Anda di halaman 1dari 43

Hypertonic Saline Or Mannitol For Treating

Elevated Intracranial Pressure In Traumatic


Brain Injury: A Meta-analysis Of
Randomized Controlled Trials
Subtitle
IDENTITAS JURNAL
▪ Judul artikel: Hypertonic saline or mannitol for treating elevated intracranial
pressure in traumatic brain injury: a meta-analysis of randomized controlled trials

▪ Tahun terbit: 2018


▪ Penulis: Gu, et al
▪ Jurnal: Neurosurgical Review
ABSTRAK
Latar • Terapi hyperosmolar adalah terapi utama untuk peningkatan TIK pada
Traumatic Brain Injury (TBI), dimana sering digunakan hypertonic saline (HS)
Belakang mannitol
• Meta-analisis ini membandingkan keuntungan dan kekurangan mannitol
dengan HS untuk peningkatan TIK setelah TBI
Metode • Penelitian Meta-analisis
• Jurnal dicari dari PubMed, EMBASE, Cochrane, data Wan Fang, VIP,
SinoMed, dan CNKI
• Penelitian diinklusi berdasarkan kualitas menurut skala Jadad dan kriteria
seleksi
• Melibatkan 12 RCT yang terdiri dari 438 pasien

Hasil • HS dan mannitol serupa dalam memperbaiki outcome dan menurunkan TIK
• Serum sodium dan osmolalitas meningkat setelah injeksi saline hipertonik

Kesimpulan • Belum dapat ditarik rekomendasi memilih antara saline hipertonik atau
mannitol
• Untuk hipertensi intracranial refraktorik, saline hipertonik tampak lebih baik
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
▪ Traumatic Brain Injury (TBI)/Cedera kepala berat masih menjadi masalah utama
dimana mencapai 349 per 100,000 orang per tahun di seluruh dunia
▪ Tekanan intracranial (TIK) adalah predictor utama perburukan neurologis pada
pasien dengan TBI, dimana peningkatan TIK berhubungan dengan outcome
neurologis buruk
▪ Terapi hyperosmolar adalah terpai utama peningkatan TIK pada TBI, dimana
mannitol adalah gold standard untuk mengendalikan hipertensi intracranial
▪ Walau demikian, mannitol mempunyai berbagai efek samping seperti acute renal
failure, eleveasi TIK rebound, dan hipovolemia
PENDAHULUAN
▪ Saline hipertonik (HS) telah digunakan sebagai alternative dari mannitol
▪ Meta-analisis sebelumnya menemukan HS lebih efektif dibandingkan mannitol
dalam menurunkan TIK
▪ Guideline manajemen TBI dari Brain Trauma Foundation menyatakan “masih
belum terdapat cukup bukti untuk mendukung rekomendasi formal (HS)”
▪ Penelitian ini adlaah meta-analisis yang membandingkan keunggulan dan
kelemahan mannitol vs saline hipertonik untuk penanganan TIK meningkat
karena TBI
METODE
Desain Penelitian • Meta-Analisis

