Anda di halaman 1dari 118

MEKANIKA FLUIDA

DAN HIDRAULIKA
Priquela Aprilya
Siti Nurhaliza
Muhammad Dhifa Ramadhan
Alicia Lidwina A
Daniel Immanuel Cahyarini
KEHILANGAN
TINGGI TEKAN
KEHILANGAN TINGGI TEKAN
Tujuan:
1. Mempelajari pengaruh koefisien gesekan pada pipa.
2. Menghitung besarnya kehilangan tinggi tekan akibat :
◦ Gesekan pada pipa lurus
◦ Ekspansi tiba-tiba
◦ Kontraksi tiba-tiba
◦ Tikungan.
Prosedur Percobaan
PERHITUNGAN
◦ Mengitung debit aliran dan kecepatan air
→Menghitung debit menggunakan prinsip bangku hidrolik
3×𝑊
𝑄=
𝜌× 𝑡
3×2,5
𝑄= = 0,202 L/s
1000× 37,05
→Menghitung kecepatan
𝑄
𝑣=
𝐴
0,202
𝑣= = 1,393 m/s
0,0145267
Menghitung Kehilangan Tinggi Tekan
Akibat Gesekan Pada Pipa Lurus
Menghitung ℎ𝐿
ℎ𝐿 merupakan selisih pembacaan pizeometer nomor 3 dengan
nomor 4 (pipa biru) dan nomor 8 dengan nomor 9 (pipa abu)

ℎ𝐿 = 𝐻3 −𝐻4 = 485 mm−480 mm = 5 mm


Menghitung bilangan Reynolds
(𝑣)(𝐷)
𝑅𝑒 =
(𝑉)
(1,465)(0,0136)
𝑅𝑒 = = 22318,7
(0,893)(10−6 )
Menghitung Kehilangan Tinggi Tekan
Akibat Gesekan Pada Pipa Lurus
 Menghitung besarnya koefisien gesekan menurut Blassius
0,316
𝑓𝐵𝑙𝑎𝑠𝑠𝑖𝑢𝑠 =
𝑅𝑒 0,25
0,316
𝑓𝐵𝑙𝑎𝑠𝑠𝑖𝑢𝑠 = = 0,02585
(22318,7)0,25

 Menghitung besarnya koefisien gesekan menurut Darcy-


Weisbach
2𝐷𝑔ℎ𝐿
𝑓𝐷𝑎𝑟𝑐𝑦 =
𝐿𝑣 2
2(0,0136)(9,8)(5)(0,001)
𝑓𝐷𝑎𝑟𝑐𝑦 = = 0,00068
(91,44)(1,465)2
MENGHITUNG KEHILANGAN TINGGI
TEKAN AKIBAT EKSPANSI TIBA-TIBA
Menghitung kecepatan pada titik tinjau 1 (𝑣1 )
𝑄
𝑣=
𝐴
0,202
𝑣= = 1,393 m/s
0,0145267
Menghitung perbedaan tinggi tekan hasil
pengukuran
ℎ𝐿 = |H7−𝐻8| = |455 mm−480 mm| = 25 mm
MENGHITUNG KEHILANGAN TINGGI
TEKAN AKIBAT EKSPANSI TIBA-TIBA
 Menghitung perbedaan tinggi tekan (ℎ𝐿 ) hasil perhitungan dengan adanya
kehilngan tinggi tekan ( he ≠ 0 )
𝑉12 𝐷1 2 𝐷1
ℎ𝐿 = [( ) − ( )4 ]
𝑔 𝐷2 𝐷2
(1,393)2 0,0136 2 0,0136 4
ℎ𝐿 = [( ) −( ) ] = 39,00415727 mm
(9,8) 0,0262 0,0262

 Menghitung perbedaan tinggi tekan (ℎ𝐿 ) hasil perhitungan tanpa adanya


kehilangan tinggi tekan ( he = 0 ).
𝑉12 𝐷1
ℎ𝐿 = [1 − ( )4 ]
2𝑔 𝐷2
(1,393)2 0,0136 4
ℎ𝐿 = [1 −( ) ] = 91,87992713 mm
2(9,8) 0,0262
Menghitung Kehilangan Tinggi Tekan
Akibat Konstraksi Tiba-tiba
Menghitung kecepatan pada titik tinjau 2 (𝑣2 )
Dengan cara yang sama dengan sebelumnya untuk
mencari kecepatan, didapat 𝑣2 = 1,465 m/s
Menghitung perbedaan tinggi tekan hasil pengukuran
ℎ𝐿 = |𝐻9 −𝐻10| = |465 mm−295 mm| = 170 mm
Menghitung harga koefisien kontraksi Cc
𝐴2 𝐷2 2
=
𝐴1 𝐷1 2
𝐴2
= 3,71229 = 0,269448167
𝐴1
Menghitung Kehilangan Tinggi Tekan
Akibat Konstraksi Tiba-tiba
Menghitung harga koefisien kontraksi Cc
𝐴2 𝐷2 2
= 2
𝐴1 𝐷1
𝐴2
= 3,71229 = 0,269448167
𝐴1
Menghitung Kehilangan Tinggi Tekan
Akibat Konstraksi Tiba-tiba
 Menghitung perbedaan tinggi tekan (ℎ𝐿 ) hasil perhitungan
dengan adanya kehilangan tinggi tekan ( he ≠ 0 )
𝑉22 𝐷2 4 1
ℎ𝐿 = [1 − ( ) − ( − 1)2 ]
2𝑔 𝐷1 𝐶𝑐

 Menghitung perbedaan tinggi tekan (ℎ𝐿 ) hasil perhitungan tanpa


adanya kehilangan tinggi tekan (he = 0)
𝑉22 𝐷2 4
ℎ𝐿 = [1 − ( ) ]
2𝑔 𝐷1
(1,465 𝑚/𝑠)2 0,0262 𝑚 4
ℎ𝐿 = [1 − ( ) ] = 101,6182661 mm
2(9,8 𝑚/𝑠 2 ) 0,0136 𝑚
Menghitung Kehilangan Tinggi Tekan
Akibat Tikungan
Menghitung kecepatan aliran pada tikungan
Dengan cara yang sama dengan sebelumnya untuk
mencari kecepatan, didapat v = 1,481 m/s
◦ Menghitung besarnya bilangan Reynolds (Re)
Dengan cara yang sama pada perhitungan
sebelumnya. Berdasarkan data pada tabel, diperoleh:
Re = 22555,6
Menghitung Kehilangan Tinggi Tekan
Akibat Tikungan
Menghitung koefisien gesekan (𝑓𝐵𝑙𝑎𝑠𝑠𝑖𝑢𝑠 ) menurut
Blassius.
Dengan cara yang sama pada perhitungan
sebelumnya. Berdasarkan data pada tabel, diperoleh:
𝑓𝐵𝑙𝑎𝑠𝑠𝑖𝑢𝑠 = 0,02579
Menghitung kehilangan tinggi tekan total 𝐻𝑇
𝐻𝑇 merupakan selisih pembacaan piezometer nomor 5
dengan nomor 6
𝐻𝑇 = 𝐻5 –𝐻6 = 735 mm−425 mm = 310 mm
Menghitung Kehilangan Tinggi Tekan
Akibat Tikungan
 Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat gesekan (𝐻𝑓 ).
𝑙𝑣 2
𝐻𝑓 = 𝑓𝐵𝑙𝑎𝑠𝑠𝑖𝑢𝑠
2𝐷𝑔
0,9144 𝑚 (1,481 𝑚/𝑠)2
𝐻𝑓 = 0,02579 𝑚 = 0,194020347 m
2(0,0136 𝑚 )(9,8 2 )
𝑠

 Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat perubahan geometri


(tikungan) (𝐻𝑙𝑏 )

𝐻𝑙𝑏 = 𝐻𝑇 − 𝐻𝑓 = 310 mm − 194,020347 mm = 115,9796530 mm


Menghitung Kehilangan Tinggi Tekan
Akibat Tikungan
 Menghitung besarnya 𝐾𝐵
𝐻𝑇 − 𝐻𝑓 2𝑔
𝐾𝐵 =
𝑣2
𝑚
0,310 𝑚 −0,194020347 𝑚 2(9,8 2 )
𝐾𝐵 = 𝑚
𝑠
= 1,036347755
(1,481 𝑠 )2

 Menhitung besarnya 𝐾𝐿
2𝑔 𝜋𝑅
𝐾𝐿 = (ℎ 𝑇 − [1 − ]ℎ𝑓 )
𝑣2 2𝐿
𝑚
2 9,8 2 𝜋 0
𝐾𝐿 = 𝑠
(0,31 − [1 − (0,194020347)]) = 1,036347755
1,481 2 2 0,9144
DATA PERCOBAAN
◦ Data Kehilangan Tekan Akibat Gesekan pada Pipa Lurus Biru
DATA PERCOBAAN
◦ Data Kehilangan Tekan Akibat Gesekan pada Pipa Lurus Abu-
Abu
DATA PERCOBAAN
◦ Data Kehilangan Tekan Akibat Ekspansi Tiba-Tiba

Pengukuran Debit dan Temperatur


No. Jam
Waktu (s) Berat (kg) Debit (l/s) Suhu (°C) D (m) V (m/s) Re hL ekspansi ukur (mm) hL ekspansi hitung tanpa KTT (mm) hL ekspansi hitung dengan KTT
1 13:15 37,05 2,5 0,202 25 0,0136 1,393 21222,32 25 91,87992713 39,00415727
2 13:30 35,23 2,5 0,213 25 0,0136 1,465 22318,67 20 101,6182661 43,13820174
3 13:35 34,86 2,5 0,215 25 0,0136 1,481 22555,56 25 103,7868429 44,05878921
4 14:23 37 2,5 0,203 25 0,0136 1,395 21251 30 92,12841905 39,10964514
5 14:25 36,81 2,5 0,204 25 0,0136 1,403 21360,69 25 93,0819412 39,514427
6 14:29 37,56 2,5 0,200 25 0,0136 1,375 20934,15 30 89,4017252 37,95213012
7 14:32 37,73 2,5 0,199 25 0,0136 1,368 20839,83 30 88,59790576 37,6108989
8 14:35 35,5 2,5 0,211 25 0,0136 1,454 22148,93 25 100,0784016 42,48451037
DATA PERCOBAAN
◦ Data Kehilangan Tekan Akibat Kontraksi Tiba-Tiba
DATA PERCOBAAN
◦ Data Kehilangan Tekan Akibat Kontraksi Tikungan
ANALISIS DATA
Analisis kehilangan tinggi tekan akibat
gesekan pipa lurus
◦ Hubungan antara log Hf dengan log Q dan log f vs log Re pada pipa
pipa biru dan pipa abu-abu dapat dilihat dalam Grafik 1.1 dan Grafik
1.3 berikut: Grafik log Q VS log H f
Pipa Biru
-3.665
-0.78 -0.77 -0.76 -0.75 -0.74 -0.73 -0.72- 3.2603
y = 0.5714x -0.71 -0.7
R² = 1 -3.670

-3.675

-3.680

log Q -3.685

Grafik 1.1 Hubungan log Hf dengan -3.690

log Q dalam pipa biru -3.695

-3.700

-3.705
log Hf
fbla & fdarcy vs Re Pipa Biru
0.03

y = 0.316x-0.25
0.025 R² = 1

0.02

0.015
Grafik 1.2 Hubungan fblassius dan fdarcy
f

0.01 dengan Re dalam pipa biru


0.005
y = 2E-116x25.808
R² = 0.5991
0
20600 20800 21000 21200 21400 21600 21800 22000 22200 22400 22600 22800
Re

fbla vs Re fdarcy vs Re Power (fbla vs Re) Power (fdarcy vs Re)


log Hf Vs log Q Pipa Abu-abu
-0.66
-0.78 -0.77 -0.76 -0.75 -0.74 -0.73 -0.72 -0.71 -0.7
-0.665

-0.67

-0.675

-0.68

Grafik 1.3 Hubungan log Hf dengan


log Q
-0.685

log Q dalam pipa abu-abu -0.69

-0.695

-0.7

-0.705

-0.71
log Hf
Grafik log Hf vs log Q dibuat untuk mengetahui hubungan antara debit (Q)
dengan kehilangan tinggi tekan (Hf). Hubungan tersebut digambarkan melalui log Hf dan
log Q untuk memperkecil skala grafik agar lebih mudah terlihat bagian linier grafik. Dari
Grafik 1.1 dan Grafik 1.3, terlihat bahwa semakin tinggi nilai debit, semakin tinggi juga nilai
kehilangan tinggi tekan. Hal ini log Q f menujukkan bahwa semakin besar debit air, maka
semakin besar kehilangan tinggi tekan yang diakibatkan oleh gesekan pipa lurus.
fbla & fdarcy vs Re Pipa Abu
0.03
0.025 y = 0.316x-0.25
0.02 R² = 1
0.015

f
0.01
0.005 y = 1E+28x-7.139
R² = 0.2663
0
20500 21000 21500 22000 22500 23000
Re

fbla vs Re fdarcy vs Re
Power (fbla vs Re) Power (fdarcy vs Re)

Grafik 1.4 Hubungan fblassius dan fdarcy dengan Re dalam pipa abu-abu

Grafik 1.2 dan Grafik 1.4 dibuat untuk membandingkan f dengan Re dan untuk melihat
perbedaan antara f blasius dan f darcy- weisbach. Pada pipa abu dan pipa biru, terlihat
bahwa f darcy dan f blasius pada Re yang sama memiliki nilai yang berbeda. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan ketelitian antara dua metode tersebut. Metode
Darcy-Weisbach memperhitungkan panjang pipa, gravitasi, dan kecepatan aliran
sehingga lebih tepat dan lebih mendekati keadaan sebenarnya. Sementara, nilai fblasius
tidak memperhitungan gesekan yang terjadi pada pipa, sehingga nilai fdarcy memiliki nilai
ketelitian yang lebih tinggi.
Analisis kehilangan tinggi tekan akibat ekspansi tiba-tiba

H hitung vs H ukur Akibat Ekspansi


120

100

H hitung Vs H ukur

H hitung (mm)
80
Ekspansi dengan KTT

60 H hitung vs H ukur
Ekspansi tanpa KTT
40 X=Y

20 Linear (X = Y)

0
0 20 40 60 80
H ukur (mm)

Tujuan pembuatan grafik diatas adalah untuk melibat hubungan H secara perhitungan
dengan H yang diukur langsung dengan/tanpa kehilangan tinggi tekan. Berdasarkan grafik
diatas, H yang diukur tidak sesuai dengan H yang didapatkan dalam perhitungan. Nilai H
yang diukur dengan kehilangan tinggi tekan cenderung lebih mendekati garis ideal, yaitu
garis 𝑦 = 𝑥 (Hukur sama dengan Hhitung). Hal ini disebabkan karena perhitungan tanpa
headloss tidak memperhitungkan kehilangan energi yang terjadi pada kondisi aslinya.
Analisis kehilangan tinggi tekan akibat kontraksi tiba-tiba
H ukur vs H hitung Kontraksi
140

120

100

H hitung (mm)
H ukur vs H hitung
80
tanpa KTT
60 H ukur vs H hitung
dengan KTT
40
y=x
20

0
0 50 100 150 200
H ukur (mm)

Tujuan grafik diatas adalah untuk menentukan hubungan H menggunakan metode


hitungan dengan H yang diukur secara langsung dengan/tanpa kehilangan tinggi tekan.
Garis 𝑦= 𝑥 ditujukan untuk mengetahui kondisi ideal, yaitu Hukur sama dengan Hhitung. Nilai
Hukur vs Hhitung tanpa KTT lebih mendekati dibandingkan dengan nilai Hhitung tanpa KTT,
walaupun masih ada ketidaksesuaian pada Hukur dengan Hhitung. Seharusnya Hhitung
dengan KTT lebih mendekati kondisi Hukur karena Hhitung tanpa KTT tidak
memperhitungkan kehilangan energi dan koefisien kontraksi. Tapi, ketidaksesuaian ini bisa
disebabkan oleh ketidakakuratan praktikan dalam menentukan debit dengan bangku
hidraulik dan stopwatch
1.7.5 Analisis kehilangan tinggi tekan akibat tikungan

R/D Vs k
9

3 kB

k
kL
1

-1 0 2 4 6 8 10 12

-3
R/D

Tujuan dibuatnya grafik diatas adalah untuk mengetahui hubungan antara Kb (koefisien
kehilangan tinggi tekan akibat perubahan geometri pipa) dengan Kl (koefisien kehilangan
tinggi tekan akibat gesekan pipa). Berdasarkan grafik, dapat dilihat bahwa nilai Kb dan Kl
sangat menyerupai, tapi ada perbedaan karena Kl memperhitungkan perubahan geometri
serta gesekan pada bentuk tikungan 1⁄4 lingkaran. Hal ini disebabkan karena nilai R yang
cukup besar dibandingkan nilai D, sehingga hasil Kl tidak terlalu jauh berbeda dengan Kb.
Saat R/D = 0, nilai Kb sama dengan nilai Kl dan semakin meningkatnya nilai R/D, semakin
ada perubahan nilai Kl yang meningkat dibandingkan nilai Kb.
KESIMPULAN DAN SARAN
◦ Kesimpulan
1. Pada pipa lurus, gesekan antara fluida dengan pipa akan menyebabkan kehilangan
tinggi tekan. Semakin besar debit, k semakin besar kehilangan tinggi tekan akibat
gesekan. Pada ekspansi tiba-tiba, grafik yang memperhitungkan kehilangan tinggi
tekan lebih mendekati kondisi ideal, yang menunjukkan bahwa terjadi kehilangan
tinggi tekan pada pipa tertutup dengan ekspansi tiba-tiba. Hal yang sama juga
seharusnya terjadi pada pipa tertutup yang mengalami kontraksi tiba-tiba. Pada
percobaan tikungan, nilai KL lebih besar dari nilai KB, walaupun kedua nilai cukup
menyerupai.
2. Besarnya kehilangan tinggi tekan akibat gesekan pada pipa lurus terlampir pada Tabel
1.4 dan Tabel 1.5.
3. Besarnya kehilangan tinggi tekan akibat ekspansi tiba-tiba terlampir pada Tabel 1.6.
4. Besarnya kehilangan tinggi tekan akibat kontraksi tiba-tiba terlampir pada Tabel 1.7.
5. Besarnya kehilangan tinggi tekan akibat tikungan terlampir pada Tabel 1.8
◦ Saran
1. Praktikan harus teliti dalam menhitung waktu untuk menentukan debit menggunakan
bangku hidraulik.
2. Pengamatan dalam pengambilan data harus dilakukan dengan lebih teliti.
3. Pada seluruh percobaan, praktikan harus memastikan tidak ada gelembung udara
pada pipa-pipa yang digunakan.
TUMBUKAN AKIBAT
PANCARAN FLUIDA
TUMBUKAN AKIBAT PANCARAN
FLUIDA
Tujuan:
◦ Mempelajari perilaku tumbukan pancaran fluida pada suatu
permukaan piringan yang dapat menghasilkan suatu energi
mekanis.
◦ Mengukur dan menghitung besarnya gaya yang diperoleh dari
dua macam piringan, yaitu plat datar dan plat cekung.
◦ Menentukan besarnya efisiensi masing-masing piringan.
◦ Mempelajari hubungan antara besarnya debit yang keluar
dengan gaya yang didapat dari hasil perhitungan.
Prosedur Percobaan
Perhitungan dan Pengolahan Data :

a) Menghitung debit aliran dan b) Menghitung kecepatan air yang


kecepatan air menumbuk piringan

Dengan menggunakan prinsip bangku 𝑣0 2 = 𝑣 2 − 0,726

hidrolik, maka debit: Sehingga didapatkan

3 × 𝑊𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑣0 = 𝑣 2 − 0,726
𝑄=
𝜌× 𝑡
Dan kecepatan:

𝑄
𝑣=
𝐴
c) Menghitung Fhitung
Fhitung=2QρV0

d) Menghitung Fukur
Fukur = 4gy

e) Menghitung efisiensi (ƞ)


Efisiensi dihitung dengan rumus :

𝐹𝑢𝑘𝑢𝑟
ƞ= × 100%
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
No. W (kg/s) Pergeseran Beban (mm) V (m/s) Vo F hitung F ukur Efisiensi (%)
Waktu (s) Berat (kg) Debit (m3/s)
1 58,95 2,5 0,000127 0,127 8,5 1,622137 1,380336828 0,351231 0,3332 94,8664104
2 42,63 2,5 0,000176 0,176 19 2,243139 2,075011069 0,730124 0,7448 102,010135
3 22,2 2,5 0,000338 0,338 55,5 4,307432 4,222318576 2,852918 2,1756 76,258765
4 25,42 2,5 0,000295 0,295 48 3,761802 3,66403497 2,162098 1,8816 87,026593
5 30,56 2,5 0,000245 0,245 34 3,12909 3,010848086 1,477838 1,3328 90,1858144
6 32,16 2,5 0,000233 0,233 30,5 2,973414 2,848717585 1,328693 1,1956 89,9831704
7 30,45 2,5 0,000246 0,246 33,5 3,140394 3,02259409 1,488963 1,3132 88,1956333
8 29,3 2,5 0,000256 0,256 38,5 3,263652 3,150464025 1,612866 1,5092 93,5725862
9 21,7 2,5 0,000346 0,346 72 4,406682 4,323522464 2,98861 2,8224 94,4385518
10 19,3 2,5 0,000389 0,389 77 4,954663 4,88084906 3,793406 3,0184 79,5696531

Tabel 2.1 Data percobaan dan perhitungan piringan cekung


No. Waktu (s) Berat (kg) Debit (m3/s) W (kg/s) Pergeseran Beban (mm) V (m/s) Vo F hitung F ukur Efisiensi

1 23,86 2,5 0,000314 0,314 36 4,007754 3,916131844 1,230972 1,4112 114,641125


2 22,85 2,5 0,000328 0,328 35,5 4,184902 4,097243077 1,344828 1,3916 103,477906
3 36,2 2,5 0,000207 0,207 20 2,641575 2,500383229 0,518035 0,784 151,341067
4 36,54 2,5 0,000205 0,205 15,5 2,616995 2,474401588 0,507882 0,6076 119,634065
5 22,9 2,5 0,000328 0,328 33 4,175764 4,087909807 1,338835 1,2936 96,6213098
6 18,04 2,5 0,000416 0,416 53 5,300721 5,231791194 2,175079 2,0776 95,5183483
7 16,98 2,5 0,000442 0,442 53 5,631625 5,566794869 2,458832 2,0776 84,4954145
8 17,2 2,5 0,000436 0,436 58 5,559593 5,493912502 2,395601 2,2736 94,9072754
9 18,07 2,5 0,000415 0,415 54,5 5,29192 5,222874742 2,167768 2,1364 98,5529998
10 16,12 2,5 0,000465 0,465 57,5 5,932072 5,870560258 2,73134 2,254 82,5235943

Tabel 2.2 Data percobaan dan perhitungan piringan datar


ANALISIS DATA
F ukur VS F hitung (PIRINGAN DATAR)
3.5

3 Fukur VS Fhitung
2.5 y = 0.93x
F ukur (N)

2
F ukur
1.5
F ukur vs F hitung (PIRINGAN CEKUNG)
X=Y
3.5
Linear (F ukur)
1 y = 0.8509x
3 R² = 0.9643

0.5
2.5

F ukur (N)
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 2
F ukur
F hitung (N)
1.5 X=Y
Linear (F ukur)
1
Grafik 2.1 Fukur Vs Fhitung piringan cekung
0.5

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
F hitung (N)

Grafik 2.2 Fukur Vs Fhitung piringan datar


Analisis Fukur VS Fhitung

• Perbandingan nilai Fukur dan Fhitung tidak ideal.


• Beberapa data Fhitung dan atau Fukur tidak akurat, sehingga beberapa nilai
efisiensi diatas 100%.
• Pada grafik tumbukan fluida pada piringan datar, gradien grafik lebih
mendekati garis x=y dibandingkan dengan gradien pada grafik tumbukan
fluida pada piringan cekung.
F ukur VS W (PIRINGAN CEKUNG)
3.5

2.5
y = 6.4873x
Fukur VS W
R² = 0.8086

2
F ukur

1.5
F ukur VS W (PIRINGAN DATAR)
2.5
1
y = 4.6961x
R² = 0.8966
0.5 2

0
0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250 0.300 0.350 0.400 0.450
1.5
W

F ukur
Grafik 2.3 Fukur Vs W piringan cekung 1

0.5

0
0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250 0.300 0.350 0.400 0.450 0.500
W

Grafik 2.4 Fukur Vs W piringan datar


Analisis Fukur VS W
• Hubungan F dengan W adalah linear, dimana semakin besar debit yang
keluar dari nozzle, semakin besar pula gaya yang menumbuk piringan.
• Gradien Fukur VS W pada piringan datar lebih landai daripada gradien Fukur
VS W pada piringan cekung.
Kesimpulan :

• Tumbukan pancaran fluida pada permukaan piringan datar akan


membentuk sudut 90o dan tumbukan fluida pada permukaan piringan
cekung akan membentuk sudut 180o. Tumbukan pancaran fluida akan
menghasilkan gaya yang menghasilkan energi mekanis.
• Besar gaya dan efisiensi yang dihasilkan oleh piringan datar dapat
dilihat pada Tabel 2.2
• Besar gaya dan efisiensi yang dihasilkan oleh piringan cekung dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
• Nilai efisiensi rata-rata pada percobaan tumbukan fluida pada piringan
cekung adalah 89,6% dan nilai efisiensi rata-rata pada percobaan
tumbukan fluida pada piringan datar adalah 104,1%.
• Besarnya debit yang keluar dengan gaya yang didapat dari hasil
perhitungan memiliki hubungan dimana gaya tumbukan pada piringan
berbanding lurus dengan debit yang keluar pada noozle.
VENTURIMETER
Tujuan

Menunjukkan pengaruh perubahan penampang terhadap tinggi garis


hidraulik pada manometer dan menentukan koefisien pengaliran pada alat
venturimeter yang digunakan.
Landasan Teori

Venturimeter menggunakan prinsip Bernoulli dan kontinuitas berdasarkan


perbedaan luas penampang pipa, yang mengakibatkan perbedaan
kecepatan aliran. Jika dipasang piezometer pada bagian-bagian
penampang yang berbeda ukuran, akan terlihat perbedaan ketinggian
sebagai akibat dari perbedaan tekanan air yang melewati penampang.
Penurunan Rumus

Digunakan persamaan Bernoulli dan kontinuitas sebagai berikut


𝑃1 𝑉12 𝑃2 𝑉22 𝑃𝑛 𝑉𝑛2
𝑍1 + + = 𝑍2 + + = 𝑍𝑛 + + 𝐴1 ∙ 𝑉1 = 𝐴2 ∙ 𝑉2
𝛾 2𝑔 𝛾 2𝑔 𝛾 2𝑔

Persamaan Bernoulli dapat ditulis sebagai


𝑉22 − 𝑉12 𝑃1 −𝑃2
= + 𝑍1 −𝑍2
2𝑔 𝛾

Kemudian dengan persamaan kontinuitas, diperoleh


𝑉22 𝐴22 𝑃1 𝑃2
1− 2 = + 𝑍1 − + 𝑍2
2𝑔 𝐴1 𝛾 𝛾
Maka kecepatan aliran pada pipa diperoleh

𝑃1 𝑃2
2𝑔 + 𝑍 −
𝛾 1 𝛾 + 𝑍2
2𝑔(ℎ1 − ℎ2 )
𝑉2 = =
𝐴22 𝐴22
1− 2 1− 2
𝐴1 𝐴1

Dengan h1 dan h2 adalah ketinggian/head piezometrik penampang pipa.


