Anda di halaman 1dari 37

Oleh:

Ni Wayan Eka Arimas (16710072)


Kejadian pertusis per tahunnya mencapai
100-200 per 100.000 populasi pada era
sebelum vaksinasi dilakukan, dan saat ini
angka kejadiannya cukup tinggi di Negara
Berkembang.
 Apakah yang di maksud dengan pertusis?
 Apa yang menyebabkan timbulnya penyakit
pertusis?
 Bagaimana perjalanan penyakit (patofisiologi)
dari penyakit pertusis?
 Apa manifestasi klinis yang ditimbulkan dari
penyakit pertusis ini?
 Bagaimana cara mendiagnosis penyakit pertusis?
 Bagaimana penatalaksaan penyakit pertusis?
 Apa saja komplikasi dari penyakit pertusis ini?
 Bagaimana prognosis pasien pertusis?
Untuk mengetahui definisi, prevalensi,
etiologi, patogenesis, manifestasi klinis,
diagnosis, penatalaksanaan, pencegahan,
komplikasi dan prognosis pertussis.
Penulisan karya ilmiah ini diharapkan
dapat menambah pengetahuan mengenai
penyakit pertusis.
Menurut Bayhan et al. (2012), pertussis
atau disebut juga dengan batuk rejan,
“whooping cough”, adalah batuk yang
ditandai dengan adanya suara tarikan nafas
yang keras atau inspiratory whoop yang
mengikuti serangan batuk yang hebat
sebelumnya. Penyakit ini merupakan penyakit
yang sangat menular, disebabkan oleh
Bordatella pertussis.
Sembilan puluh persen kasus terjadi di
negara berpendapatan rendah dan
mengakibatkan sekitar 200.000- 300.000
kematian tiap tahunnya.
Kejadian pertusis selalu meningkat dari
tahun ke tahun dengan angka peningkatan
yang bermakna, bahkan di negara-negara
yang cakupan vaksinasinya tinggi sekalipun
(Cherry, 2012; Espinoza et al., 2015; Kayina
et al., 2015).
Bordetella pertussis (B. pertussis) adalah
penyebab pertussis dan biasanya
menyebabkan pertussis sporadic (Altunaiji,
2012). B.pertussis adalah bakteri
coccobacillus, menginfeksi saluran nafas, dan
sangat mudah menular melalui droplet
(Espinoza, 2015; Gabutti dan Rota, 2012).
Tuberkel
pecah, reaksi
Reaksi
Bordetella Inhalasi radang paru,
Alveolus antigen-
pertussis droplet peningkatan
antibodi
aktivitas
seluler
Fibrosis jaringan
Tuberkel pecah Eksudasi
paru

Sekresi
neurotransmitter Merangsang Iskemia jaringan
bradikinin, serotonin reseptor saraf paru
dan histamin

Nyeri
Reaksi radang Peningkatan Akumulasi
paru produksi sekret sekret

Batuk-batuk
Obstruksi jalan
dan pola nafas
nafas
tidak efektif
Pemecahan KH, protein,
Peningkatan aktivitas lemak dan adanya
Metabolisme meningkat
seluler penekanan pada pusat
lapar di otak

Perubahan nutrisi Asupan kurang, BB


Kurang nafsu makan
kurang dari kebutuhan turun
Stadium Kataralis (1-2 minggu)
 Rinore dengan lendir yang cair dan jernih.
 Injeksi pada konjungtiva.
 Lakrimasi.
 Batuk ringan
 Demam tidak begitu tinggi.
Stadium Paroksismal/Spasmodik
 Frekuensi dan derajat batuk bertambah, terdapat
pengulangan 5-10 kali batuk kuat selama ekspirasi
yang diikuti oleh usaha inspirasi masif yang
mendadak dan menimbulkan bunyi melengking
(whoop).
 Udara yang dihisap melalui glotis yang menyempit.
 Pada remaja, bunyi whoop sering tidak terdengar.
 Selama serangan wajah merah dan sianosis, mata menonjol, lidah
menjulur, lakrimasi, salivasi, dan distensi vena leher bahkan
sampai terjadi petekia di wajah (terutama di konjungtiva bulbi).
 Episode batuk paroksismal dapat terjadi lagi sampai mucous plug
pada saluran napas menghilang.
 Muntah sesudah batuk paroksismal cukup khas, sehingga
seringkali menjadi kecurigaan apakah anak menderita pertusis
walaupun tidak disertai bunyi whoop.
Stadium Konvalesens
 Stadium penyembuhan ditandai dengan berhentinya whoop dan
muntah dengan puncak serangan paroksismal yang berangsur-
angsur menurun.
 Batuk biasanya masih menetap untuk beberapa waktu dan akan
menghilang sekitar 2-3 minggu.
 Pada beberapa pasien akan timbul serangan batuk paroksismal
kembali.
 Episode ini terjadi berulang-ulang untuk beberapa bulan dan
sering dihubungkan dengan infeksi saluran napas bagian atas
yang berulang.
 Radiologis
 Swab Nasofaring
 Aspirasi Nasofaring
 Pemeriksaan Laboratorium
 Tes Serologi
 Kultur
 Seseorang yang mengalami batuk yang
berlangsung selama lebih dari 2 minggu, dengan
minimal 1 dari gejala:
• Serangan batuk yang hebat
• Tarikan nafas yang keras/berat
• Muntah pasca batuk tanpa penyebab lain yang
jelas
 Kriteria laboratorum:
• Isolasi Bordatella pertussis
• Terdeteksinya sekuens genom yang bermakna
pada pemeriksaan PCR
• Pemeriksaan serologi positif
 Bronkiolitis
 Pneumonia bakterial
 Sistik fibrosis
 Tuberkulosis dan penyakit lain yang
menyebabkan limfadenopati dengan
penekanan diluar trakea dan bronkus.
 Antibiotik
• Azitromicin (10 mg/kgBB) single dose selama 3 hari
• Azitromicin (10mg/kgBB pada hari pertama terapi dan 5
mg/kgBB sekali sehari pada hari kedua hinga hari ke-
15 terapi).
• Clarithrimycin (7,5mg/kgBB/dosis 2x/hari) selama 7
hari
• Eritromicin (60mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis)
selama 7-14 hari
• Eritromicin (60mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis)
selama 14 hari
• Oxytetracyclin (50mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis)
selama 7 hari
• Kloramfenikol (50mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis)
selama 7 hari
 Nama : An. G
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Umur : 7 tahun
 Berat Badan : 15 kg
 Alamat : Pagesangan, - Mataram
 Agama : Islam
 MRS : 31 januari 2020
 Autoanamnesa dan Aloanamnesa dilakukan
tanggal 01 Februari 2020

 Keluhan Utama: Batuk kering sejak 2 minggu


yang lalu
RPS :Pasien datang dengan keluhan batuk
kering sejak 2 minggu yang lalu, batuk kering
tanpa dahak tanpa disertai pilek. Awalnya
pasien sudah dibawa ke bidan untuk berobat,
diberikan obat batuk tetapi tidak ada
perbaikan sampai akhirnya 1 minggu yang
lalu keluhan pasien memberat, pasien batuk
terus menerus tidak berhenti selama kurang
lebih 5x sehari dengan durasi setiap
serangannya selama kurang lebih 2 menit.
 Menurut ayah pasien, diakhir batuk pasien
biasanya disertai dengan muntah tanpa
disertai dengan kejang, pendarahan pada
mata, mimisan atau sesak.
 Serangan dirasakan datang secara tiba – tiba,
tidak dipicu oleh faktor makanan ataupun
waktu. Ketika diluar serangan, pasien dapat
beraktivitas seperti biasanya
 Keluhan lainnya disangkal oleh pasien,
seperti demam, diare, atau penurunan berat
badan
 Riwayat Penyakit Keluarga :
 Kedua adik pasien mengalami batuk kering tetapi
tidak separah pasien.

 Riwayat Sosial :
 Tidak ada di lingkungan sekitar rumah yang sakit
seperti ini.

 Riwayat Persalinan : Normal, lahir dibantu
bidan, berat lahir 2600. langsung menangis
 Riwayar Imunisasi : Hanya vaksin 1x
ketika baru lahir
 Riwayat Tumbuh Kembang : Normal
 Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien anak pertaa dari 3 bersaudara, tinggal di
rumah bersama kedua orang tuanya. Sehari-hari
pasien di asuh oleh ibu pasien dan ibu pasien
mengatakan anaknya tidak pernah sakit batuk ini.
Biaya pengobatan menggunakan tarif UMUM. Kesan
sosial ekonomi menengah kebawah

 Riwayat Pengobatan :
Orang tua pasien mengatakan sebelumnya sudah
berobat ke bidan dan dokter, diberikan obat batuk
tetapi orang tua pasien tidak tahu obat batuk apa
yang diberikan.
.
Pemeriksaan Fisik:
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : Compos mentis
 Tanda vital : Nadi : 104 x/mnt, reguler, Isi dan
tegangan cukup
 RR : 22 x/mnt
 Suhu : 36,7°C (aksiler)
 Spo2 : 97%
 BB : ; TB: ; BMI: kg/m2

 Status Gizi :
 TB/U : cm / tahun = < SD ()
 BB/U : Kg / tahun = < SD ()
 BB/TB : Kg / cm = < SD ()
 Kepala : Bentuk normal

 Mata : Konjungtiva pucat (-/-), perdarahan
konjungtiva (-/-)
 sklera ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+), sekret (-/-),pupil
isokor

 Hidung : Dyspneu (-), nafas cuping hidung (-),
epistaksis (-), deformitas (-),
 deviasi (-), sekret (-/-),

 Mulut : Bibir pucat (-), perdarahan gusi (-)

 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening dan tiroid, deviasi trakea (-)
 Thorax : Bentuk normal, emfisematus (-), sela iga tidak melebar,
 Retraksi intercosta dan supraclavicula (-)
 - Pulmo (Paru depan-belakang)
 Inspeksi : Retraksi intercosta (-)
 Palpasi : Stem Fremitus kanan = kiri
 Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
 Auskultasi : Rhonki -/- wheezing -/-
 - Cor
 Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS V ± 1 cm lateral midclavicula line
sinistra,
 kuat angkat, tidak melebar, pulsasi parasternal (-), pulsasi epigastrial (-)
 Perkusi : Batas kanan jantung SIC V linea parasternalis dextra
 Batas kiri jantung SIC V 2 cm medial linea midclavicularis sinistra
 Batas pinggang jantung SIC III linea sternalis sinistra
 Kesan tidak terdapat kardiomegali
 Auskultasi : HR: 102x/menit, reguler
 S1S2 tunggal
 Murmur sistolik (-), Gallop (-)
 Abdomen
 Inspeksi : Datar, tidak ada jejas, venektasi (-),
kelainan kulit (-)
 Auskultasi : Bising usus positif normal
 Perkusi : Timpani
 Palpasi : Hepar tidak teraba, lien tidak
teraba

 Genitalia : DBN
 Extremitas : Edem (-), Akral hangat, CRT
< 2 detik
Darah Lengkap Hasil Nilai Normal/Satuan

WBC 20,60 5,50 – 13,5 103/µL

NEU 4,89 1.50-7,00 103/µL

LYM 14.00 1,00-3,70 103/µL

MONO 1,0 0,00-0,70 103/µL

EU 0,66 0,00-,40 103/µL

BASO 0,05 0,00-0,10 103/µL

LYM% 68,0

NEU% 23,7
MONO% 4,9

EU% 3,2

BASO% 0.2

RBC 4,46 2,80-5,80 108/µL

HB 12,2 9,2-16,8 g/dl

HCT 37,0 30-46,0 %

MCV 83,0 74-121 µm3

MCH 27,4 24,0-34,0 pg

MCHC 33,0 24-34 g/dl

RDW 11,8 11,0-16,0 %

PLT 416 150–450 103/µL

MPV 8,7 9,0-13,0 Fl


 Diagnosis
Pertusis
Pertusis Tuberkulosis Pneumonia

Anamnesa  Batuk sudah lebih dari 2  Batuk lebih dari 3 minggu  Demam


LAPORAN KASUS
minggu
Batuk paroksismal yang
 Riwayat kontak positif
dengan pasien TB dewasa


Batuk dengan nafas cepat
Merintih (grunting)
diikuti dengan whoop,  Berat badan menurun  Sianosis
muntah, sianosis atau  Demam lebih dari 2  Sesak
• Diagnosis Banding apneu minggu tanpa sebab  Bisa kejang, letargi atau
 Tanpa/dengan demam  Tidak ada nafsu makan, tidak sadar
 Imunisasi DPT berkeringat malam  Tidak dapat menyusu atau
belum/sudah lengkap makan/minum
 Dapat disertai penurunan  Bisa sampai muntah
berat badan
Pemeriksaan Fisik dan  Perdarahan  Pembengkakan kelenjar  Pernafasan cuping hidung
Penunjang subkonjungtiva atau limfe leher, aksila,  Retraksi otot bantu nafas
epistaksis inguinal yang spesifik  Rhonki (+), wheezing
 Distress pernafasan  Pembengkakan (+)/(-)
 Rhonki (+)/(-), Wheezing tulang/sendi punggung,  Foto thorax: infiltrat luas,
(+)/(-) panggul, lutut, phalanx konsolidasi
 Rhinore  Uji Tuberkulin (+)
 Hitung gizi baik/buruk  Gizi buruk (< -2SD)
 Foto thorax: normal/  Foto thorax: cavitas apex
infiltrat di regio hiler dan pulmo (+), infiltrat dan
parahiler fibrosis di kedua lapang
paru
 Terapi yang diberikan pada pasien ini tanggal
31 januari 2020 yaitu:
 Infus D5 ½ NS 10 tpm
 Inj. Azitromicin 1x150mg diencerkan dalam
NS 50cc habis dalam 1 jam
 Inj. Sanmol 150mg K/P jika demam
 Puyer batuk 2x1
 Nebulizer Combivent 1 resp + Nacl 3cc / 8
jam
 S: Orang tua pasien mengeluh anaknya masih batuk, selama
dirumah sakit sudah kambuh 5x, setiap serangan durasi
sekitar 1-2 menit, disertai suara menarik nafas pada saat
akan batuk. Pasien juga dikeluhkan muntah setiap habis
batuk. Diluar serangan pasien tidak ada keluhan, makan dan
minum masih banyak. Tidak ada keluhan lainnya.
 O: KU: Baik
 Kepala-Leher: a/i/c/d: -/-/-/-, sianosis (-), PCH (-)
 Thorax: Jantung dalam batas normal. Tidak ada suara
tambahan jantung ( S1 S2 reguler). Paru-paru: vesikuler +/+ ,
tanpa rhonki wheezing
 Abdomen: Datar dan tidak ada nyeri tekan atau pembesaran
pada palpasi hepar dan lien, bising usus (+) meningkat,
meteorismus (-)
 Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2 detik
 A: Pertusis
 P: Terapi lanjut
Sebagian besar anak akan membaik,
mengalami perbaikan epitel pada saluran
respiratori dan fungsi paru yang normal
setelah sembuh. Pada anak dengan usia lebih
muda akan cenderung membutuhkan rawat
inap, hal ini disebabkan memiliki angka
kematian lebih besar. Pada anak yang terkena
pertusis dapat mengalami gangguan
disabilitas akibat ensefalopati (Marcdante et
al., 2011).

Anda mungkin juga menyukai