Pencarian • Didapat dari database PubMed, EMBASE, CENTRAL, Wan


Penelitian Fang, VIP, SinoMed, dan CNKI
• Dicari menggunakan kata kunci “intracranial pressure”,
“hypertonic saline”, dan “Mannitol”
• Pencarian selesai pada 31 Desember 2017
• Setiap penelitian dikaji kualitas dengan skala Jadad
Pengambilan data • Didapat tahun penelitian, nama penulis, negara, data
demografi, definisi kendali TIK, formulasi obat, hasil
• Outcome yang dikaji adalah maksimum penurunan rata-rata
TIK setiap kelompok pengobatna
• Outcome sekunder adalah sodium serum kasimal,
osmolaritas serum maksimal, resiko relative penanganan
TIK yang berhasil, outcome fungsional
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
• Penelitian RCT • Penelitian hewan, kohort, dan laporan
• Pasien berumur 14 tahun keatas yang kasus
menderita TBI dengan TIK tinggi • Pasien dengan gagal ginjal dan hati,
• Intervensi adalah saline hipertonik dan disfungsi jantung, atau syok
mannitol hipovolemik
• Tersedia full-text • Penelitian yang tidak membandingkan
pengaruh peningkatan TIK antara HS
dan mannitol
• Literatur kualitas rendah (Skor Jadad
<2)
HASIL PENELITIAN
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
▪ Hasil kedua obat serupa dalam kemampuan untuk meningkatkan
fungsi dan menurunkan angka kematian
▪ Hasil ini sejalan dengan sudut pandang Burgess et al. dan Berger et al.
Mengenai pengurangan tekanan intrakranial, tampaknya tidak ada
keuntungan signifikan dari satu agen hipertonik tertentu
▪ Dengan membandingkan titik waktu pengobatan yang berbeda, dua
penelitian lain menyimpulkan bahwa efek penurun ICP yang lebih besar
diperoleh dari larutan garam hipertonik
PEMBAHASAN
▪ Dua review sistematis lain menemukan bahwa salin hipertonik lebih baik daripada
mannitol, tetapi kriteria inklusi dan eksklusi kurang mendetail dibandingkan penelitian
ini
▪ Guideline edisi keempat untuk Penatalaksanaan TBIParah merekomendasikan ICP>
22 mmHg sebagai ambang TIK yang diobati, karena nilai di atas kadar ini akan
meningkatkan mortalitas .
▪ Dalam meta-analisis ini, ini tidak ada perbedaan dalam meningkatkan fungsi dan
menurunkan angka kematian antara menggunakan saline hipertonik dan manitol. Ini
mungkin sebagian karena kenyataan bahwa sebagian besar penelitian sebelumnya
tidak menetapkan angka ini sebagai ambang pengobatan ICP.
PEMBAHASAN
▪ Kontrol tekanan intracranial tampak jelas lebih baik bila menggunakan salin hipertonik,
yang konsisten dengan temuan sebelumnya.
▪ Eskandari et al., Dalam sebuah penelitian yang melibatkan 11 pasien TBI dewasa
dengan hipertensi intrakranial, yang menerima 14,6% suntikan HS setelah semua
terapi medis gagal, menyimpulkan bahwa pasien TBI dengan hipertensi intrakranial
refrakter dapat diobati dengan aman dan efektif oleh saline hipertonik
▪ Walau demikian, masih terdapat kekhawatiran tentang keamanan saline hipertonik
dalam penerapan klinis.
▪ Dalam penelitian ini, terdapat peningkatan yang signifikan dalam serum natrium dan
osmolalitas setelah injeksi salin hipertonik.
PEMBAHASAN
▪ Untuk lebih memahami kerusakan hyperosmolality pada tubuh, natrium serum dan
osmolalitas serum harus diperhatikan lebih sering dalam penelitian selanjutnya; efek
samping juga harus dicantumkan dalam laporan. Selain itu, penelitian lebih lanjut dan
uji klinis lebih lanjut diperlukan untuk menentukan konsentrasi optimal dari garam
hipertonik dalam mengobati hipertensi intrakranial traumatis.
KESIMPULAN
Secara umum, hasil kami tidak memberikan rekomendasi khusus
untuk memilih hipertonik saline atau manitol sebagai lini pertama
untuk pasien dengan peningkatan ICP yang disebabkan oleh TBI.
Namun, untuk hipertensi intrakranial refrakter, penggunaan salin
hipertonik tampaknya lebih baik
CRITICAL APPRAISAL
Analisis PICO

P : Pasien TBI dengan TIK I : Saline hipertonik


meningkat

C : Mannitol O:
• Penurunan TIK dan berbagai
outcome
Critical Appraisal (JUDUL)
No Kriteria Ya (+), Tidak (-)