Debit kemudian diperoleh
2𝑔(ℎ1 − ℎ2 )
𝑄 = 𝑐 ∙ 𝐴2 ∙
𝐴22
1− 2
𝐴1
Dengan c merupakan koefisien pengaliran tertentu pada alat venturimeter
Prosedur Percobaan
Contoh Perhitungan
Pertama dihitung terlebih dahulu debit aktual dengan rumus bangku
hidraulik
3𝑊
𝑄=
𝜌∙𝑡

Dengan W = 2,5 kg, ρ = 1000 kg/m3 dan t = 14,55 detik, diperoleh

3 ∙ 2,5
𝑄= 𝑄 = 0,00051546 𝑚3 /𝑠.
1000 ∙ 14,55

Kemudian dihitung nilai c dengan persamaan 𝑐=


𝑄
2𝑔(ℎ1 − ℎ2 )
𝐴2 ∙
𝐴22
1− 2
𝐴1
Dengan nilai debit telah diperoleh, h1 = 182 mm, h2 = 20 mm, g = 9,8
m/s2 D1 = 26 mm, dan D2 = 16 mm. Nilai A1 dihitung 0,000531 m2 dan A2
= 0,000201 m2. Dihitung nilai c sebagai berikut
0,00051546
𝑐=
2 ∙ 9,8 ∙ (0,182 − 0,02)
0,000201 ∙
0,0002012
1−
0,0005312

𝑐 = 1,33158647
Data Percobaan

Pengukuran Waktu Ketinggian Air pada Tabung (mm) No Q (debit) konstanta c


No untuk Debit Bangku 1 0.000515464 0.000387106 1.33158467
Hidraulik A (h1) B C D (h2) E F G H J K L 2 0.000204583 0.000259856 0.7872912
1 14.55 182 170 116 20 35 88 114 132 143 150 155 3 0.000333037 0.00031165 1.06862727
2 36.66 87 81 57 14 17 42 53 61 65 69 70 4 0.000363725 0.000376199 0.96684067
3 22.52 175 168 132 70 78 113 129 140 147 152 155 5 0.000384813 0.000411431 0.93530208
4 20.62 233 221 170 80 94 145 168 184 194 202 206 6 0.000302297 0.000314604 0.96088327
5 19.49 230 217 155 47 64 124 153 173 185 195 200 7 0.000355787 0.000338675 1.0505285
6 24.81 156 149 113 49 55 93 101 132 129 134 137 8 0.00047081 0.000337306 1.3957928
7 21.08 144 136 95 20 35 75 93 105 114 119 123
8 15.93 189 180 140 66 75 117 136 150 158 163 168 Rata-rata c 1.06210631
Tabel 3.1 Data Waktu untuk Debit dan Bacaan Ketinggian Tabel 3.2 Data Perhitungan Koefisien Pengaliran
Piezometer (c)
ANALISIS DATA
Analisis
◦ Pada percobaan, korelasi debit dan nilai
koefisien pengaliran (c) cenderung sebanding.
Seharusnya nilai c tetap dan grafik berupa
garis vertikal.

◦ Sejumlah data percobaan menunjukkan


ketidakakuratan dengan adanya nilai c yang
melebihi 1.

◦ Perolehan rata-rata c percobaan bernilai


1,06210631. C alat bernilai 0,94.
◦ Grafik menunjukkan profil aliran pada
pipa venturimeter.

◦ Urutan debit terbesar ke terkecil


adalah 2,6,3,7,4,5,8, dan 1

◦ Pada titik awal dan akhir pipa memiliki


penampang sama, namun tinggi
piezometer beda akibat head loss
akibat ekspansi dan kontraksi.
Kesimpulan dan Saran
◦ Kesimpulan
◦ Besarnya penampang pipa berpengaruh terhadap tinggi bacaan piezometer, dengan
semakin besarnya penampang berbanding lurus dengan tingginya bacaan piezometer.
◦ Nilai rata-rata koefisien pengaliran alat venturimeter yang diperoleh pada percobaan
bernilai 1,06210631.

◦ Saran
◦ Penggantian alat bangku hidraulik dengan yang lebih menentu agar diperoleh nilai debit
yang lebih akurat.
◦ Perawatan pipa venturimeter agar tidak timbul gangguan pada jalur aliran yang dapat
mengganggu nilai bacaan piezometer.
◦ Penambahan jumlah data yang diambil agar cukup untuk menarik kesimpulan yang lebih
pasti.
OSBORNE REYNOLDS
Osborne Reynolds
Tujuan :
◦ Mengamati dan mengklasifikasi sifat aliran secara visual
berdasarkan pola gerak zat warna tinta dalam aliran.
◦ Menghitung dan mengklasifikasi sifat aliran secara teoritis
berdasarkan Bilangan Reynolds.
◦ Membandingkan kesesuaian antara pengamatan visual dengan
perhitungan (teoritis).
Prosedur Percobaan
Rumus Perhitungan
◦ Perhitungan debit dan kecepatan ◦ Perhitungan faktor gesekan /
friksi
𝑉 ◦ Aliran laminar
𝑄=
𝑡
64
𝑓=
𝑄 𝑅𝑒
𝑢=
𝐴
◦ Perhitungan Bilangan Reynolds ◦ Aliran turbulen

𝑢×𝑑 0,316
𝑅𝑒 = 𝑓 = 0,25
𝑣 𝑅𝑒
Bilangan
No. Jam Pengukuran Debit Kecepatan Aliran Reynolds f log Re log f Tampak Visual Jenis Aliran berdasark
Percobaan t (s) Vol (mL) Q (i/dt) v(m/dt)
15,27 300 1,96464E-05 0,148014967 2154,753154 0,029701778 3,333397525 -1,527217551 Laminer Transisi
20,6 400 1,94175E-05 0,14629052 2129,649234 0,030051897 3,328308078 -1,522128104 Laminer Transisi
25,3 500 1,97628E-05 0,148892526 2167,52837 0,029526718 3,335964791 -1,529784817 Laminer Transisi
1 14:15 Harga Rerata 1,96089E-05 0,147732671 2150,643586 0,029758534 3,332568443 -1,526388469 Laminer Transisi
3,82 100 2,6178E-05 0,197224131 2871,123967 0,022290922 3,458051945 -1,651871971 Laminer Transisi
6,11 200 3,27332E-05 0,246610861 3590,079723 0,017826902 3,555104093 -1,748924119 Laminer Transisi
9,9 300 3,0303E-05 0,228301873 3323,543501 0,019256556 3,521601368 -1,715421394 Laminer Transisi
2 14:19 Harga Rerata 2,97381E-05 0,224045622 3261,5824 0,019622377 3,513428355 -1,707248381 Laminer Transisi
7,62 100 1,31234E-05 0,09887089 1439,329863 0,044465137 3,158160336 -1,351980362 Laminer Laminer
13,91 200 1,43781E-05 0,108324397 1576,950906 0,04058465 3,197818173 -1,391638199 Laminer Laminer
28,22 300 1,06308E-05 0,080091727 1165,948996 0,054890909 3,066679553 -1,260499579 Laminer Laminer
3 14:20 Harga Rerata 1,27108E-05 0,095762338 1394,076588 0,045908525 3,144286634 -1,33810666 Laminer Laminer
7,78 100 1,28535E-05 0,096837555 1409,729249 0,045398788 3,14913571 -1,342955736 Laminer Laminer
16,61 200 1,20409E-05 0,090715976 1320,613312 0,048462331 3,120775671 -1,314595697 Laminer Laminer
25,61 300 1,17142E-05 0,088254141 1284,774723 0,049814181 3,108826984 -1,30264701 Laminer Laminer
4 14:24 Harga Rerata 1,22029E-05 0,091935891 1338,372428 0,047819276 3,126576981 -1,320397007 Laminer Laminer
2,14 100 4,6729E-05 0,35205429 5125,090446 0,037347514 3,709701534 -1,427738301 Transisi Turbulen
5,45 200 3,66972E-05 0,276475663 4024,841671 0,039673442 3,604748801 -1,401500118 Transisi Turbulen
8,51 300 3,52526E-05 0,265592073 3866,401958 0,040073782 3,587307002 -1,397139668 Transisi Transisi
5 14:27 Harga Rerata 3,95596E-05 0,298040675 4338,778025 0,038935452 3,637367432 -1,409654775 Transisi Turbulen
2,65 100 3,77358E-05 0,284300445 4138,752285 0,039397596 3,616869434 -1,404530276 Transisi Turbulen
4,25 200 4,70588E-05 0,354539379 5161,267555 0,037281896 3,712756373 -1,428502011 Transisi Turbulen
6,15 300 4,87805E-05 0,367510332 5350,094417 0,036948492 3,728361446 -1,432403279 Transisi Turbulen
6 14:32 Harga Rerata 4,45251E-05 0,335450052 4883,371419 0,037801335 3,688719757 -1,422492857 Transisi Turbulen
2,93 200 6,82594E-05 0,514263604 7486,480242 0,03397173 3,874277683 -1,468882338 Turbulen Turbulen
6,46 400 6,19195E-05 0,466499183 6791,14152 0,034809789 3,831942781 -1,458298613 Turbulen Turbulen
10,15 600 5,91133E-05 0,445357348 6483,365648 0,035215751 3,811800516 -1,453263046 Turbulen Turbulen
7 14:33 Harga Rerata 6,30974E-05 0,475373378 6920,329137 0,034646183 3,84012675 -1,460344605 Turbulen Turbulen
2,6 200 7,69231E-05 0,579535523 8436,68735 0,032971909 3,926171955 -1,481855906 Turbulen Turbulen
5,89 400 6,79117E-05 0,511644265 7448,348764 0,034015126 3,872060004 -1,468327918 Turbulen Turbulen
9,25 600 6,48649E-05 0,488689414 7114,179603 0,034407718 3,852124825 -1,463344124 Turbulen Turbulen
8 14:35 Harga Rerata 6,98999E-05 0,526623068 7666,405239 0,033770628 3,884591772 -1,47146086 Turbulen Turbulen
2,71 200 7,38007E-05 0,556011941 8094,238786 0,03331525 3,908176012 -1,47735692 Turbulen Turbulen
5,51 400 7,25953E-05 0,546930076 7962,027989 0,033452699 3,9010237 -1,475568842 Turbulen Turbulen
8,34 600 7,19424E-05 0,542011641 7890,427018 0,033528333 3,897100507 -1,474588044 Turbulen Turbulen
9 14:37 Harga Rerata 7,27795E-05 0,548317886 7982,231264 0,033431511 3,902124306 -1,475843994 Turbulen Turbulen
2,5 200 0,00008 0,602716944 8774,154844 0,032650193 3,943205294 -1,486114241 Turbulen Turbulen
5,56 400 7,19424E-05 0,542011641 7890,427018 0,033528333 3,897100507 -1,474588044 Turbulen Turbulen
8,73 600 6,87285E-05 0,517798062 7537,933714 0,033913609 3,877252314 -1,469625996 Turbulen Turbulen
10 14:38 Harga Rerata 7,3557E-05 0,554175549 8067,505192 0,033342815 3,906739254 -1,476997731 Turbulen Turbulen
ANALISIS DATA
Grafik f VS Re
Aliran Laminer
0.06

0.05

◦ Membandingkan f dan Re
0.04
y = -2E-06x + 0.0481 ◦ Mirip diagram Moody
R² = 0.9981 Laminer
y = -1E-06x + 0.0424
0.03
R² = 0.9967 Transisi ◦ Kurva laminar terpisah dengan kurva
f

Turbulen
turbulen dan transisi
Power (Laminer)

0.02 Linear (Transisi) ◦ Perbedaan penggunaan rumus


y = 64x-1
R² = 1 Linear (Turbulen) perhitungan

0.01 ◦ Semakin besar Re, semakin kecil f

0
0 2000 4000 6000 8000 10000
Bilangan Reynolds
Grafik f VS Re
Aliran Laminer
0.06

0.05

0.04
y = -2E-06x + 0.0481
R² = 0.9981
y = -1E-06x + 0.0424
R² = 0.9967
0.03
f

0.02
y = 64x-1
R² = 1

0.01

0
0 2000 4000 6000 8000 10000
Bilangan Reynolds
Grafik log f VS log Re
Aliran Laminer
0
0 1 2 3 4 5

-0.2

-0.4

-0.6

◦ Membandingkan log f dan log


-0.8
Laminer Re
Transisi

◦ Semakin besar log Re (Re


log f

-1 Turbulen
Linear (Laminer)

-1.2
Linear (Transisi) semakin besar), semakin kecil
Linear (Turbulen)
log f (f semakin kecil).
-1.4 y = -0.25x - 0.5003
y = R²
-0.25x
= 1 - 0.5003
R² = 1
-1.6

y = -1x + 1.8062
-1.8 R² = 1

-2
log Re
Kesimpulan
◦ Terdapat 3 sifat aliran yaitu laminar, transisi, turbulen. Secara visual, aliran laminar
bergerak secara seragam, aliran turbulen bergerak secara tidak seragam, aliran
transisi bergerak secara peralihan (periodik) antara aliran laminar dan turbulen.
◦ Berdasarkan Bilangan Reynolds, aliran laminar adalah aliran dengan Re lebih kecil dari
2000, aliran transisi adalah aliran dengan Re diantara 2000 dan 4000, aliran turbulen
adalah aliran dengan Re lebih besar dari 4000.
◦ Antara pengamatan dan perhitungan, terdapat beberapa data yang cocok dan
terdapat beberapa data yang tidak cocok. Hal ini mungkin terjadi karena pengamat
kurang akurat dalam pengambilan data.
ALIRAN MELALUI
AMBANG TAJAM DAN
AMBANG LEBAR
ALIRAN MELALUI AMBANG TAJAM
DAN AMBANG LEBAR
Tujuan:
◦ Mempelajari karakterisitik aliran yang melalui ambang lebar dan ambang tajam
◦ Menentukan pengaruh perubahan keadaan tinggi muka air di hilir terhadap muka air
di hulu saluran
◦ Menentukan hubungan tinggi muka air di atas ambang terhadap debit air yang
melimpah di atas ambang.
Prosedur Percobaan
Perhitungan dan Pengolahan Data :

a. Perhitungan debit c. Perhitungan koefisien pengaliran

𝑄
𝐶=
𝐿. 𝐻𝑒 1.5
1 2 𝜌𝑟 − 𝜌𝑎 . 2𝑔. ∆ℎ
𝑄= 𝜋𝑑
4 1 𝑑1 4
𝜌𝑎 −1
𝑑2

d. Perhitungan He1/Hd dan C/Cd


b. Perhitungan tinggi aliran diatas ambang
𝐻𝑒1 = 𝑌1 − 𝑡 σ𝑛𝑖=1 𝐻𝑒1𝑖
𝐻𝑑 =
𝐻𝑒2 = 𝑡 − 𝑌2 𝑛

σ𝑛𝑖=1 𝐶𝑖
𝐶𝑑 =
𝑛
Lembar 1
Loncat 1 (cm) Loncat 2 (cm) Peralihan (cm) Tenggelam 1 (cm) Tenggelam 2 (cm)
Titik
X Y X Y X Y X Y X Y
1 211 16,6 211 16,6 211 16,6 211 18,2 211 21,3
2 225 14 225 14,3 225 14 222 17,6 225 21,1
3 250 12,9 250 13 250 12,9 229 18 250 21,3
4 267 2,5 264,5 11,5 261 8,2 350 18,6 267 21,4
5 407,5 2,5 280 7 550 11,1 500 19 350 21,7
6 427 6,5 350 9 700 10,9 550 19 500 22,1
7 650 7 550 9,3 650 11 650 19,1 650 22,2
8 800 6 800 8,7 800 10,5 800 18,7 800 21,7

Tabel 5.5 Lembar 1 pengukuran dan pengolahan data ambang lebar

AMBANG LEBAR
Lembar 2
Manometer
Debit Q (cm3 / s) Jenis Aliran Y1(cm) Y2 (cm) He1 (cm) He2 (cm)
H1 (cm) H2 (cm) ∆h (cm)
24,7 9,5 14,6 1378,301273 L1 17 4,7 7 5,3
24,7 9,5 14,6 1378,301273 L2 17 8,7 7 1,3
Q1 24,7 9,5 14,6 1378,301273 P 17 13,7 7 -3,7
24,7 9,5 14,6 1378,301273 T1 18,8 19 8,8 -9
24,7 9,5 14,6 1378,301273 T2 20,7 21,2 10,7 -11,2
26,4 7,8 18 1530,396564 L1 17,3 4,7 7,3 5,3
26,4 7,8 18 1530,396564 L2 17,4 7,3 7,4 2,7
Q2 26,4 7,8 18 1530,396564 P 17,3 10,6 7,3 -0,6
26,4 7,8 18 1530,396564 T1 18,3 18,3 8,3 -8,3
26,4 7,8 18 1530,396564 T2 22,4 22,9 12,4 -12,9
27 7,2 19,2 1580,586775 L1 17,5 4,9 7,5 5,1
27 7,2 19,2 1580,586775 L2 17,5 8,3 7,5 1,7
Q3 27 7,2 19,2 1580,586775 P 17,5 13,3 7,5 -3,3
27 7,2 19,2 1580,586775 T1 18,2 18 8,2 -8
27 7,2 19,2 1580,586775 T2 22,5 22,4 12,5 -12,4
27,6 6,5 20,5 1633,219889 L1 17,6 5 7,6 5
27,6 6,5 20,5 1633,219889 L2 17,5 7,9 7,5 2,1
Q4 27,6 6,5 20,5 1633,219889 P 17,5 11,8 7,5 -1,8
27,6 6,5 20,5 1633,219889 T1 17,5 16,8 7,5 -6,8
27,6 6,5 20,5 1633,219889 T2 21,5 21,6 11,5 -11,6
25,5 8,5 16,4 1460,796278 L1 17,1 4,7 7,1 5,3
25,5 8,5 16,4 1460,796278 L2 17,1 6,9 7,1 3,1
Q5 25,5 8,5 16,4 1460,796278 P 17 12,1 7 -2,1
25,5 8,5 16,4 1460,796278 T1 17,4 16,8 7,4 -6,8
25,5 8,5 16,4 1460,796278 T2 21,4 21,1 11,4 -11,1

Tabel 5.6 Lembar 2 pengukuran dan pengolahan data ambang lebar


Manometer
Debit ke Q (cm3 / s) Y1(cm) He1 (cm) C (cm0,5 / s) He1/Hd C/Cd
H1 (mm) H2 (mm) ∆h (mm)
1 17,9 16,2 1,1 566,0971246 12,5 2,5 17,9015629 0,40192926 1,2124
2 19,8 14,4 4,8 1182,538326 14,7 4,7 14,5070281 0,75562701 0,9825
3 21,4 12,1 8,7 1592,040944 15,7 5,7 14,6235213 0,916398714 0,9904
4 22,8 11,2 11 1790,156291 16,3 6,3 14,151098 1,012861736 0,9584
5 23,8 10,3 12,9 1938,605594 16,5 6,5 14,6227629 1,045016077 0,9903
6 24,7 9,5 14,6 2062,39114 17 7 13,9198318 1,125401929 0,9427
7 25,5 8,5 16,4 2185,830746 17,1 7,1 14,4423884 1,1414791 0,9781
8 26,4 7,8 18 2289,975621 17,3 7,3 14,5129795 1,173633441 0,9829
9 27 7,2 19,2 2365,076652 17,5 7,5 14,3933981 1,205787781 0,9748
10 27,6 6,5 20,5 2443,833067 17,6 7,6 14,5801221 1,221864952 0,9874
Rata-rata 6,22 14,7654693

Tabel 5.7 Lembar 3 pengukuran dan pengolahan data ambang lebar


Lembar 1
Data profil aliran
Loncat 1 (cm) Loncat 2 (cm) Peralihan (cm) Tenggelam 1 (cm) Tenggelam 2 (cm)
Titik
X Y X Y X Y X Y X Y
1 25 18 25 18,5 25 18,5 25 21,5 25 23
2 223 17,5 222 17,5 223 17,5 224 21 223 22,5
3 238 3 238 2,5 237 7,5 350 20,5 350 22
4 476 4,5 320 3 310 11 400 20,5 500 22,4
5 492 7 350 8,5 500 11 500 20,4 650 22,4
6 648 7,3 550 9 700 11 700 20,5 700 22
7 745 7 700 8,5 800 11 800 20,5 800 22
8 890 5,5 890 8 890 11 890 20,5 890 21,7

Tabel 5.8 Lembar 1 pengukuran dan pengolahan data ambang tajam

AMBANG TAJAM
Lembar 2
Data grafik He1 Vs He2 & He1 Vs Q
Manometer 3
Debit Q (cm /s) Jenis Aliran Y1 (cm) Y2 (cm) He1 (cm) He2 (cm)
H1 (cm) H2 (cm) ∆h (cm)
28 6,5 21,1 1656,948 L1 18 5,5 6,4 6,1
28 6,5 21,1 1656,948 L2 18,5 8 6,9 3,6
Q1 28 6,5 21,1 1656,948 P 18,5 11 6,9 0,6
28 6,5 21,1 1656,948 T1 21,5 20,5 9,9 -8,9
28 6,5 21,1 1656,948 T2 23 21,7 11,4 -10,1
26 8,3 17,3 1500,344 L1 17,9 4,6 6,3 7
26 8,3 17,3 1500,344 L2 17,8 7,8 6,2 3,8
Q2 26 8,3 17,3 1500,344 P 19,1 15,7 7,5 -4,1
26 8,3 17,3 1500,344 T1 21,4 20,2 9,8 -8,6
26 8,3 17,3 1500,344 T2 21 19,6 9,4 -8
23 11,2 11,4 1217,924 L1 17,2 4 5,6 7,6
23 11,2 11,4 1217,924 L2 17,4 6,4 5,8 5,2
Q3 23 11,2 11,4 1217,924 P 17,5 8,9 5,9 2,7
23 11,2 11,4 1217,924 T1 19,1 16,9 7,5 -5,3
23 11,2 11,4 1217,924 T2 20,4 18,8 8,8 -7,2
27,3 7,1 19,8 1605,093 L1 18,5 4,5 6,9 7,1
27,3 7,1 19,8 1605,093 L2 18,4 7,2 6,8 4,4
Q4 27,3 7,1 19,8 1605,093 P 19,5 15,2 7,9 -3,6
27,3 7,1 19,8 1605,093 T1 20,4 19,8 8,8 -8,2
27,3 7,1 19,8 1605,093 T2 21,9 20,1 10,3 -8,5
25,8 8,7 16,7 1474,097 L1 18 5,5 6,4 6,1
25,8 8,7 16,7 1474,097 L2 18 7,1 6,4 4,5
Q5 25,8 8,7 16,7 1474,097 P 18,1 9,8 6,5 1,8
25,8 8,7 16,7 1474,097 T1 20,3 18 8,7 -6,4
25,8 8,7 16,7 1474,097 T2 23 22 11,4 -10,4

Tabel 5.9 Lembar 2 pengukuran dan pengolahan data ambang tajam


Lembar 3
Manometer 3
Debit ke Q (cm /s) Y1 (cm) He1 (cm) C (cm0,5/s) He1 / Hd C/Cd
H1 (cm) H2 (cm) ∆h (cm)
1 20,6 13,6 6,6 1386,649 16,5 4,9 15,98021 0,790323 0,938378
2 22,5 11,6 10,5 1748,998 17,3 5,7 16,06523 0,919355 0,94337
3 23 11,2 11,4 1822,414 17,2 5,6 17,18997 0,903226 1,009416
4 24,3 9,8 14,1 2026,769 17,8 6,2 16,41068 1 0,963656
5 25,8 8,7 16,7 2205,732 18 6,4 17,02915 1,032258 0,999973
6 26 8,3 17,3 2245,007 17,9 6,3 17,74667 1,016129 1,042107
7 26,7 7,5 18,8 2340,311 18,3 6,7 16,8683 1,080645 0,990528
8 27,3 7,1 19,8 2401,747 18,5 6,9 16,56394 1,112903 0,972655
9 28 6,5 21,1 2479,339 18 6,4 19,1415 1,032258 1,124013
10 28,2 6,2 21,6 2508,543 18,5 6,9 17,30047 1,112903 1,015905
Rata-rata 6,2 17,02961

Tabel 5.10 Lembar 3 pengukuran dan pengolahan data ambang tajam


ANALISIS DATA
• Pada kondisi loncat, terjadi kenaikan
Grafik dan Analisis ketinggian muka air di daerah setelah
ambang. Fenomena ini yang dinamakan air
Grafik Profil Aliran loncat. Air loncat terjadi ketika suatu aliran
25
Grafik 5.1 Profil aliran ambang lebar superkritis berubah menjadi aliran subkritris.
• Pada kondisi peralihan, tidak ada fenomena
20 khusus yang terjadi.
• Pada kondisi tenggelam, permukaan air
sempat mengalami sedikit penurunan ketika
15 Loncat 1
melewati ambang, lalu mengalami kenaikan
Loncat 2
Peralihan permukaan air secara perlahan.
10 Tenggelam 1 • Pada kondisi tenggelam, terjadi pertemuan
Tenggelam 2
antara permukaan air setelah ambang dan
permukaan air sebelum ambang. Hal ini
5
mengakibatkan kenaikan permukaan air
sebelum ambang pada kondisi tenggelam.
0 • Semakin tinggi permukaan air setelah
0 200 400 600 800 1000
ambang, semakin tinggi kenaikan permukaan
air sebelum ambang yang mengakibatkan
tinggi permukaan air sebelum ambang
AMBANG LEBAR semakin tinggi. Berdasarkan hasil percobaan,
letak ambang diperkirakan di koordinat x =
225 cm.
He1 Vs He2 • Grafik ini menunjukkan hubungan
14
tinggi air setelah ambang terhadap
12 tinggi aliran setelah ambang
• Saat kondisi aliran peralihan dan
10
tenggelam, nilai He2 cenderung
8 Debit 1 negatif
He1 (cm)

Debit 2
6 Debit 3
• Tinggi aliran setelah melewati
Debit 4 ambang lebih tinggi daripada
4 Debit 5
tinggi ambang
2 • Ketika nilai He2 negatif, nilai He1
0
cenderung naik
-15 -10 -5 0 5 10 • Ketinggian air sebelum ambang
He2 (cm)
akan dipengaruhi oleh
ketinggian air setelah ambang
Grafik 5.2 He1 vs He2 ambang lebar • Semakin besar debit, tinggi aliran
sebelum ambang akan semakin
besar.
• Besarnya debit tidak mempengaruhi
tinggi aliran air setelah ambang.
He1 Vs Q
9

8 y = 0.0212x0.757
R² = 0.9951
7

6 • Grafik 5.3 menunjukkan hubungan


antara besar nilai Q dan nilai He1
He1 (cm)

4 • Besarnya debit mempengaruhi


3 tinggi aliran air sebelum ambang
2 • Semakin besar debit, tinggi
1 aliran air sebelum ambang
0 akan semakin tinggi
• Hubungan antar He1 dan Q
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Q (cm3/s)

cenderung membentuk grafik


Grafik 5.3 He1 vs Q ambang lebar eskponensial
He1 Vs C
8
• Grafik 5.4 menunjukkan hubungan
7
antara tinggi aliran air sebelum
6 melewati ambang dan koefisien
5 pengaliran.
• Kenaikan tinggi aliran tidak
He1 (cm)

3
mempengaruhi nilai koefisien
2
pengaliran.
1
• Nilai koefisien pengaliran untuk
setiap nilai He1 relatif sama.
0
0 10 20 30 40 50
C (cm0,5/s)
60 70 80 90 100 • Nilai koefisien pengaliran yang
berbeda mungkin disebabkan
Grafik 5.4 He1 vs C ambang lebar
oleh ketidaktelitian saat
melakukan pengukuran
• Titik-titik tersebar di daerah C =
14,7654693 cm0,5/s.
Q Vs C
3000
• Grafik 5.5 menunjukkan hubungan
2500 antara besarnya debit dan nilai
koefisien pengaliran.
• Kenaikan besarnya debit tidak
2000
Q (cm3/s)

1500 mempengaruhi nilai koefisien


1000
pengaliran.
• Nilai koefisien pengaliran untuk
500
setiap besarnya debit relatif sama.
0 • Nilai koefisien pengaliran yang
berbeda mungkin disebabkan
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
C (cm0,5/s)

ketidaktelitian dalam melakukan


Grafik 5.5 Q vs C ambang lebar pengukuran.
• Titik-titik tersebar di daerah C =
14,7654693 cm0,5/s.
He1/Hd Vs C/Cd
10

• Grafik 5.6 menunjukkan


9

7 keakuratan nilai He dan C


6 terhadap nilai rata-rata He dan C
He1/Hd

5
serta menunjukkan hubungan
4

3
keakuratan nilai He terhadap
2 keakuratan nilai C.
1
• Nilai He/Hd relatif tersebar di
0
0 2 4 6 8 10 daerah 0,8-1,2. Nilai C/Cd relatif
tersebar pada nilai 0,9-1,2.
C/Cd

• Nilai koefisien pengaliran yang


Grafik 5.6 He1/Hd vs C/Cd ambang lebar berbeda mungkin disebabkan
ketidaktelitian dalam melakukan
pengukuran.
• Pada kondisi loncat, terjadi kenaikan
Grafik dan Analisis ketinggian muka air di daerah setelah
Profil Aliran ambang. Fenomena ini yang dinamakan air
25 loncat. Air loncat terjadi ketika suatu aliran
superkritis berubah menjadi aliran subkritris.
20 • Pada kondisi peralihan, tidak ada fenomena
khusus yang terjadi.
15 Loncat 1 • Pada kondisi tenggelam, permukaan air
Y (cm)

Loncat 2 sempat mengalami sedikit penurunan ketika


10 Peralihan
Tenggelam 1
melewati ambang, lalu mengalami kenaikan
Tenggelam 2 permukaan air secara perlahan.
5
• Pada kondisi tenggelam, terjadi pertemuan
antara permukaan air setelah ambang dan
0
0 200 400 600 800 1000 permukaan air sebelum ambang. Hal ini
X (cm) mengakibatkan kenaikan permukaan air
sebelum ambang pada kondisi tenggelam.
• Semakin tinggi permukaan air setelah
ambang, semakin tinggi kenaikan permukaan
Grafik 5.7 Profil aliran ambang tajam
air sebelum ambang yang mengakibatkan
tinggi permukaan air sebelum ambang
AMBANG TAJAM semakin tinggi. Berdasarkan hasil percobaan,
letak ambang diperkirakan di koordinat x =
223 cm.
• Grafik ini menunjukkan hubungan
He1 Vs He2
tinggi air setelah ambang terhadap
12 tinggi aliran setelah ambang
• Saat kondisi aliran peralihan dan
10
tenggelam, nilai He2 cenderung
8
negatif
Debit 1 • Tinggi aliran setelah melewati
He1 (cm)

6 Debit 2 ambang lebih tinggi daripada


Debit 3

4
Debit 4
tinggi ambang
Debit 5 • Ketika nilai He2 negatif, nilai He1
2 cenderung naik
• Ketinggian air sebelum ambang
akan dipengaruhi oleh
0
-12 -10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10
He2 (cm)
ketinggian air setelah ambang
• Semakin besar debit, tinggi aliran
sebelum ambang akan semakin
Grafik 5.8 He1 vs He2 ambang tajam besar.
• Besarnya debit tidak mempengaruhi
tinggi aliran air setelah ambang.
He1 Vs Q
8

7 y = 0.1079x0.5572 • Grafik ini menunjukkan hubungan antara


6
R² = 0.7886
besar nilai Q dan nilai He1
5
• Besarnya debit mempengaruhi tinggi
aliran air sebelum ambang
He1 (cm)

• Semakin besar debit, tinggi aliran air


4

3
sebelum ambang akan semakin
2 tinggi
1 • Hubungan antar He1 dan Q cenderung
0
membentuk grafik eskponensial
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800
Q (cm3/s)

Grafik 5.9 He1 vs Q ambang tajam


• Grafik ini menunjukkan hubungan
antara tinggi aliran air sebelum
He1 Vs C melewati ambang dan koefisien
8
pengaliran.
7
• Kenaikan tinggi aliran tidak
mempengaruhi nilai koefisien
6

5
pengaliran.
He1 (cm)

3
• Nilai koefisien pengaliran untuk
2 setiap nilai He1 relatif sama.
1 • Nilai koefisien pengaliran yang
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
berbeda mungkin disebabkan
C (cm0,5/s) oleh ketidaktelitian saat
Grafik 5.10 He1 vs C ambang tajam
melakukan pengukuran
• Titik-titik tersebar di daerah C =
17,02961 cm0,5/s.
• Grafik ini menunjukkan hubungan
antara besarnya debit dan nilai
3000
Q Vs C
koefisien pengaliran.
• Kenaikan besarnya debit tidak
2500
mempengaruhi nilai koefisien
2000 pengaliran.
• Nilai koefisien pengaliran untuk
Q (cm3/s)

1500

setiap besarnya debit relatif sama.


• Nilai koefisien pengaliran yang
1000

500 berbeda mungkin disebabkan


0 ketidaktelitian dalam melakukan
pengukuran.
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
C (cm0,5/s)

Grafik 5.11 Q vs C ambang tajam • Titik-titik tersebar di daerah C =


17,02961 cm0,5/s.
He1/Hd Vs C/Cd • Grafik ini menunjukkan keakuratan
5

4.5
nilai He dan C terhadap nilai rata-
4 rata He dan C serta menunjukkan
3.5
hubungan keakuratan nilai He
terhadap keakuratan nilai C.
3
He1/Hd

2.5

2 • Nilai He/Hd relatif tersebar di


1.5 daerah 0,8-1,1. Nilai C/Cd relatif
1

0.5
tersebar pada nilai 0,9-1,1.
0
• Nilai koefisien pengaliran yang
berbeda mungkin disebabkan
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
C/Cd

Grafik 5.12 He1/Hd vs C/Cd ambang tajam ketidaktelitian dalam melakukan


pengukuran.
Kesimpulan :

• Terdapat tiga jenis aliran yang melalui ambang yaitu


aliran air loncat, peralihan, dan tenggelam.
• Hanya pada kondisi tenggelam, semakin tinggi muka
air di hilir maka muka air di hulu saluran akan semakin
tinggi juga.
• Semakin besar debit air yang mengalir maka tinggi
muka air di hulu saluran akan semakin tinggi.
PINTU SORONG DAN
AIR LONCAT
Tujuan
◦ Mempelajari sifat aliran yang melalui pintu sorong
◦ Menentukan koefisien kecepatan dan koefisien kontraksi
◦ Menentukan gaya-gaya yang bekerja pada pintu sorong Fg dan
Fb
◦ Mengamati profil aliran air loncat
◦ Menghitung besarnya kehilangan energi akibat air loncat
◦ Menghitung kedalaman kritis dan energi minimum
Percobaan dengan debit tetap

Prosedur Percobaan
Percobaan dengan debit berubah

Prosedur Percobaan
◦ Menghitung debit teoretis dan aktual

Debit teoretis dihitung dengan persamaan

Dengan data percobaan A pertama: b = 8cm, Y1 = 4cm, Y0 = 11cm,


dan g = 981 cm/s 2 . sehingga diperoleh
◦ Menghitung debit teoretis dan aktual

Debit berdasarkan venturimeter dihitung dengan persamaan

Dengan data manometer percobaan A: H1 = 33,5 cm, H2 = 7 cm.


Diketahui bahwa ρ raksa = 13,6 g/cm3, ρ air = 1 g/cm3, d1 = 3,15 cm,
d2 = 2 cm, ∆h kalibrasi = 2,6 cm dan g = 981 cm/s 2 . sehingga
diperoleh
◦ Menghitung koefisien kontraksi dan koefisien kecepatan

Nilai koefisien kontraksi (Cc) dan koefisien kecepatan (Cv) dihitung


dengan persamaan

dengan data percobaan A yang pertama: Y1 = 4 cm dan Yg = 4,5


cm, diperoleh nilai Cc sebesar 0.8889. Kemudian dihitung nilai Cv
◦ Menghitung gaya yang bekerja pada pintu sorong

Gaya dorong yang bekerja pada pintu sorong akibat tekanan


hidrostatis dapat dihitung dengan persamaan

dengan data percobaan A pertama: ρ = 1 g/cm3, g = 981 cm/s2, Y0


= 11 cm, dan Yg = 4,5 cm. Sehingga diperoleh

Kemudian gaya dorong lainnya yang bekerja pada pintu sorong


dihitung dengan persamaan
◦ Menghitung gaya yang bekerja pada pintu sorong

dengan data percobaan A pertama: : ρ = 1 g/cm3, g = 981 cm/s2,


Y0 = 11 cm, Y1 = 4 cm, b = 8 cm, dan Q = 2638,721507 cm3/s.
Sehingga diperoleh
◦ Menghitung debit mengalir dan Bilangan Froude

Debit yang mengalir sudah dihitung sebelumnya dengan besar Q =


2638,721507 cm3/s. Kemudian dihitung Bilangan Froude dengan
persamaan

Dengan nilai kecepatan (v) diperoleh dari

Dengan nilai lebar saluran (b) sebesar 8 cm dan tinggi muka air tepat
sebelum air loncat (Ya) sebesar 3,5 cm, maka diperoleh bilangan
Froude
◦ Menghitung Yb/Ya teoretis dan pengukuran

Secara pengukuran, nilai tinggi muka air tepat setelah air loncat (Yb)
adalah 5 cm dan tinggi muka air tepat sebelum air loncat adalah 3,5
cm. Sehingga rasionya

Sedangkan secara teoretis, rasionya dihitung dengan persamaan

dengan data percobaan air loncat: Fr = 1,6083, sehingga diperoleh


rasio
◦ Menghitung panjang loncatan

Selisih titik koordinat x dari tinggi muka air tepat setelah loncat (Xb)
dan tepat sebelum loncat (Xa) masing-masing bernilai 529 cm dan
515 cm, sehingga diperoleh besar panjang loncatan L = 14 cm.

◦ Menghitung kedalaman kritis dan energi minimum

Kedalaman kritis dihitung dengan persamaan

dengan data percobaan air loncat: Q = 2638,721507 cm3/s, g = 981


cm/s2, dan b = 8 cm. Sehingga diperoleh
◦ Menghitung kedalaman kritis dan energi minimum

Kemudian nilai energi minimum (Emin) dihitung dengan persamaan

◦ Menghitung energi spesifik

Energi spesifik dihitung dengan persamaan

dengan y = ketinggian di titik tinjauan, dan v = kecepatan di titik


tinjauan. Pada titik tepat sebelum dan setelah air loncat, energi
spesifik dihitung
Data Percobaan
Tabel 6.1 Data percobaan debit tetap

Tabel 6.2 Data percobaan debit berubah


ANALISIS DATA
ANALISIS PINTU SORONG
Cc Vs Yg/Y0 Debit Tetap Cc Vs Yg/Y0 Debit Berubah
1 0.9
0.9 y = 597.69x4 - 670.64x3 + 271.89x2 - 47.196x + 3.6352 0.8 y = 126690x4 - 206184x3 + 125568x2 - 33914x + 3428.1
0.8 R² = 1 R² = 1
0.7
0.7
0.6
0.6
0.5
Cc

Cc
0.5
0.4
0.4
0.3 0.3

0.2 0.2
0.1 0.1
0 0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
Yg/Y0 Yg/Y0

o Tujuan pembuatan grafik ini adalah untuk melihat nilai dari koefisien kontraksi (Cc) pada
setiap nilai Yg/Yo dari hasil percobaan.
o Besar nilai Cc selalu kurang dari satu, karena di hilir pintu sorong akan terjadi penyusutan
tinggi muka air.
o Pada aplikasinya, kegunaan Cc sebagai parameter desain bukaan pintu sorong dengan
bukaan optimal. Karena, menggunakan grafik Cc vs Yg/Yo, kita dapat mengetahui nilai
ekstrem (maksimum/minimum) koefisien kontraksi
Cv vs Yg/Yo
Cv Vs Yg/Y0 Debit Tetap
Cv Vs Yg/Y0 Debit Berubah
1.2
0.9
1 0.8
0.7
0.8
y= 451.44x4 - 850.69x3 +535.21x2 - 138.55x + 13.672 0.6
Cv

0.6 R² = 1 0.5 y = -182279x4 + 297429x3 - 181616x2 + 49183x - 4983.2

Cv
R² = 1
0.4
0.4
0.3
0.2 0.2
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
Yg/Y0
Yg/Y0

o Tujuan pembuatan grafik ini adalah untuk menunjukkan nilai koefisien


kecepatan (Cv) tiap perubahan perbandingan Yg/Yo.
o Nilai Cv yang ideal adalah 1 karena Cv menunjukkan perbandingan
debit aktual dan teoritis.
o Nilai Cv digunakan untuk mendesain pintu sorong dengan nilai Q
tertentu yang efektif. Untuk mendapatkan Q yang efektif tersebut, nilai
Cv harus mendekati 1 .
Fg/Fh vs Yg/Yo
Fg/Fh Vs Yg/Y0 Debit Tetap Fg/Fh Vs Yg/Y0 Debit Berubah
12 12
y = 27.043x - 2.1174
10 R² = 0.9044 10

8 8
y = -29.941x + 20.558
Fg/Fh

Fg/Fh
R² = 0.8021
6 6

4 4

2 2

0 0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
Yg/Y0 Yg/Y0

o Semakin besar Yg/Yo. semakin besar juga Fg/Fh. Hal ini terjadi karena
pengaruh bukaan pintu sorong berbanding lurus dengan faktor
ketahanan pintu.
o Ketidaksesuaian pada percobaan debit berubah disebabkan oleh
kurang idealnya pengambilan data yang dilakukan oleh praktikan.
o Idealnya, Fg>Fh agar pintu sorong dapat menahan gaya hidrostatis dari
air agar pintu sorong tidak mengalami geser atau hancur.
Analisis Air Loncat
Yb/Ya Pengukuran Vs Yb/Ya Teoritis
Debit Tetap
Yb/Ya Pengukuran Vs Yb/Ya Teoritis Debit Tetap
Linear (Yb/Ya Pengukuran Vs Yb/Ya Teoritis Debit Tetap)
5

Yb/Ya Pengukuran
y = 0.1853x + 0.6138
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Yb/Ya Teoritis

Grafik 6.7 Yb/Ya pengukuran vs Yb/Ya teoritis debit tetap

Yb/Ya Pengukuran Vs Yb/Ya Teoritis


Debit Berubah
Yb/Ya Pengukuran Vs Yb/Ya Teoritis Debit Berubah
Linear (Yb/Ya Pengukuran Vs Yb/Ya Teoritis Debit Berubah)
4
Yb/Ya Pengukuran

y = 0.24x + 0.8809
2

0
0 2 4 6 8 10 12
Yb/Ya Teoritis

Grafik 6.8 Yb/Ya pengukuran vs Yb/Ya teoritis debit berubah


Hubungan Yb/Ya pengukuran vs Yb/Ya teoritis pada debit tetap dan
berubah dapat dilihat pada Grafik 6.7 dan Grafik 6.8. Tujuan pembuatan
grafik ini adalah untuk melihat hubungan antara Yb/Ya teoritis dengan
Yb/Ya hasil pengukuran. Pada kondisi ideal, Yb/Ya teoritis dan Yb/Ya aktual
seharusnya sama.
Dari grafik, dapat dilihat bahwa ketika nilai Yb/Ya aktual semakin besar
maka nilai Yb/Ya teoritis juga semakin besar. Penggunaan intercept pada
grafik ini bertujuan untuk membuktikan apakah Yb/Ya teoritis sama dengan
Yb/Ya aktual. Bentuk ideal hubungan Yb/Ya teoritis dan Yb/Ya aktual pada
kondisi ideal seharusnya bernilai sama.
L/Yb Vs Fra Debit Tetap
L/Yb Vs Fr Debit Tetap Poly. (L/Yb Vs Fr Debit Tetap)

5
4 y = 0.1324x2 - 1.2031x + 5.2085

L/Yb
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Grafik 6.9 L/Yb vsFr𝐹𝑟𝑎 debit tetap

L/Yb Vs Fra Debit Berubah


L/Yb Vs Fr Debit Berubah Poly. (L/Yb Vs Fr Debit Berubah)

3.5
3 y = -0.2971x2 + 3.3489x - 6.1482
2.5
2
L/Yb

1.5
1
0.5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8

Grafik 6.10 L/Yb vs 𝐹𝑟𝑎 debit berubah


Fr
Hubungan L/Yb vs 𝐹𝑟𝑎 debit tetap dan L/Yb vs 𝐹𝑟𝑎 pada debit
berubah dapat dilihat pada Grafik 6.9 dan Grafik 6.10. Tujuan pembuatan
grafik ini adalah untuk menunjukkan pada nilai 𝐹𝑟𝑎 yang memungkinan
profil aliran loncat dapat diamati. Grafik ini berfungsi untuk menentukan
jenis air loncat yang terjadi sesuai nilai Fra di titik awal air loncat.
Nilai 𝐹𝑟𝑎 seharusnya lebih besar dari 1 yang menunjukkan bahwa
aliran di Ya pada kondisi superkritis. Kegunaan grafik ini dalam aplikasi di
lapangan yaitu memberikan informasi dimana air loncat akan terjadi sesuai
dengan bilangan Froude aliran air tersebut sehingga pada saat mendesain
kita mengetahui daerah mana yang perlu mendapat perhatian lebih dan
perlu mendapat perkerasan karena pada dasarnya air loncat bersifat
menggerus.
Grafik 6.11 Y vs E debit tetap

Grafik 6.12 Y vs E debit berubah


Grafik ini bertujuan untuk melihat perbedaan besarnya energi
merupakan suatu kehilangan energi yang sebanding dengan penurunan
tinggi muka air besar energi dengan kedalaman aliran dimana energi akan
membesar apabila besar debit diperbesar, dimana besarnya energmi
minimum dan kehilangan energi dapat dihitung dengan Persamaan (2.10)
dan Persamaan (2.11) yang mempunyai rumus:

𝐸𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 =3𝑌𝑐danΔE=Δh=(𝑌𝑏−𝑌𝑎)3. 2 4 ∗ 𝑌𝑎 ∗ 𝑌 𝑏

Dalam Grafik 6.11 dan Grafik 6.12, terlihat bahwa kurva mirip seperti
bentuk fungsi hiperbolik sehingga ada dua nilai kedalaman yang berbeda
untuk satu energi yang sama. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan
fenomena air loncat. Air loncat terjadi sebagai peredam dari keadaan
superkritis dan subkritis yang memiliki energi yang sama. Pada Grafik 6.11
dan Grafik 6.12, terlihat bahwa energi minimum terjadi pada saat aliran kritis.
Kesimpulan dan Saran
◦ Kesimpulan

1. Aliran yang melalui pintu sorong bersifat mengalami perubahan kondisi


dari subkritis menjadi subkritis. Air loncat memiliki sifat aliran yang
menggerus dan adanya pintu sorong mengakibatkan kemungkinan
terjadinya gerusan pada saluran di hilir pintu sorong.
2. Koefisien kecepatani dapat ditentukan dengan perbandingan
kecepatan aktual dengan teoritis. Koefisien kontraksi dapat ditentukan
dengan membandingkan nilai debit dari venturimeter dengan nilai debit
berdasarjan pengukuran muka air. Untuk percobaan dengan debit
tetap, nilai rata-rata Cc sebesar 0,7 dan Cv sebesar 2,9. Untuk percobaan
dengan debit berubah, nilai rata-rata Cc sebesar 0,7 dan Cv sebesar 2,1.
Nilai Cc dan Cv terdapat pada Tabel 6.1 dan Tabel 6.2.
3. Gaya-gaya yang bekerja pada pintu sorong adalah gaya Fg dan Fh.
Fh merupakan gaya hidrostatis dan Fg merupakan gaya yang
melawan gaya dorong hidrostatis. Nilai Fg dan Fh terdapat pada Tabel
6.1 dan Tabel 6.2
4. Profil aliran air loncat terlihat jika aliran berubah secara cepat dari
kondisi superkritis menjadi subkritis.
5. Kehilangan energi dapat ditentukan dengan menghitung penurunan
tinggi muka air. Nilai kehilangan energi rata-rata untuk debit tetap
adalah 0,9 cm dan debit berubah 1,5 cm. Nilai kehilangan energi
terdapat pada Tabel 6.1 dan Tabel 6.2.
6. Kedalaman kritis dapat ditentukan menggunakan perhitungan sesuai
dengan data debit dan lebar saluran. Energi minimum adalah energi
saat kedalaman kritis yang besarnya 1,5 kali kedalaman kritis. Pada
percobaan debit tetap, nilai kedalaman kritis sebesar 8,5 cm dengan
energi minimum sebesar 12,75. Pada percobaan debit berubah, rata-
rata nilai kedalaman kritis sebesar 7,9 cm dengan energi minimum
sebesar 11,9. Nilai kedalaman kritis dan energi minimum terdapat pada
Tabel 6.1 dan Tabel 6.2.
◦ Saran
1. Sebaiknya ketelitian pengambilan data dapat ditingkatkan oleh praktikan agar data yang
didapatkan lebih akuran dengan galat yang lebih rendah.

Anda mungkin juga menyukai