Anda di halaman 1dari 36

Analisis Sebelum dan Sesudah Penerapan IFRS pada

Perusahaan Telekomunikasi di Indonesia (Studi Kasus di


PT Telkom
Indonesia Tbk (Persero)

Disusun Oleh :
Wulan Purnomo 1660031005
Zein Husein Siregar 166 003 0003

Januari 2017
1
International Financial Reporting Standard (IFRS) adalah satu
set standar akuntansi yang dikembangkan oleh independen, non-profit
organisasi bernama International Accounting Standards Board
(IASB). Tujuan IASB adalah untuk mengembangkan standar
akuntansi global yang berkualitas, untuk mempromosikan
penggunaan aplikasi ketat standar tersebut dan berkoordinasi dengan
organisasi akuntansi nasional dan peraturan untuk menyelaraskan
standar akuntansi yang ada dengan IFRS
Struktur Standar Pelaporan Keuangan Internasional terdiri dari:
1.Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS), standar
yang dikeluarkan setelah tahun 2001.
2.Standar Akuntansi Internasional (IAS), standar yang
dikeluarkan sebelum 2001.
3.Interpretasi berasal dari International Financial Reporting
Komite Interpretasi (IFRIC), yang dikeluarkan setelah tahun
2001.
4.Komisi Interpretasi (SIC), yang diterbitkan sebelum 2001.
5.Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan
Pertanyaan pada penelitian ini adalah:
1.Apakah perubahan yang terjadi di dalam penyajian laporan
keuangan PT Telkom Indonesia Tbk (Persero) setelah
konvergensian IFRS?
2.Apakah perbedaan penyajian laporan keuangan PT Telkom
Indonesia Tbk (Persero) berdasarkan PSAK konvergensian
IFRS dan laporan keuangan PT Telkom Indonesia Tbk
(Persero) yang telah mengadopsi IFRS?
Dengan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity,
Thread) terkait penerapan IFRS pada PT Telkom Indonesia,
maka dapat diuaraikan sebagai berikut:
a.Strengtht
1)Perusahaan memiliki sumber daya manusia yang handal.
Sumber daya manusia pada PT Telkolm Indonesia telah melalui
proses rekrutmen yang baik dan telah mengikuti serangkaian
pelatihan-pelatihan pengembangan sumber daya manusia yang
memadai.
2)Perusahaan memiliki anak-anak perusahaan baik di dalam dan luar
negeri, sehingga terkait knowledge dalam penerapan IFRS bisa
saling bertukar pengetahuan, khususnya ketika melakukan proses
konsolidasi.

3)Perusahaan memiliki pendanaan yang kuat. Hal ini penting dalam


rangka melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan IFRS secara
cepat.
b.Weakness
1)Knowledge masih harus selalu dilakukan impvemet.
IFRS mengalami perubahan dan revisi yang sangat cepat, sehingga
harus selalu mengikuti perkembangan standar setiap tahun dan
melakukan persiapan-persiapan yang diperlukan.

2)Sistem IT yang kurang mendukung.


Sistem IT sangat diperlukan untuk mendukung pelaksanaan
IFRS, karena dalam penerapan IFRS seringkali kesulitan dalam
melakukan pengukuran, misalnya terkait penerapan PSAK 50, 55,
dan 48.
3)Kelemahan Pada Proses transliterasi/penerjemahan bahasa
Inggris dalam standar IFRS ke dalam Bahasa Indonesia. Salah
satu kelemahan SDM Indonesia adalah kesulitan dalam
menerjemahkan IFRS.

4)Biaya yang mahal. Dalam proses adopsi IFRS perusahaan


harus menyisihkan pos anggaran tersendiri. Biaya yang dikeluarkan
tidaklah sedikit. Biaya ini biasanya menyangkut pengadaan sistem
informasi akuntansi yang baru.
c. Opportunity
1) Penggunaan standar akuntansi keuangan dapat meningkatkan
keakuratan dalam menilai performa perusahaan yang tercermin dalam
laporan keuangan. Asbaugh dan Pincus (2001) menyatakan bahwa
keakuratan analisis yang dilakukan oleh analis keuangan meningkat
setelah perusahaan mengadopsi/menggunakan standard akuntansi
internasional (IFRS). Menurut Asbaugh dan Pincus (2001)
meningkatnya keakuratan analisis dari para analis keuangan
disebabkan karena standar akuntansi internasional mensyaratkan
pengungkapan kondisi keuangan yang lebih rinci daripada standar
akuntansi lokal.
2)Dari penggunaan standar akuntansi internasional adalah
dimungkinkannya perbandingan antar perusahaan yang berdomisili
pada dua tempat yang berbeda (contoh: membandingkan perusahaan
yang beroperasi di Indonesia dan yang beroperasi di Australia). Hal
ini dimungkinkan karena kesamaan aturan dan prinsip-prinsip
akuntansi yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan sehingga
memudahkan dilakukan perbandingan informasi-informasi keuangan
diantara perusahaan-perusahaan yang bersangkutan.
3)Konvergensi PSAK dengan IFRS dapat membawa manfaat
bagi iklim investasi di Indonesia. Hal ini disebabkan karena
kemudahaan para investor untuk membandingkan informasi-informasi
keuangan dari perusahaan di Indonesia dengan perusahaan di negara
lain. Lebih lanjut lagi analisis-analisis yang dilakukan oleh para
pakar keuangan terhadap informasi keuangan perusahaan Indonesia
dapat lebih akurat sehingga dapat mengurangi keraguan investor akan
kekeliruan pengambilan keputusan berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan para analis.
4)Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena
laporan keuangan akan lebih mudah dikomunikasikan ke investor
global. Sebagai perusahaan publik yang bersinggungan dengan
investor baik dalam maupun luar negeri menjadi urgen untuk dapat
memberikan laporan yang akuntabel dan dapat dipahami oleh semua
calon investor meskipun dari luar negeri.
5)Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banya
kmenggunakan nilai wajar. IFRS
6)Memiliki tiga ciri utama yaitu principles based, lebih banyak
menggunakan nilai wajar sebagai dasar penilaian dan pengungkapan
yang lebih banyak. Standar yang bersifat principles based hanya
7)Kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila
harga-harga fluktuatif. Penggunaan nilai wajar dalam menilai dan
pengungkapan aktivitas perusahaan yang didasarkan pada faktor
keekonomisan membuat penilaian asset maupun biaya fluktuatif seiring
dengan fluktuatifnya harga dan biaya yang terjadi di pasaran.
8)Smoothing income menjadi semakin sulit dengan penggunakan
balance sheet approach dan fair value. Kesempatan untuk mengotak-
atik laporan keuangan yang ditujuakan untuk tetap menjaga tingkat
laba oleh manajemen akan semakin sulit dilakukan.
d. Thread
1)Pengukuran yang berbeda-beda antara satu perusahaan dengan
perusahaan yang lain, karena menggunakan metode penetapan nilai
wajar yang berbeda-beda.
2)Kondisi perundangan - undangan yang belum tentu sinkron dengan
IFRS.
Regulasi yang berkaitan dengan standar akuntansi dan pelaporan
keuangan di Indonesia tidak begitu jelas. Terdapat banyak
perundang-undangan yang kurang mendukung terhadap standar
akuntansi dan pelaporan keuangan.
PT Telkom Indonesia Indonesia menerapkan IFRS secara
bertahap mulai tahun 2011. PT Telkom Indonesia mampu
melaksanakan IFRS secara baik karena telah memiliki sumber
daya manusia yang selalu siap mengadapi perubahan, dan didukung
dengan pendanaan yang cukup.
Terkait dengan penerapan IFRS, Telkom juga berperan aktif mendukung
implementasi IFRS di BUMN lainnya dan terlibat sebagai narasumber,
berikut beberapa kegiatan yang telah dilakukan:
•Telkom terlibat aktif menjadi Tim Kerja Koordinasi BUMN untuk
Antisipasi Penerapan IFRS ke dalam SAK Indonesia, salah satu wujudnya
adalah menjadi narasumber dan pengajar untuk workshop penerapan SAK
Indonesia Baru (IFRS) untuk BUMN;
•Telkom memberikan jasa pendampingan konvergensi SAK Indonesia-IFRS
kepada salah satu BUMN di Indonesia dan ini merupakan langkah awal
untuk membantu proses konvergensi di BUMN-BUMN lainnya
Terkait dengan penerapan IFRS, Telkom juga berperan aktif mendukung
implementasi IFRS di BUMN lainnya dan terlibat sebagai narasumber,
berikut beberapa kegiatan yang telah dilakukan:
•Telkom terlibat aktif menjadi Tim Kerja Koordinasi BUMN untuk
Antisipasi Penerapan IFRS ke dalam SAK Indonesia, salah satu wujudnya
adalah menjadi narasumber dan pengajar untuk workshop penerapan SAK
Indonesia Baru (IFRS) untuk BUMN;
•Telkom memberikan jasa pendampingan konvergensi SAK Indonesia-IFRS
kepada salah satu BUMN di Indonesia dan ini merupakan langkah awal
untuk membantu proses konvergensi di BUMN-BUMN lainnya
Penelitian ini berfokus pada proses penerapan konvergensi IFRS dan
perbandingan dua pedoman standar akuntansi yang dilaksanakan PT Telkom
Indonesia dalam laporan keuangan perusahaan selama periode 2010 -
2013.Berdasarkan hasil analisis data peneliti melalui analisa dokumen dan
wawancara dengan bagian kebijakan akuntansi menunjukkan terdapat beberapa
pedoman standar akuntansi yang berpengaruh signifikan dan tidak signifikan
akibat pelaksanaan proses konvergensi IFRS pada laporan keuangan
perusahaan. Pedoman standar akuntansi yang berpengaruh signifikan dalam
laporan keuangan PT Telkom Indonesia adalah sebagai berikut:
1. PSAK 1 (Revisi 2009), "Penyajian Laporan Keuangan"
2. PSAK 22 (Revisi 2010), "Kombinasi Bisnis"
3. PSAK 60, "Instrumen Keuangan: Pengungkapan"
4. PSAK 7 (Revisi 2010), "Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi"
5. ISAK 25, "Hak Atas Tanah"
6. PSAK 38 (Revisi 2012), "Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali"
7. ISAK 16 "Perjanjian Konsesi Jasa"
Standar IFRS menjadi tolok ukur dalam perbandingan ini dikarenakan proses
pengadopsian IFRS secara penuh yang ditetapkan oleh DSAK IAI.
Standar-standar IFRS yang menjadi perhatian utama peneliti adalah sebagai
berikut:
IFRIC 12 "Service concession arrangements"
Standar ini berperan pada rekonsiliasi beberapa akun laporan keuangan PT
Telkom Indonesia periode 2011 -2013. Akun-akun laporan keuangan tersebut
adalah piutang usaha, aset tetap, pendapatan, beban operasi dan beban
depresiasi. Standar ini memberikan penjelasan pedoman perjanjian konsesi jasa.
Pada perjanjian konsesi jasa untuk setiap aset konsesi dianggap oleh
perusahaan tidak sebagai aset tetap perusahaan. Aset konsesi dimaksudkan
sebagai aset yang digunakan untuk kepentingan publik. Pengakuan pendapatan
dan beban pada perjanjian ini merujuk pada IAS 11 dan IAS 18.
Perbedaan pengakuan pendapatan dan beban antara laporan keuangan perusahaan
berdasarkan IFRS dan PSAK terjadi pada periode 2011 dan 2012 dikarenakan belum
diterapkannya SAK yang sama dengan IFRS pada laporan keuangan perusahaan. 2.
IAS 17 "Land rights"
Standar ini berperan pada rekonsiliasi beberapa akun laporan keuangan PT Telkom
Indonesia periode 2011 - 2013. Akun-akun yang terpengaruh adalah aset tetap dan beban
depresiasi perusahaan. Standar ini memberikan penjelasan bahwa untuk hak atas tanah
diakui sebagai bagian penyusutan aset tetap perusahaan. PT Telkom Indonesia pada
laporan keuangan berdasarkan IFRS mengakui hak atas tanah sebagai sewa pembiayaan
dan diamortisasi selama masa sewa hak atas tanah. Pada SAK hak atas tanah diakui
sebagai aset tetap dan tidak diamortisasi kecuali dapat diprediksi bahwa tak mungkin atau
kecil kemungkinan bahwa perpanjangan atau pembaharuan hak dapat diperoleh.
IAS 19 "Employee benefits - actuarial gains and losses"
Standar ini berperan pada rekonsiliasi beberapa akun laporan keuangan PT Telkom