1 Jumlah kata dalam judul, < 12 kata +

2 Deskripsi Judul Menggambarkan isi utama penelitian


dan tanpa singkatan
3 Daftar penulis sesuai aturan jurnal +

4 Korespondensi penulis +
5 Tempat & waktu penelitian dalam judul Tempat (-), Waktu (-)
Abstrak
No Kriteria Ya (+), Tidak (-)

1 Abstrak 1 paragraf +
2 Mencakup IMRC +
3 Secara keseluruhan informatif +
4 Tanpa singkatan selain yang baku +
5 Kurang dari 250 kata +
Pendahuluan

No Kriteria Ya (+), Tidak (-)


1 Terdiri dari 2 bagian atau 2 paragraf
-
2 Paragraf pertama mengemukakan alasan dilakukan
+
penelitian
3 Paragraf ke 2 menyatakan hipotesis atau tujuan
-
penelitian
4 Didukung oleh pustaka yang relevan
+
5 Kurang dari 1 halaman
+
Bahan dan Metode
No Kriteria Ya(+), Tidak (-)
1 Jenis dan rancangan penelitian +
2 Waktu dan tempat penelitian Waktu -/tempat-
3 Populasi Sumber +
4 Teknik sampling +
5 Kriteria inklusi +
6 Kriteria eksklusi +
7 Perkiraan dan perhitungan besar sempel -
8 Perincian cara penelitian +
9 Blind -
10 Uji Statistik -
11 Program komputer -
12 Persetujuan subjektif +
Hasil Penelitian
No. Kriteria Ya (+) Tidak (+)
1 Jumlah Subjek +
2 Tabel Karakteristik +
3 Tabel Hasil Penelitian +
4 Komentar dan Pendapat Penulis ttg +
hasil
5 Tabel Analisis data dengan Uji +
Kesimpulan dan Daftar Pustaka
No. Kriteria Ya (+) Tidak (+)
1 Pembahasan dan kesimpulan terpisah +
2 Pembahasan dan kesimpulan di paparkan +
dengan jelas
3 Pembahasan mengacu dari penelitian +
sebelumnya
4 Pembahasan sesuai dengan landasan teori +
5 Keterbatasan Penelitian +
6 Simpulan berdasarkan penelitian +
7 Saran Penelitian +
8 Penulisan Daftar Pustaka sesuai aturan +
Validitas
Bukti Valid
Pertanyaan Jawaban
Apakah alokasi pasien pada penelitian ini dilakukan secara Tidak Relevan
acak? (Meta analisis)
Apakah pengamatan pasien dilakukan secara cukup panjang Tidak Relevan
dan lengkap? (Meta analisis)
Apakah semua pasien dalam kelompok yang diacak, Tidak Relevan
dianalisis? (Meta analisis)
Apakah pasien dan dokter tetap blind dalam melakukan Tidak Relevan
penelitian, selain dari terapi yang diuji? (Meta analisis)
Apakah ada kelompok kontrol ? Tidak Relevan
(Meta analisis)
IMPORTANCY
Q: Did the study address a clearly focused question /
issue?
A: Ya, penelitian mengkaji pertanyaan terfokus, yaitu
tentang efektifitas terapi
Importancy
Q: Were objective and unbiased outcome criteria used?
A: Sudah, kriteria outcome diperiksa dengan instrumen objektif
Importancy
Q: Could there be confounding factors that haven’t been
accounted for?
A: Penelitian sudah cukup menyingkirkan faktor perancu
dengan kriteria eksklusi
Importancy
Q: Can the results be applied to your practice?
A: Penelitian dapat diterapkan ke praktik di Indonesia
Application
Q: Apakah pasien yang dikaji begitu berbeda sehingga tidak
dapat diterapkan secara umum ?

A: Penelitian adalah meta analisis sehingga populasi dari


penelitian-penelitian yang dikaji diambil secara acak sehingga
dapat diterapkan secara umum
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai