, nyeri punggung,
dan pusing
Komposisi :
Irbesartan
Indikasi :
Pengobatan Hipertensi
Menurunkan mikro &
makro albuminuria pada
pasien hipertensi yang
mengidap diabetik
nefrotik yang disebabkan
NIDDM (Non Insulin
Dependent Diabetic
Mellitus)
Kemasan :
Kaplet 150 mg 5 x 10's
Dosis :
Dosis awal & dosis pemeliharaan yang
disarankan adalah 150 mg sekali sehari. Dosis
dapat ditingkatkan hingga 300 mg atau
ditambahkan antihipertensi lain.
Penyajian :
Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau
tidak
Kandungan
Metformin-HCI
Indikasi
NIDDM
Kontra Indikasi
Koma diabetik, ketoasidosis, kerusakan ginjal, infark miokardial,
penyakit hati kronik, gagal jantung, alkoholik, hipoksemia,
riwayat asidosis laktat seperti syok, insufiensi pulmonal.
Efek Samping
Ggn GI, asidosis laktat (jarang).
Perhatian
hmil, laktasi. Hentikan pemakaian 2-3 hr sblm pembedahan,
kondisi yg menyebabkan dehidrasi, pasien dg infeksi serius atau
trauma. Monitor fungsi ginjal secara teratur.
Dosis
Tab 500mg 3xsehari 1 tablet, Tab 850mg Awal 850mg 1xsehari.
Pemeliharaan 850mg 2x/hr.
IO
Dosis antikoagulan hrs disesuaikan. Dpt tjd hipoglikemia dg
sulfonilurea atau insulin. Resiko asidosis laktat ditingkatkan
oleh alkohol. Mengganggu absorpsi vit B12. Penurunan
bersihan ginjal jk diberikan bersama simetidin.
Kemasan
Tab 500mg x 5 x 10. Tab salut selaput 850mg x 5 x 10
Komposisi:
CAPTOPRIL 12,5 mg
Tiap tablet mengandung:
Kaptopril 12,5 mg
CAPTOPRIL 25 mg
Tiap tablet mengandung:
Kaptopril 25 mg
CAPTOPRIL 50 mg
Tiap tablet mengandung:
Kaptopril 50 mg
Farmakologi:
• Kaptopril terutama bekerja pada sistem RAA (Renin-
Angiotensin-Aldosteron), sehingga efektif pada hipertensi
dengan PRA (Plasma Renin Activity) yang tinggi yaitu pada
kebanyakan hipertensi maligna, hipertensi renovaskular
dan pada kira-kira 1/6-1/5 hipertensi essensial.
• Kaptopril juga efektif pada hipertensi dengan PRA yang
normal, bahkan juga pada hipertensi dengan PRA yang
rendah. Obat ini juga merupakan antihipertensi yang
efektif untuk pengobatan gagal jantung dengan terapi
kombinasi lain. Kombinasi dengan tiazid memberikan efek
aditif sedangkan kombinasi dengan b-blockermemberikan
efek yang kurang aditif.
Indikasi:
• Untuk pengobatan hipertensi sedang dan berat yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan kombinasi lain.
• Kaptopril dapat dipergunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan obat antihipertensi lain terutama tiazid.
• Payah jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol dengan diuretik dan digitalis.
Kontraindikasi:
• Hipersensitif terhadap kaptopril dan obat-obat ACE inhibitor lainnya.
Dosis:
• Dewasa:
• Hipertensi : Dosis awal adalah 12,5 mg-25 mg, 2-3 kali sehari.
• Bila setelah 2 minggu belum diperoleh penurunan tekanan darah, maka dosis dapat ditingkatkan sampai 50 mg,
2-3 kali sehari.
• Gagal jantung : Dosis awal adalah 25 mg, 3 kali sehari, sebaiknya dimulai dengan 12,5 mg, 3 kali sehari.
Efek samping:
• Umumnya kaptopril dapat ditoleransi dengan baik.
• Efek samping yang dapat timbul adalah ruam kulit, gangguan pengecapan, neutropenia, proteinuria, sakit
kepala, lelah/letih dan hipotensi.
• Efek samping ini bersifat dose related dengan pemberian dosis kaptopril kurang dari 150 mg per hari, efek
samping ini dapat dikurangi tanpa mengurangi khasiatnya.
• Efek samping lain yang pernah dilaporkan: umumnya asthenia, gynecomastia.
• Kardiovaskular : cardiac arrest, cerebrovascular accident/insufficiency, rhythm disturbances, orthostatic
hipotension, syncope.
• Dermatologi : bullous pemphigus, erythema multiforme exfoliative dermatitis.
• Gastrointestinal : pankreatitis, glossitis, dispepsia.
• Hepatobiliary : jaundice, hepatitis, kadang-kadang nekrosis, cholestasis.
• Metabolit : symptomatic hyponatremia.
• Musculoskeletal : myalgia, myasthenia.
• Nervous/psychiatric : ataxia, confusion, depression, nervousness, somnolence.
• Respiratory : bronchospasm, eosinophilic pneumonitis, rhinitis, blurred vision, impotence.
• Seperti ACE inhibitor lainnya dapat menyebabkan sindroma termasuk: myalgia, arthralgia, interstitial nephritis,
vasculitis, peningkatan ESR.
Peringatan dan perhatian:

• Neutropenia/agranulositosis:
• Neutropenia akibat pemberian kaptopril (jumlah neutrofil kurang dari 1000/mm3) 2 kali berturut-turut,
bertahan selama obat diteruskan, insidensinya 0,02% (1/4544) pada penderita dengan fungsi ginjal (kreatinin
serum > 2 mg/dl), dan menjadi 7,2% (8/111) pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan penyakit
vaskular kolagen seperti lupus (SLE) atau skleroderma.
• Neutropenia muncul dalam 12 minggu pertama pengobatan, dan reversibel bila pengobatan dihentikan (90%
penderita dalam 3 minggu) atau dosisnya diturunkan.
• Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan juga penderita yang mendapat obat-obat lain yang diketahui
dapat menurunkan leukosit (obat-obat sitotoksik, imunosupressan, fenilbutazon dan lain-lain), harus dilakukan
hitung leukosit sebelum pengobatan setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama pengobatan dan periodik setelah
itu.
• Mereka juga harus diberi tahu agar segera melapor kepada dokternya bila mengalami tanda-tanda infeksi akut
(faringitis, demam), karena mungkin merupakan petunjuk adanya neutropenia.
• Proteinuria/sindroma nefrotik:
• Proteinuria yang lebih dari 1 g sehari terjadi pada 1,2% (70/5769) penderita hipertensi yang diobati dengan
kaptopril.
• Diantaranya penderita tanpa penyakit ginjal/proteinuria sebelum pengobatan, insidensinya hanya 0,5%
(19/3573) yakni 0,2% pada dosis kaptopril < 150 mg sehari dan 1% pada dosis kaptopril > 150 mg sehari. Pada
penderita dengan penyakit ginjal/proteinuria sebelum pengobatan, insidensinya meningkat menjadi 2,1%
946/2196), yakni 1% pada dosis kaptopril > 150 mg sehari. Sindroma nefrotik terjadi kira-kira 1/5 (7/34)
penderita dengan proteinuria.
• Data mengenai insiden proteinuria pada penderita GJK belum ada. Glumerulopati membran ditemukan pada
biopsi tetapi belum tentu disebabkan oleh kaptopril karena glumerulonefritis yang subklinik jugma ditemukan
pada penderita hipertensi yang tidak mendapat kaptopril. Proteinuria yang terjadi pada penderita tanpa
penyakit ginjal sebelumnya pengobatan tidak disertai dengan gangguan fungsi ginjal. Proteinuria biasanya
muncul setelah 3-9 bulan pengobatan (range 4 hari hingga 22 bulan). Pada sebagian lagi, proteinuria menetap
meskipun obat dihentikan. Oleh karena itu pada penderita dengan risiko tinggi, perlu dilakukan pemeriksaan
protein dalam urin sebelum pengobatan, sebulan sekali selama 9 bulan pertama pengobatan dan periodik
setelah itu.
Gagal ginjal/akut:
Fungsi ginjal dapat memburuk akibat pemberian kaptopril
pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal sebelum
pengobatan. Gejala ini muncul dalam beberapa hari
pengobatan; yang ringan (kebanyakan kasus) reversibel atau
stabil meski pengobatan diteruskan, sedangkan pada yang
berat dan progresif, obat harus dihentikan. Gejala ini akibat
berkurangnya tekanan perfusi ginjal oleh kaptopril, dan
karena kaptopril menghambat sintesis A II intrarenal yang
diperlukan untuk konstriksi arteriola eferen ginjal guna
mempertahankan filtrasi glomerulus pada stenosis arteri
ginjal. Gagal ginjal yang akut dan progesif terutama terjadi
pada penderita dengan stenosis arteri tinggi tersebut,
pemberian kaptopril harus disertai dengan monitoring fungsi
ginjal tunggal 93/8). Karena itu pada penderita dengan risiko
tinggi tersebut, pemberian kaptopril harus disertai dengan
monitoring fungsi ginjal (kreatinin serum dan BUN), dan dosis
kaptopril dimulai serendah mungkin. Bila terjadi azotemia
yang progresif, kaptopril harus dihentikan dan gejala ini
reversibel dalam 7 hari.
Morbiditas dan mortalitas pada fetus dan neonatus:

Pemakaian obat penghambat ACE pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan/kelainan


organ pada fetus atau neonatus. Apabila pada pemakaian obat ini ternyata wanita itu hamil,
maka pemberian obat harus dihentikan dengan segera. Pada kehamilan trimester II dan III dapat
menimbulkan gangguan antara lain; hipotensi, hipoplasia-tengkorak neonatus, anuria, gagal
ginjal reversibel atau irreversibel dan kematian.
Juga dapat terjadi oligohidramnion, deformasi kraniofasial, perkembangan paru hipoplasi,
kelahiran prematur, perkembangan, retardasi intrauteri, patenduktus arteriosus.
Bayi dengan riwayat dimana selama didalam kandungan ibunya mendapat pengobatan
penghambat ACE, harus diobservasi intensif tentang kemungkinan terjadinya hipotensi, oliguria
dan hiperkalemia.

Interaksi obat:
Pemberian obat diuretik hemat kalium (spironolakton-triamteren, anulona) dan preparat kalium
harus dilakukan dengan hati-hati karena adanya bahaya hiperkalemia.
Penghambat enzim siklooksigenase sepeti indometasin, dapat menghambat efek kaptopril.
Disfungsi neurologik pernah dilaporkan terjadi pada pasien yang diberi kaptopril dan simetidin.
Kombinasi kaptopril dengan allopurinol tidak dianjurkan, terutama gagal ginjal kronik.
PARACETAMOL
Komposisi
Tiap tablet mengandung Parasetamol 500
mg.
Cara Kerja
Parasetamol adalah derivat p-aminofenol
yang mempunyai sifat antipiretik /
analgesik.
Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus
aminobenzen dan mekanismenya diduga
berdasarkan efek sentral.
Sifat analgesik Parasetamol dapat
menghilangkan rasa nyeri ringan sampai
sedang. Sifat antiinflamasinya sangat lemah
sehingga tidak digunakan sebagai
antirematik.
Pada penggunaan per oral Parasetamol
diserap dengan cepat melalui saluran cerna.
Kadar maksimum dalam plasma dicapai
dalam waktu 30 menit sampai 60 menit
setelah pemberian.
Parasetamol diekskresikan melalui ginjal,
kurang dari 5% tanpa mengalami perubahan
dan sebagian besar dalam bentuk
terkonyugasi.
Indikasi
Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal.
Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit
waktu haid dan sakit pada otot.
Menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.
Dosis
Dibawah 1 tahun : ½ - 1 sendok teh atau 60 – 120 mg, tiap 4 - 6 jam.
1 - 5 tahun : 1 - 2 sendok teh atau 120 – 250 mg, tiap 4 - 6 jam.
6 - 12 tahun : 2 - 4 sendok teh atau 250 – 500 mg, tiap 4 - 6 jam.
Diatas 12 tahun : ½ - 1 g tiap 4 jam, maksimum 4 g sehari.
Cara Penggunaan Obat
Melalui mulut (per oral).
Efek Samping
Dosis besar menyebabkan kerusakan fungsi hati.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap parasetamol dan defisiensi glokose-6-fosfat dehidrogenase.
Tidak boleh digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi hati.
Interaksi Obat
Parasetamol diduga dapat menaikkan aktivitas koagulan dari kumarin.
Cara Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
Perhatian
Pemberian harus berhati-hati pada pasien dengan gangguan ginjal serta penggunaan jangka
lama pada pasien anemia.
Jangan melampaui dosis yang disarankan.
Harap ke dokter bila gejala demam belum sembuh dalam 2 hari atau rasa sakit tidak
berkurang selama 5 hari.
SEKIAN DARI PRESENTASI KAMI………..

Anda mungkin juga menyukai