Indonesia periode 2011 - 2013. Akun-akun tersebut adalah yaitu beban pensiun,
liabilitas diestimasi imbalan kesehatan pasca kerja, beban karyawan dan rugi/laba
aktuaria program pensiun manfaat pasti. Standar ini menjelaskan pedoman pengakuan
keuntungan dan kerugian aktuaria. PT Telkom Indonesia berdasarkan laporan
keuangan berdasarkan IFRS langsung mengakui laba atau rugi aktuaria pada
penghasilan komprehensif lainnya periode tahun berjalam. Pada laporan keuangan
berdasarkan PSAK mengakui keuntungan dan kerugian aktuaria pada penghasilan
atau beban dengan kondisi akumulasi keuntungan dan kerugian aktuarial bersih yang
belum diakui pada akhir tahun pelaporan sebelumnya melebihi 10% dari nilai kini
imbalan pasti.
IFRS 1 "First-time Adoption of International Financial Reporting
Standards"
Standar ini berperan pada rekonsiliasi beberapa akun laporan keuangan PT
Telkom Indonesia periode 2011-2013. Akun-akun tersebut adalah selisih kurs
karena penjabaran laporan keuangan dan aset pensiun. Standar ini memberikan
beberapa pengecualian dalam pencatatan akuntansi perusahaan kepada
perusahaan yang pertama kali mengadopsi IFRS. Pada akun selisih kurs
karena penjabaran laporan keuangan dan aset pensiun dianggap menjadi nihil
dikarenakan pengecualian yang diberikan oleh IFRS 1 untuk laporan
keuangan perusahaan yang bertransisi ke IFRS pertama kali.
IFRS 3 "Business Combination"
Standar ini berperan pada rekonsiliasi akun aset tak berwujud PT
Telkom Indonesia pada tahun 2011. Pada standar ini menetapkan
bahwa untuk perusahaan yang pertama kali mengadopsi IFRS ini
maka amortisasi goodwill dari kombinasi bisnis sebelumnya dihentikan
dan menguji penurunan goodwill sesuai dengan IAS 36.
IAS 1 "Presentation of Financial Statement"
Standar ini menjelaskan pedoman dasar dalam mempresentasikan laporan keuangan
perusahaan bagi perusahaan yang pertama kali mengadopsi IFRS. Standar ini
berperan pada akun cadangan lainnya (other reserves) laporan keuangan PT Telkom
Indonesia periode 2011-2013. Pada laporan keuangan perusahaan periode 2011-2013
berdasarkan IFRS terdapat pencatatan cadangan lainnya perusahaan beserta sifat
dan tujuannya. Pada laporan keuangan perusahaan tahun 2011 berdasarkan PSAK
tidak terdapat pencatatan cadangan lainnya. Pada laporan keuangan perusahaan
tahun 2012 dan 2013 akun cadangan lainnya dicatat sebagai komponen ekuitas
lainnya pada pos ekuitas perusahaan. Penjelasan sifat dan tujuan komponen ekuitas
lainnya tidak terdapat pada catatan laporan keuangan perusahaan berdasarkan
PSAK.
Pada hasil penelitian ini juga menemukan bahwa selama proses konvergensi IFRS
yang dilaksanakan, laporan keuangan PT Telkom Indonesia menunjukkan
peningkatan untuk nilai aset, liabilitas, ekuitas, penghasilan dan laba komprehensif
selama periode 2011-2013. Hasil analisis rasio yang dilaksanakan pada penelitian ini
juga menunjukkan tren positif selama periode laporan keuangan PT Telkom
Indonesia mengaplikasikan standar akuntansi konvergensian IFRS. Hal ini
ditunjukkan pada meningkatnya angka analisis rasio pengukuran likuiditas,
solvabilitas, profitabilitas dan kinerja operasi PT Telkom Indonesia dari periode
tahun 2010-2013. Penelitian ini juga menemukan dampak diaplikasikannya beberapa
standar IFRS dalam jumlah saldo beberapa akun laporan keuangan PT Telkom
Indonesia. Standar IFRS dan akun perusahaan yang dipengaruhi adalah sebagai
berikut:
IFRIC 12 "Service concession arrangements"
Pada pengaplikasian IFRIC 12 dalam laporan keuangan perusahaan berdasarkan
IFRS, untuk akun aset tetap, pendapatan, biaya operasi dan biaya amortisasi
menunjukkan jumlah saldo yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah saldo akun
yang sama dalam laporan keuangan perusahaan berdasarkan PSAK selama periode
belum diaplikasikannya ISAK yang sama dengan IFRIC 12. Perbedaan ini
dikarenakan perbedaan pengakuan aset tetap sebagai aset konsesi antara laporan
keuangan berdasarkan PSAK dan IFRS. Pada laporan keuangan berdasarkan
PSAK masih menganggap aset konsesi sebagai aset tetap perusahaan. Beban dan
pendapatan yang terkait dengan aset konsesi masih diakui di dalam laporan keuangan
berdasarkan PSAK.
IAS 17 "Land Rights"
Pada pengaplikasian IAS 17 dalam laporan keuangan perusahaan berdasarkan
IFRS untuk akun aset tetap dan biaya amortisasi perusahaan menunjukkan jumlah
saldo yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah saldo akun yang sama dalam
laporan keuangan perusahaan berdasarkan PSAK selama periode 2011-2013.
Perbedaan ini dikarenakan perbedaan pengakuan hak atas tanah sebagai biaya
amortisasi dalam laporan keuangan PT Telkom Indonesia. Pada laporan keuangan
perusahaan berdasarkan IFRS mencatat hak atas tanah sebagai bagian biaya
penyusutan aset tetap. Pada laporan keuangan perusahaan berdasarkan PSAK
tidak mencatat hak atas tanah sebagai bagian biaya penyusutan aset tetap.
IAS 19 "Employee benefits - actuarial gains and losses"
Pada pengaplikasian IAS 19 dalam laporan keuangan perusahaan berdasarkan
IFRS untuk akun liabilitas diestimasian imbalan kesehatan pasca kerja dan
liabilitas diestimasian pensiun dan imbalan pasca kerja lainnya menunjukkan jumlah
saldo yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah saldo akun yang sama dalam
laporan keuangan perusahaan berdasarkan PSAK selama periode 2011-2013.
Perbedaan ini dikarenakan perbedaan pencatatan rugi (laba) aktuaria yang belum
diakui dalam laporan keuangan perusahaan. Pada laporan keuangan berdasarkan
PSAK mencatat rugi (laba) aktuaria yang belum diakui dalam laporan keuangan
perusahaan sebagai bagian dari biaya sedangkan pada laporan keuangan berdasarkan
IFRS tidak mencatat rugi (laba) aktuaria yang belum diakui dalam laporan
keuangan perusahaan sebagai bagian dari biaya.
Simpulan
Penelitian ini mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi dalam laporan
keuangan perusahaan dan memperbandingkan antara laporan keuangan
perusahaan yang sedang menjalankan konvergensi IFRS dan laporan
keuangan yang telah mengadopsi IFRS. Pada wawancara penelitian
menemukan bahwa standar yang mengadopsi IFRS memberikan satu bahasa
kepada penggunanya sehingga perlakuan akuntansi pada laporan keuangan
perusahaan yang terdaftar di satu negara dapat diperbandingkan dengan laporan
keuangan perusahaan di negara yang berbeda.
Pengungkapan yang diatur dalam IFRS lebih detail dibandingkan dengan
pedoman U.S. GAAP dikarenakan lebih banyak terdapat ruang referensi dalam
mengambil keputusan. Hasil temuan peneliti juga konsisten dengan apa yang
diungkapkan oleh Jermakowicz dan Tomaszewski (2006) yang dilakukan di
Inggris mengungkapkan bahwa dampak pengadopsian IFRS akan cenderung
menjadi positif dibandingkan negatif, hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian
sebagai berikut:
Ekuitas perusahaan yang mengadopsi IFRS diharapkan
lebih tinggi daripada ekuitas perusahaan yang mengadopsi US
GAAP.

Meningkatkan keterbandingan diantara perusahaan-


perusahaan yang terdaftar, dan

Meningkatkan transparansi keuangan.


Saran
Berdasarkan temuan penelitian, disarankan DSAK IAI untuk
meneruskan usahanya dalam mengkonvergensi standar akuntansi
IFRS sehingga dapat diaplikasikan pada laporan keuangan
perusahaan yang terdaftar di Indonesia. Penelitian ini juga
menyarankan untuk mengaplikasikan IFRS pada perusahaan
yang belum mengaplikasikan standar tersebut dalam laporan
keuangan perusahaan.
Penelitian ini memiliki beberapa batasan, antara lain bahwa
perusahaan yang diteliti hanya satu dari beberapa perusahaan yang
bergerak di dalam bidang industri yang sama sehingga hasil ini
tidak dapat digeneralisasi secara keseluruhan; standar akuntansi
yang berkaitan dengan pajak tidak dijelaskan perbandingannya
dalam proses konvergensi IFRS dan adopsi IFRS pada
laporan keuangan PT Telkom Indonesia.
Sekian
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai