Anda di halaman 1dari 138

PENGOBATAN PASIEN

TUBERKULOSIS (TB)
di FKTP/FKRTL
SISTEMATIKA

1.Deskripsi singkat
2.Tujuan Pembelajaran
3.Pokok bahasan dan Sub pokok bahasan
4.Metode
5.Alat Bantu Media
6.Uraian Materi
7.Referensi
8.Soal dan Latihan
Deskripsi Singkat

• Pengobatan diberikan setelah diagnosis dan klasifikasi


kasus pasien TB sensitif dan pasien TB Resistan Obat
(RO).
• Prinsip tatalaksana pengobatan TB di FKTP = FKRTL.
Kasus TB yang tidak dapat ditangani di FKTP dapat
dirujuk ke FKRTL.
• Pengobatan pasien TB sensitif maupun TB RO terdiri
dari tahap awal dan tahap lanjutan.
• Tahap pengobatan harus dijalani secara teratur dan
benar oleh pasien TB agar dapat sembuh dan
memperkecil risiko terjadinya TB Multi Drug Resistant
(MDR) atau bahkan Extensively Drug Resistant (XDR).
Tujuan Pembelajaran

A.Tujuan Pembelajaran Umum(TPU)


Setelah menyelesaikan materi, peserta mampu
melakukan pengobatan pasien TB.

B.Tujuan Pembelajaran Khusus(TPK)


Setelah mempelajari materi lnti ini peserta latih
mampu :
1.Menjelaskan prinsip-prinsip pengobatan TB
2.Melakukan tata laksana pengobatan TB
3.Melakukan Komunikasi Motivasi
4.Melakukan Pencegahan TB bagi populasi rentan
Pokok bahasan dan Sub pokok bahasan

A. Prinsip pengobatan TB di fasyankes:


1.Tujuan Pengobatan TB

2.Jenis OAT

3.Dosis OAT

4.Tahapan dan lama pengobatan

5.Persiapan sebelum pengobatan


Lanjutan .
B.Tata laksana pengobatan TB:
1.Pasien TB Dewasa

2.Pasien TB Anak

3.Pasien dengan keadaan khusus

4.Penetapan PMO

5.Pasien TB dengan efek samping OAT

6.Tatalaksana kasus mangkir


Pokok bahasan dan Sub pokok bahasan (lanjutan)

C. Komunikasi Motivasi pada


1.Komunikasi Motivasi Untuk Pasien TB
2.Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Untuk Pasien dan
Keluarga PasienTB

D. Pencegahan TB bagi populasi rentan :


1.Vaksinasi BCG bagi bayi
2.Pengobatan pencegahan bagi anak bawah 5 tahun
3.Pengobatan Pencegahan (PP INH) bagi ODHA
Lanjutan

IV.METODE :
A.CTJ

B.Curah Pendapat

C.Latihan soal

D.Studi Kasus

E.Demontrasi
Lanjutan
V.MEDIA DAN ALAT BANTU :
A.Koputer E.Spidol
B.LCD F.OAT
C.Flipchart G.Pedoman Latihan Kasus
D.Whiteboard H.Pedoman studi kasus
I.Modul MI 2
J.Bahan Tayang
Pokok bahasan 1 : Prinsip Pengobatan
TB di Fasyankes
• Prinsip pengobatan yang adekuat memenuhi :
• Minimal 4 macam obat

• Dosis yang tepat

• Ditelan teratur dan diawasi PMO (Pengawas


Menelan Obat) sampai selesai pengobatan.

• Pengobatan diberikan dalam dua (2) tahap yaitu


tahap awal dan tahap lanjutan
Pokok bahasan 1 : Prinsip Pengobatan
TB di Fasyankes (lanjutan)
• 1.Tujuan pengobatan TB
a.Menyembuhkan pasien dan memperbaiki
produktivitas serta kualitas hidup.
b.Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB
atau dampak buruk selanjutnya.
c.Mencegah terjadinya kekambuhan TB
d.Menurunkan risiko penularan TB
e.Mencegah terjadinya dan penularan TB resistan
obat.
Pokok bahasan 1 : Prinsip Pengobatan
TB di Fasyankes (lanjutan)
2.Jenis OAT
1. OAT lini satu
2. OAT lini dua
Untuk lengkapnya lihat tabel dalam modul

3.Dosis OAT
3. Dosis rekomendasi OAT lini pertama untuk
dewasa
4. Perhitungan dosis OAT Resistan Obat
Jenis OAT
OAT lini satu
Jenis OAT Sifat Dosis yang direkomendasikan (mg/kg)

Harian 3 x seminggu
Isoniasid (H) Bakterisid 5 10
(4-6) (8-12)

Rifampisin (R) Bakterisid 10 10


(8-12) (8-12)

Pirazinamid (Z) Bakterisid 25 35


(20-30) (30-40)

Streptomisin (S) Bakterisid 15


(12-18)

Etambutol (E) Bakteriostatik 15 30


(15-20) (20-35)
OAT lini dua
Grup Golongan Jenis Obat
A Florokuinolon  Levofloksasin (Lfx)
 Moksifloksasin (Mfx)
 Gatifloksasin (Gfx)*

B OAT suntik lini kedua  Kanamisin (Km)


 Amikasin (Am)*
 Kapreomisin (Cm)
Streptomisin (S)**

C OAT oral lini Kedua  Etionamid (Eto)/Protionamid (Pto)*


 Sikloserin (Cs) /Terizidon (Trd)*
 Clofazimin (Cfz)
 Linezolid (Lzd)

D D1  OAT lini pertama  Pirazinamid (Z)


 Etambutol (E)
 Isoniazid (H) dosis tinggi

D2  OAT baru  Bedaquiline (Bdq)


 Delamanid (Dlm)*
 Pretonamid (PA-824)*

D3  OAT tambahan  Asam para aminosalisilat (PAS)


 Imipenem-silastatin (Ipm)*
 Meropenem (Mpm)*
 Amoksilin clavulanat (Amx-Clv)*
 Thioasetazon (T)*
Dosis OAT
Dosis rekomendasi OAT Lini satu untuk dewasa
Obat Dosis rekomendasi
Harian 3 kali per minggu
Dosis (mg/ Maksimum (mg) Dosis (mg/ Maksimum
kgBB) kgBB) (mg)

Isoniazid (H) 5 (4-6) 300 10 (8-12) 900


Rifampisin (R) 10 600 10 (8-12) 600
(8-12)

Pirazinamid (Z) 25 35 (30-40)


(20-30)

Etambutol (E) 15 30 (25-35)


(15-20)

Streptomisin (S)* 15 15
(12-18) (12-18)
Dosis OAT Resistan Obat

Dosis Harian Berat Badan (BB)> 30 kg


OAT 30-35 kg 36-45 kg 46-55 kg 56-70 kg >70 kg
Kanamisin 15-20 mg/kg/hari 500 mg 625-750 mg 875-1000 mg 1000 mg 1000 mg

Kapreomisin 15-20 mg/kg/hari 500 mg 600-750 mg 750-800 mg 1000 mg 1000 mg

Pirazinamid 20-30 mg/kg/hari 800 mg 1000 mg 1200 mg 1600 mg 2000 mg

Etambutol 15-25 mg/kg/hari 600 mg 800 mg 1000 mg 1200 mg 1200 mg

Isoniasid 4-6 mg/kg/hari 150 mg 200 mg 300 mg 300 mg 300 mg

Levofloksasin (dosis 750 mg/ hari 750 mg 750 mg 750 mg 750-1000 mg 1000mg
standar)

Levofloksasin (dosis 1000 mg/ hari 1000 mg 1000 mg 1000 mg 1000 mg 1000 mg
tinggi)

Moksifloksasin 400 mg/ hari 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg


Sikloserina 500-750 mg/ hari. 500 mg 500 mg 750 mg 750 mg 1000mg

Etionamida 500-750 mg/ hari. 500 mg 500 mg 750 mg 750 mg 1000 mg

Asam PASa 8 g/ hari. 8g 8g 8g 8g 8g


Sodium PASb 8 g/ hari. 8g 8g 8g 8g 8g
Bedaquilinc 400 mg/ hari 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg
Linezolid 600 mg/ hari 600 mg 600 mg 600 mg 600 mg 600 mg
Klofazimind 200–300 mg/ hari 200 mg 200 mg 200 mg 300 mg 300mg

Delamanid
Pokok bahasan 1 : Prinsip Pengobatan
TB di Fasyankes (lanjutan)
4.Tahapan Pengobatan
 Tahap awal, diberikan setiap hari
Tujuan : menurunkan jumlah kuman dan meminimalisir
pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin
sudah resistan

 Tahap lanjut
Tujuan : membunuh sisa sisa kuman yang masih ada
dalam tubuh dan mencegah terjadinya kekambuhan

• Lama pengobatan pasien TB tergantung kriteria pasien


TB
Pokok bahasan 1 : Prinsip Pengobatan
TB di Fasyankes (lanjutan)
5.Persiapan Sebelum Pengobatan
• Anamnesis ulang untuk memastikan kemungkinan terdapatnya
riwayat dan kecenderungan alergi obat tertentu, riwayat penyakit
terdahulu seperti status HIV, diabetes mellitus, hepatitis, dll.

• Penimbangan berat badan

• Identifikasi kontak erat/serumah

• Memastikan data dasar pasien terisi dengan benar dan terekam


dalam sistem pencatatan yang digunakan.
Lanjutan ...
• Penetapan PMO

• Pemeriksaan adanya penyakit komorbid (HIV, DM)

• Kunjungan rumah dilakukan oleh petugas fasyankes


wilayah jika diperlukan, untuk memastikan alamat yang
jelas dan kesiapan keluarga untuk mendukung pengobatan
melalui kerjasama jejaring eksternal.

• Pemeriksaan baseline penunjang sesuai dengan indikasi


yang diperlukan
Pengobatan TB
SENSITIF OBAT
(SO)
Pokok bahasan 2: Tatalaksana
Pengobatan TB
1.Pengobatan TB Sensitif obat
a.Pengobatan TB dewasa
Memakai OAT lini satu :
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3 atau 2(HRZE)/4(HR)
diberikan pada pasien:
1. TB paru baru terkonfirmasi bakteriologis,
2. TB paru baru terdiagnosis klinis,
3. TB ekstra paru
Pokok bahasan 2: Tatalaksana
Pengobatan TB (lanjutan)
Dosis paduan OAT KDT Kategori 1: 2(HRZE) / 4(HR)3
Tahap Awal Tahap Lanjutan
tiap hari selama 56 hari 3 kali seminggu selama
RHZE (150/75/400/275) 16 minggu
Berat Badan RH (150/150)

30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT


38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
Pokok bahasan 2: Tatalaksana
Pengobatan TB (lanjutan)
Dosis paduan OAT Kombipak Kategori 1: 2 HRZE /
4H3R3
Dosis per hari / kali Jumlah
hari/kal
Tablet Kaplet Tablet Tablet i
Tahap Lama
IsoniasiRifampisi Pirazinam Etambut menela
Pengoba Pengoba
d @ 300 n @ 450 id @ 500 ol @ n obat
tan tan
mgr mgr mgr 250 mgr

Awal 2 Bulan 1 1 3 3 56

Lanjutan 4 Bulan 2 1 - - 48
Pokok bahasan 2: Tatalaksana
Pengobatan TB (Lanjutan)
Pengobatan TB dewasa
1. Pengobatan TB Sensitif obat
- Memakai OAT lini satu
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 atau
2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)E
diberikan pada pasien:
1. Pasien kambuh,
2. Pasien gagal pada pengobatan Kategori ,
3. Pasien dengan pengobatan setelah putus
berobat (loss to follow-up)
Pokok bahasan 2: Tatalaksana Pengobatan TB
(Lanjutan)
Dosis paduan OAT KDT Kategori 2 : 2(HRZE)S /
(HRZE) /5(HR)3E3
Tahap Awal Tahap Lanjutan
tiap hari 3 kali seminggu
Berat Badan
RHZE (150/75/400/275) + S RH (150/150) + E(400)
Selama 56 hari Selama 28 hari selama 20 minggu
30-37 kg 2 tab 4KDT 2 tab 4KDT 2 tab 2KDT
+ 500 mg Streptomisin inj. + 2 tab Etambutol

38-54 kg 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT 3 tab 2KDT


+ 750 mg Streptomisin + 3 tab Etambutol
inj.

55-70 kg 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT 4 tab 2KDT


+ 1000 mg Streptomisin + 4 tab Etambutol
inj.

≥71 kg 5 tab 4KDT 5 tab 4KDT 5 tab 2KDT


+ 1000mg Streptomisin + 5 tab Etambutol
inj.
Pokok bahasan 2: Tatalaksana Pengobatan TB
(Lanjutan)
Dosis paduan OAT Kombipak Kat 2: 2HRZES / HRZE /
5H3R3E3
Etambutol

Kaplet
Tablet Tablet Jumlah
Lama Rifam Strept
Tahap Isoniasid Pirazina Tablet Tablet hari/kali
Pengo pisin omisin
Pengobatan @ 300 mid @ @ 250 @ 400 menelan
batan @ 450 injeksi
mgr 500 mgr mgr mgr obat
mgr

Tahap Awal
2
(dosis harian)
bulan 1 1 3 3 - 0,75 gr 56
1 1 1 3 3 - - 28
bulan
TahapLanjuta
n (dosis 3x 5
2 1 - 1 2 - 60
semggu) bulan
Pokok bahasan 2: Tatalaksana Pengobatan
TB (Lanjutan)
Pemantauan kemajuan Pengobatan
Tabel Pemantauan kemajuan pengobatan dapat dilihat
tabel berikut:
KATEGORI BULAN PENGOBATAN
PENGOBATAN 1 2 3 4 5 6 7 8

Pasien baru (====) (====) (-------) (-------) (-------) (-------)


2(HRZE)/4(HR) X (X) X X
ӡ apabila hasilnya apabila apabila
BTA positif, hasilnya hasilnya
dinyatakan BTA BTA
tidak konversi*. positif, positif,
dinyatakan dinyatakan
gagal * gagal*.

Pasien (====) (====) (====) (-------) (-------) (-------) (-------) (-------)


pengobatan X (X) X X
ulang apabila apabila apabila
2(HRZE)S / hasilnya BTA hasilnya hasilnya
(HRZE)/ positif, BTA BTA
5(HR)ӡEӡ dinyatakan positif, positif,
tidak konversi*. dinyatakan dinyataka
gagal* n gagal*
Tatalaksana pasien berobat tidak teratur
Tatalaksana pasien berobat tidak teratur
(lanjutan)
Hasil Pengobatan Pasien TB
LANJUTAN

b.Pengobatan TB Anak
Paduan OAT dan lama pengobatan TB pada anak
LANJUTAN ......

Dosis OAT untuk anak


LANJUTAN........

Dosis OAT KDT pada TB anak


LANJUTAN............
Kortikosteroid

Kortikosteroid diberikan pada kondisi :


• TB meningitis

• sumbatan jalan napas akibat TB kelenjar (endobronkhial TB)

• perikarditis TB

• TB milier dengan gangguan napas yang berat,

• efusi pleura TB

• TB abdomen dengan asites.


PENGOBATAN TB ANAK
Piridoksin
Suplementasi piridoksin (510 mg/hari) direkomendasikan pada HIV
positif dan malnutrisi berat.

Nutrisi
Status gizi pada anak dengan TB mempengaruhi keberhasilan
pengobatan TB. Air susu ibu tetap diberikan jika anak masih dalam
masa menyusui.
Pemantauan dan Hasil Evaluasi
Pengobatan TB anak
1.Pemantauan pengobatan pasien TB Anak
• TB anak harus dipastikan minum obat setiap hari secara teratur oleh
PMO. dipantau setiap 2 minggu selama tahap awal , dan sekali
sebulan pada tahap lanjut.

• Setiap kunjungan dievaluasi respon pengobatan, kepatuhan, toleransi


dan kemungkinan adanya efek samping obat.

• Pemantauan pengobatan dengan melakukan pemeriksaan dahak ulang


pada akhir bulan ke 2, ke 5 dan ke 6.

• Dosis OAT disesuaikan dengan penambahan berat badan.

• Kepatuhan minum obat dicatat menggunakan kartu pemantauan


pengobatan (kartu TB.01).
Lanjutan .......

2. Hasil akhir pengobatan pasien TB Anak

• Sembuh
• Pengobatan lengkap
• Meninggal
• Gagal
• Loss to follow-up (putus berobat)

• Tidak dievaluasi
Lanjutan...........
Tatalaksana pasien yang berobat tidak
teratur
Ketidakpatuhan minum OAT pada pasien TB merupakan
penyebab kegagalan terapi dan meningkatkan risiko terjadinya TB
resistan obat.
• Jika anak tidak minum obat >2 minggu di tahap awal atau > 2
bulan di tahap lanjut DAN menunjukkan gejala TB, ulangi
pengobatan dari awal.
• Jika anak tidak minum obat <2 minggu di tahap awal atau <2
bulan di tahap lanjut DAN menunjukkan gejala TB, lanjutkan
sisa pengobatan sampai selesai.
2.Pengobatan TB
Resistan Obat (TB
RO)
Siapa yang Diobati...??
Paduan Pengobatan TB RO

Jangka Paduan Individual


Pendek OAT (min. 20
(9 – 11 bulan)
bulan)
A
L
U
R

P
E
N
G
O
B
A
T
A
N
Pengobatan Jangka Pendek
Paduan Pengobatan

4–6 Km – Mfx – Eto (Pto) – HDT – Cfz – E – Z / 5 Mfx – Cfz – E – Z

Catatan :
- Intoleransi Z, tidak bisa mendapatkan paduan jangka pendek
- Intoleransi E, paduan dapat diberikan tanpa E
- Intoleransi Km, dapat diganti dengan Cm
Dosis OAT
Dosis berdasarkan kelompok berat badan
Nama Obat
<33
33 – 50 kg >50 – 70 kg >70 kg
kg

Kanamisin* 0,5 g 0,75 g 0,75 g 1g

Moxifloxaci 400
600 mg 800 mg 800 mg
n mg
50
Clofazimin 100 mg 100 mg 100 mg
mg#
600
Etambutol 800 mg 1000 mg 1200 mg
mg
750
Pirazinamid 1500 mg 2000 mg 2000 mg
mg

300 **450 **600


IsoniazidDT 600 mg 600 mg
mg mg mg

500
Etionamid 500 mg 750 mg 1000 mg
mg
500
Protionamid 500 mg 750 mg 1000 mg
mg
Cara Pemberian OAT
Pengobatan Jangka Pendek 9 – 11 bulan :
Durasi Pengobatan
Tahap Awal Tahap Lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Obat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1. Kanamisin (Km) √ √ √ √ √* √**


2.Etionamid(Eto) / √ √ √ √ √* √**
Protionamid (Pto)
3. Isoniazid (H) dosis tinggi (DT) √ √ √ √ √* √**
4. Moxifloxacin (Mfx) √ √ √ √ √* √** √ √ √ √ √
5. Clofazimin (Cfz) √ √ √ √ √* √** √ √ √ √ √
6. Etambutol (E) √ √ √ √ √* √** √ √ √ √ √
7. Pirazinamid (Z) √ √ √ √ √* √** √ √ √ √ √

* Pengobatan diperpanjang sampai bulan ke-5 jika belum konversi BTA bulan ke-4
** Pengobatan diperpanjang sampai bulan ke-6 jika belum konversi BTA bulan ke-5
Pada bulan ke-5 dan ke-6 : obat injeksi diberikan 3x seminggu, obat oral diberikan
setiap hari
Cara Pemberian OAT
Konversi BTA ≤4 Durasi tahap Durasi tahap
bulan awal = 4 bulan lanjutan = 5 bulan
Pengobatan
jangka pendek

Belum konversi Teruskan tahap


pada bulan ke-4 awal s/d 6 bulan

Tidak terjadi konversi Terjadi konversi BTA pada


s/d bulan ke-6 bulan ke-5 atau ke-6

Pasien dinyatakan gagal


Lanjutkan pengobatan
pengobatan jangka
ke tahap lanjutan
pendek
selama 5 bulan

Pasien dirujuk untuk


mendapatkan paduan invidual
Bulan pengobatan
Pemeriksaan Awal dan
Monitoring Pengobatan Tahap Awal 4 bulan
Tahap Lanjutan 5 bulan
Jangka Pendek (dapat diperpanjang sampai 6 bulan)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis 5 6
pemeriksaan
0 1 2 3 4 7 8 9 10 11

Anamnesis √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Pemeriksaan Pemeriksaan
BTA, Biakan, dan fisik / klinis
Uji Kepekaan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
(BB)
dilakukan di lab
rujukan BTA sputum
tersertifikasi √ √ √ √ √√* √√* √√* √ √ √√*
Biakan sputum √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
LPA lini kedua √
Uji kepekaan √ √**
EKG+ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Tes

pendengaran***
Bulan pengobatan

Tahap Awal 4 bulan


Jenis Tahap Lanjutan 5 bulan
(dapat diperpanjang sampai 6 bulan)
pemeriksaan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
5 6
0 1 2 3 4 7 8 9 10 11

Tes

penglihatan++
Rontgen dada √ √ √ √
Pemeriksaan Darah

Awal dan lengkap***
Monitoring Gula darah
Pengobatan puasa dan 2 √
Jam PP***
Jangka Pendek
Ureum-
kreatinin serum √ √ √ √ √ √ √

Elektrolit √ √ √ √ √ √ √
SGOT, SGPT,
Bilirubin √
Total***
TSH/TSHs √
Tes

kehamilan***
Tes HIV*** √
Pengobatan individual
Kriteria Pemberian Paduan
Individual
Prinsip Pengobatan
Individual (1)

Setidaknya terdiri dari 5


obat efektif :
4 OAT Lini 2 (obat inti)
Pirazinamid (Z)
Prinsip Pengobatan
Individual (2)
1. Untuk memenuhi 5 obat efektif pilih obat berikut :
• 1 obat dari grup A
• 1 obat dari grup B
• 2 obat dari grup C
• Tambahkan Z
2. Tambahkan golongan D1 (INH dosis tinggi, Etambutol) untuk
memperkuat regimen
3. Bila 5 obat efektif tidak terpenuhi dari grup A/B/C, pilih obat dari
golongan D2 atau D3.
Prinsip Pengobatan
Individual (3)
Obat baru dari golongan D2
diberikan (Bdq dan Dlm) untuk kasus
:
- TB XDR
- TB Pre-XDR
- Intoleransi obat injeksi lini 2
atau fluoroquinolon
- Pasien TB RO gagal pengobatan
atau kambuh
Prinsip Pengobatan
Individual (4)

Pemilihan jenis obat


pada paduan individual,
dilakukan dan
dipertimbangkan oleh
TAK
Indikasi Pemberian Bdq dan Dlm
Kontraindikasi Pemberian Bdq dan Dlm
Cara Pemberian Bdq dan Dlm
Dosis Paduan Individual (1)
Dosis untuk kelompok berat badan (BB)
Dosis
OAT
(per hari) 30–33 kg 36–45 kg 46–55 kg 56–70 kg >70 kg

Levofloksasin 750–1000
750 mg 750 mg 750 mg 750 mg 1000 mg
(dosis standar) mg

Levofloksasin
1000 mg 1000 mg 1000 mg 1000 mg 1000 mg 1000 mg
(dosis tinggi)

Moksifloksasin 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg

875–1000
Kanamisin 15-20 mg/kg 500 mg 625–750 mg 1000 mg 1000 mg
mg

Kapreomisin 15-20 mg/kg 500 mg 600–750 mg 750–800 mg 1000 mg 1000 mg

Etionamida 500–750 mg 500 mg 500 mg 750 mg 750 mg 1000 mg

Protionamida 500–750 mg 500 mg 500 mg 750 mg 750 mg 1000 mg

Linezolid 600 mg 600 mg 600 mg 600 mg 600 mg 600 mg


Dosis Paduan Individual (2)
Dosis
Dosis untuk kelompok berat badan (BB)
OAT
(per hari) 30–33 kg 36–45 kg 46–55 kg 56–70 kg >70 kg

Clofaziminb 200–300 mg 200 mg 200 mg 200 mg 300 mg 300 mg

Sikloserina 500–750 mg 500 mg 500 mg 750 mg 750 mg 1000 mg

Pirazinamid 20–30 mg/kg 800 mg 1000 mg 1200 mg 1600 mg 2000 mg

Etambutol 15–25 mg/kg 600 mg 800 mg 1000 mg 1200 mg 1200 mg

Isonizid (dosis 10 mg/kg,


300 mg 400 mg 500 mg 600 mg 600 mg
tinggi) maks 600 mg

400 mg satu (1) kali per hari selama 2 minggu, dilanjutkan 200 mg tiga kali
Bedaquiline
seminggu

Delamanid 100 mg dua (2) kali per hari (total dosis harian = 200 mg)

PASa 8 g/hari 8g 8g 8g 8g 8g
Durasi Pengobatan Individual
Lama Lama Total durasi
Tipe pasien Bulan konversi
tahap awal tahap lanjutan pengobatan

Baru Bulan 0-4 8 bulan 12 bulan 20 bulan

9 – 12 bulan
(tambah 4 bulan
Bulan 5-8 12 bulan 21–24 bulan
dari bulan
konversi)

Pernah
diobati atau Bulan 0-4 12 bulan 12 bulan 24 bulan
TB pre-/XDR

Bulan 3-4 15-16 bulan 12 bulan 27-28 bulan


Durasi pengobatan (dalam bulan) paduan obat baru dengan
Bedaquiline atau Delamanid
Obat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

21 22 23 24
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Bedaquilin √ √ √ √ √ √
e atau
Delamanid

Obat suntik √ √ √ √ √ √ √ √ √* √* √* √*

OAT MDR √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √* √* √* √*
oral lainnya
Pemantauan Pengobatan
Paduan Individual
Bulan pengobatan
Pemantauan
0 1 2 3 4 5 6 8 10 12 14 16 18 20 22

Evaluasi Utama
Pemeriksaan apusan dahak Setiap bulan pada tahap awal, setiap 2 bulan pada tahap
dan biakan dahak √
lanjutan
Evaluasi Penunjang
Evaluasi klinis (termasuk
BB)
Setiap bulan sampai pengobatan selesai atau lengkap
Uji kepekaan obat √ Berdasarkan indikasi
Foto toraks √ √ √ √
Ureum, Kreatinin √ 1-3 minggu sekali
selama suntikan

Elektrolit (Na, Kalium, Cl) √ √ √ √ √ √ √

EKG √ Setiap 3 bulan sekali


Thyroid stimulating hormon √ √ √ √
(TSH)
Enzim hepar (SGOT, SGPT) √ Evaluasi secara periodik
Tes kehamilan √ Berdasarkan indikasi
Darah Lengkap √ Berdasarkan indikasi
Audiometri √ Berdasarkan indikasi
Kadar gula darah √ Berdasarkan indikasi
Asam Urat √ Berdasarkan indikasi
Test HIV √ dengan atau tanpa faktor risiko
Hasil akhir pengobatan TB
RO
N Hasil Akhir Jangka Pendek Individual
o Pengobatan

1. Sembuh 1. Menyelesaikan pengobatan sesuai durasi yang ditetapkan


2. Hasil pemeriksaan biakan negatif, 3x berturut-turut pada tahap lanjutan

3. Hasil pemeriksaan BTA negatif


pada bulan ke-9 atau ke-11

2. Pengobatan 1. Menyelesaikan pengobatan sesuai durasi yang ditetapkan


Lengkap 2. Tidak ada bukti untuk dinyatakan sembuh atau gagal

3. Gagal 1. Hasil pemeriksaan BTA bulan ke-6 Pengobatan dihentikan atau


positif membutuhkan perubahan paduan
2. Hasil pemeriksaan BTA di akhir pengobatan TB RO secara permanen
pengobatan positif terhadap 2 atau lebih OAT RO,
3. Terjadi reversi pada tahap lanjutan – karena :
Periksa BTA ulang 1. Tidak terjadi konversi sampai
4. Penghentian pengobatan karena ESO bulan ke-8 tahap awal
berat 2. Terjadi reversi pada tahap
5. Resistansi tambahan OAT lini 2 lanjutan
golongan kuinolon dan/ SLI 3. Resistansi tambahan OAT lini 2
golongan kuinolon dan/ SLI
4. Penghentian pengobatan
karena ESO berat
N Hasil Akhir Jangka Pendek Individual
o Pengobatan

4. Meninggal Pasien meninggal dalam masa pengobatan


oleh sebab apapun
5. Putus Pasien berhenti berobat selama 2 bulan
Berobat berturut-turut atau lebih
(LFU)

6. Tidak 1. Pasien pindah berobat tapi hasil akhir


Dievaluasi pengobatan tidak diketahui atau tidak
dilaporkan
2. Pasien tidak ada hasil pengobatan sampai
periode pelaporan
Efek samping pengobatan TB
RO
Tatalaksana ESO

• Petugas Kesehatan harus selalu memantau


munculnya ESO setiap hari dan memberikan
tatalaksana secara tepat
• ESO berkaitan dengan dosis yang diberikan
• Semua ESO yang terjadi harus tercatat dalam
formulir efek samping pengobatan, dan dilaporkan
• Pasien ESO ringan – sedang  Dapat ditangani
oleh dokter fasyankes satelit TB RO dan dilaporkan
ke fasyankes/Rujukan TB RO
• Pasien ESO berat  dirujuk ke fasyankes/Rujukan
TB RO
Daftar Efek Samping
Obat dan
Penatalaksanaannya
dapat dilihat dan
dipelajari pada Modul
Pengobatan
MESO-aktif
• Monitoring dan Manajemen Efek Samping Obat secara aktif yang
dilakukan oleh seluruh fasyankes TB RO
• Proses penilaian klinis dan laboratorium secara aktif dan
sistematis pada semua pasien TB RO
• Bertujuan untuk mendeteksi, menatalaksana, dan melaporkan
KTD obat
• Pencatatan dan Pelaporan MESO serius dan tidak serius sesuai
yang ditetapkan oleh BPOM RI dan dilakukan oleh petugas
kesehatan
• Pengumpulan dan Pelaporan menggunakan formulir dan juga
pada e-TB Manager
ha p a
Ta
n
gi a ta
Ke
M E SO
n
Pengobatan Pasien TB Dengan Keadaan
Khusus

a. Pengobatan TB apda ODHA


Prinsip :
1. Pengobatan TB pada ODHA dan inisiasi ART secara dini

2.Pemberian pengobatan pencegahan dengan Kotrimoksasol


(PPK)

3.Perawatan, Dukungan Dan Pengobatan HIV.


Pengobatan Pasien TB Dengan Keadaan
Khusus (lanjutan)
b. Pengobatan TB pada Diabetes Melitus
1. Paduan OAT DM sama dengan tanpa DM dengan syarat
kadar gula darah terkontrol

2.Gula darah tidak terkontrol,lama pengobatan dapat dilanjutkan


sampai 9 bulan

3.Hati-hati efek samping Etambutol karena pasien DM sering


mengalami komplikasi pada mata

4.Rifampisin akan mengurangi efektifitas obat oral DM (sulfonil


urea) sehingga dosisnya ditingkatkan
.
LANJUTAN ....
1. Pengawasan sesudah pengobatan untuk deteksi dini
terjadi kekambuhan

2.Pilihan utama untuk pengobatan DM pada pasien TB


adalah insulin

3.Pada pasien TB RO, Diabetes mellitus dapat memperkuat


efek samping OAT terutama gangguan ginjal dan neuropati
perifer
Pengobatan Pasien TB Dengan Keadaan
Khusus (lanjutan)
c. Pengobatan Pasien TB dengan kelainan hati
1) Pasien TB dengan Hepatitis akut
OAT pada pasien TB dengan hepatitis akut dan atau
klinis ikterik ditunda sampai hepatitis akutnya
mengalami penyembuhan. Sebaiknya rujuk ke
fasyankes rujukan,
2) Kondisi yang dapat diberi paduan OAT biasa
apabila tidak ada kondisi kronis :
• Pembawa virus hepatitis
• Riwayat penyakit hepatitis akut
• Saat ini masih sebagai pecandu alkohol,
sehingga harus diwaspadai.
Pengobatan Pasien TB Dengan Keadaan
Khusus (lanjutan)
3.) Hepatitis Kronis
Pasien dengan kecurigaan penyakit hati kronis, pemeriksaan
fungsi hati harus dilakukan sebelum pengobatan.
Hasil fungsi hati >3 x normal sebelum memulai pengobatan,
paduan
OAT berikut ini dapat dipertimbangkan:
• 2 obat yang hepatotoksik
2 HRSE / 6 HR
9 HRE
• 1 obat yang hepatotoksik
2 HES / 10 HE
Tanpa obat yang hepatotoksik
• 18-24 SE + salah satu gol fluorokuinolon (ciprofloxasin tidak
direkomendasikan karena potensinya sangat lemah).
Pengobatan Pasien TB Dengan Keadaan
Khusus (lanjutan)
d.. Pengobatan TB pada ibu hamil, pengguna kontrasepsi dan wanita usia
subur

• Kehamilan
Prinsip pengobatan TB kehamilan tidak berbeda dengan
pengobatan TB pada umumnya. Golongan Aminoglikosida seperti
streptomisin atau kanamisin dapat menimbulkan ototoksik.

Piridoksin 50mg/hari pada ibu hamil dalam pengobatan TB,


vitamin K 10mg/hari apabila Rifampisin digunakan pada trimester
3 menjelang partus.
Lanjutan ....
• Ibu menyusui dan bayinya
Prinsip pengobatan TB pada ibu menyusui tidak
berbeda.
Semua jenis OAT Lini 1 aman untuk ibu menyusui.
PPINH diberikan kepada bayi sesuai dengan berat
badannya.

• Pasien TB pengguna kontrasepsi:


Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi
hormonal dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi
Pengobatan Pasien TB Dengan Keadaan
Khusus (lanjutan)

e. Pengobatan TB pada Wanita usia subur


• Jika menggunakan kontrasepsi, Rifampisin berinteraksi dengan
kontrasepsi hormonal. Pasien TB sebaiknya menggunakan
kontrasepsi non-hormonal

• Pasien TB RO usia subur harus melakukan tes kehamilan


terlebih dahulu.

• Pasien dianjurkan memakai kontrasepsi fisik untuk mencegah


kehamilan.
Pengobatan Pasien TB Dengan Keadaan
Khusus (lanjutan)
f. Pengobatan pasien TB dengan gangguan fungsi
ginjal
• Pasien dengan penyakit ginjal sangat berisiko untuk terkena TB
khususnya pada pasien dengan penyakit ginjal kronis.
• Pemberian OAT TB pada pasien dengan gangguan ginjal harus
hati–hati, pirazinamid dan etambutol tidak diberikan karena
diekskresi melalui ginjal.
• Perlu diberikan tambahan Piridoksin (vit. B6) untuk mencegah
terjadinya neuropati perifer.
• Kerjasama dengan dokter yang ahli dalam penilaian tingkat
kegagalan fungsi ginjal berdasarkan pada pemeriksaan
kreatinin.
Pengobatan Pasien TB Dengan Keadaan
Khusus (lanjutan)
g. Pasien TB yang perlu mendapatkan tambahan kortikosteroid
Kortikosteroid hanya digunakan pada keadaan khusus yang
membahayakan jiwa pasien seperti:

• Meningitis TB dengan gangguan kesadaran dan dampak


neurologis

• TB milier dengan atau tanpa meningitis

• Efusi pleura dengan gangguan pernafasan berat atau efusi


pericardial
Lanjutan ...
• Laringitis dengan obstruksi saluran nafas bagian atas, TB
saluran kencing(untuk mencegah penyempitan ureter),
pembesaran kelenjar getah bening dengan penekanan pada
bronkus atau pembuluh darah.

• Hipersensitivitas berat terhadap OAT.

• IRIS (Immune Response Inflammatory Syndrome).

Dosis dan lamanya pemberian kortikosteroid tergantung dari


berat dan ringannya keluhan serta respon klinis
Penetapan Pengawas Menelan Obat (PMO)

Setiap pasien memulai pengobatan harus didahului menentukan


satu orang untuk menjadi PMO.

a. Persyaratan PMO
• dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien, harus disegani dan dihormati oleh pasien,
• Tinggal dekat dengan pasien,
• Bersedia sukarela,
• Bersedia dilatih dan/ penyuluhan bersama pasien
Lanjutan ...............

b. Peran seorang PMO


• Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur

• Memberi dorongan pasien agar mau berobat teratur,

• Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak

• Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB.


Lanjutan ............
c. Pengetahuan PMO
Minimal PMO memahami informasi penting tentang TB
untuk disampaikan kepada pasien dan keluarganya antara
lain:
• TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau
kutukan
• TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
• Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan
dan cara pencegahannya
• Cara pemberian pengobatan pasien (tahap awal dan
tahap lanjut)
• Pentingnya pengawasan, supaya pasien berobat secara
teratur
• Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya
segera meminta pertolongan ke fasyankes.
Lanjutan ............

PMO pada TB RO :
Pemilihan PMO :
1. tahap awal : petugas kesehatan baik di dalam atau di luar
Fasyankes, mengingat pada tahap ini pasien harus
mendapatkan suntikan setiap hari.

2. tahap lanjut : dilakukan oleh petugas kesehatan atau kader


kesehatan yang terlatih TB RO.
Penatalaksanaan pasien TB dengan efek
samping OAT

Prinsip tatalaksana efek samping :


• PAHAMI
• TATALAKSANA
• CATAT
Penatalaksanaan pasien TB dengan efek
samping OAT (lanjutan)

Tempat penatalaksanaan efek samping :


• tergantung pada berat atau ringannya gejala:
 Efek Samping ringan sampai sedang ditangani
di FKTP.
 Efek Samping berat dan tidak menunjukkan
perbaikan setelah penanganan efek samping
ringan atau sedang segera rujuk ke FKRTL.
 Alur rujukan tata laksana efek samping
mengikuti alur jejaring yang telah disepakati
antara pengelola program TB, penyedia
layanan dan mekanisme pembayaran layanan
kesehatan yang dimiliki oleh pasien TB.
Efek samping ringan OAT
Efek samping berat OAT
Penatalaksanaan pasien efek samping
pada kulit
• Pasien keluhan gatal tanpa rash dan penyebab lain,
pengobatan anti histamin serta pelembab kulit.
• Pengobatan TB tetap dapat dilanjutkan dengan pengawasan
ketat.
• Bila terjadi rash, semua OAT dihentikan dan segera rujuk
kepada dokter atau fasyankes rujukan
• Mengingat perlunya melanjutkan pengobatan TB hingga
selesai, di fasyankes rujukan dilakukan upaya mengetahui OAT
mana yang menyebabkan terjadinya reaksi dikulit dengan cara”
Drug Challenging”
Efek Samping OAT Lini 2
Efek Samping Ringan dan Sedang Yang Sering Muncul

No Efek samping Kemungkinan OAT Penyebab

1 Reaksi kulit alergi ringan Z, E, Eto, PAS, Km, Cm,

Reaksi kulit alergi sedang dengan/ Z, E, Eto, PAS, Km, Cm


tanpa demam

2 Neuropati perifer H, Cs, Km, Eto, Lfx

3 Mual muntah ringan Eto, PAS, Cfz, H, Z, E, Lfx, R

Mual muntah berat Eto, PAS, Cfz, H, Z, E, Lfx.


Efek Samping OAT Lini 2 (Lanjutan)
Efek Samping Ringan dan Sedang Yang Sering Muncul

No Efek samping Kemungkinan OAT Penyebab

4 Anoreksia Z, Eto, Lfx

5 Diare PAS

6 Nyeri kepala Eto, Cs

7 Vertigo Km, Cm, Eto

8 Artralgia Z, Lfx

9 Gangguan Tidur Lfx, Moxi

10 Gangguan elektrolit ringan: Km, Cm


Hipokalemi
Efek Samping OAT Lini 2 (Lanjutan)
Efek Samping Ringan dan Sedang Yang Sering Muncul

No Efek samping Kemungkinan OAT Penyebab

11 Depresi Cs, Lfx, Eto, H

12 Perubahan perilaku Cs, H

13 Gastritis PAS, Eto,Z

14 Nyeri di tempat suntikan Km, Cm

15 Metalic taste Eto

16 Gatal Cfz

17 Penuaan warna kulit Cfz


Efek Samping OAT Lini 2 (Lanjutan)
Efek Samping Berat Yang Sering Muncul
No Efek samping Kemungkinan OAT Penyebab

1 Kelainan fungsi hati Z, H, Eto, PAS, E, Lfx, Mfx

2 Kelainan fungsi ginjal Km, Cm

3 Perdarahan lambung PAS, Eto, H,Z

4 Gangguan Elektrolit berat (Bartter Cm, Km


like syndrome)

5 Gangguan pendengaran Km, Cm

6 Gangguan penglihatan E
Efek Samping OAT Lini 2 (Lanjutan)
Efek Samping Berat Yang Sering Muncul
No Efek samping Kemungkinan OAT Penyebab

7 Gangguan psikotik (Suicidal tendency) Cs

8 Kejang Cs, Lfx

9 Tendinitis Lfx, Mfx

10 Syok Anafilaktik Km, Cm

11 Reaksi alergi toksik menyeluruh dan Semua OAT yang digunakan


SJS

12 Hipotiroid PAS, Eto


Pelaporan Kejadian Efek Samping
Obat TB yang baru seperti Bedaquiline, Clofazimine dan Linezolid
untuk mengobati pasien TB Pre/XDR.
Data keamanan obat TB yang baru masih sedikit maka WHO
mensyaratkan penerapan “Active Drug Safety Monitoring and
Management (aDSM) atau
Monitoring dan Manajemen keamanan obat secara aktif.
Penerapan aDSM tersebut digunakan untuk :
• pasien MDR dan XDR yang mendapatkan obat TB
baru (Bdq,Cfz,Lzd)
• Pasien MDR yang mendapatkan pengobatan
paduan/rejimen obat baru seperti “Shorter Regimen”
• Semua pasien XDR dengan pengobatan obat TB lini
kedua, karena pasien XDR mendapatkan obat yang
bukan untuk pengobatan TB atau “repurposed drug”.
Pelaporan Kejadian Efek Samping
(Lanjutan)

Dalam penerapannya terdapat 3 tingkatan aDSM yaitu :


• Core package : Monitoring dan pelaporan hanya untuk Serious
Adverse Event (SAEs) atau Kejadian Tidak Diinginkan Serius
(KTD serius).
• Intermediate package: Monitoring dan pelaporan SAEs dan
adverse event yang diinginkan.
• Advanced package : Monitoring dan pelaporan semua Adverse
Events
Pelaporan Kejadian Efek Samping
(Lanjutan)
Istilah dan definisi dalam Farmakovigilans (PV) untuk
Paduan OAT RO
Istilah Definisi
Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) Setiap kejadian medis yang tak diinginkan yang terjadi pada pasien atau
subjek uji klinis yang mendapatkan pengobatan, termasuk kejadian yang
belum tentu disebabkan oleh atau berhubungan dengan produk tersebut.

Adverse Reaction (AR) Setiap kejadian yang tak diinginkan dan respon yang tidak diinginkan untuk
produk obat yang diteliti terkait dengan setiap dosis yang diberikan.
Unexpected Adverse Reaction Reaksi efek samping obat, yang sifat atau keparahannya tidak konsisten
(UAR) dengan informasi tentang produk obat yang bersangkutan yang telah terdapat
dalam ringkasan karakteristik produk (atau brosur) untuk produk tersebut.

KTD Serius atau Serious Adverse Secara berurutan; setiap peristiwa yang merugikan, reaksi yang merugikan
Reaction (SAR) atau Suspected atau reaksi yang merugikan tak terduga yang menyebabkan :
Unexpected Serious Adverse  Kematian
Reaction (SUSAR)  Mengancam kehidupan
 Memerlukan rawat inap atau perpanjangan rawat inap yang ada
 Cacat persisten atau signifikan atau menyebabkan ketidakmampuan
 Bawaan anomali atau cacat lahir
Pelaporan Kejadian Efek Samping
(Lanjutan)
Klasifikasi hubungan kausal paduan OAT RO
Hubungan Deskripsi
Unassessable Tidak terdapat cukup data untuk membuat penilaian
Unclassifiable Tidak terdapat cukup data untuk membangun/menentukan suatu hubungan
Unlikely Terdapat (hanya) sedikit bukti yang menunjukkan ada hubungan sebab-akibat
(misalnya peristiwa itu tidak terjadi dalam waktu yang wajar setelah pemberian
obat percobaan). Terdapat penjelasan lain yang masuk akal untuk kejadian
tersebut (misalnya kondisi klinis pasien, pengobatan lain yang bersamaan).
Possible Terdapat beberapa bukti yang menunjukkan hubungan sebab akibat (misalnya
karena peristiwa itu terjadi dalam waktu yang wajar setelah pemberian obat
percobaan). Namun, pengaruh faktor lain mungkin berkontribusi pada event
(misalnya kondisi klinis pasien, pengobatan lain yang bersamaan).
Probable Terdapat bukti yang menunjukkan hubungan sebab akibat dan pengaruh faktor-
faktor lain tidak mungkin.
Certain Terdapat bukti jelas yang menunjukkan hubungan sebab akibat dan kontribusi
faktor lain yang mungkin dapat dikesampingkan.
Tatalaksana kasus mangkir pada pasien
TB Sensitif

• Tindakan putus berobat selama kurang dari 1 bulan


• Tindakan putus berobat antara 1 – 2 bulan
• Tindakan putus berobat 2 bulan atau lebih (Loss to
follow-up)
A. Pelacakan Kasus Mangkir dari RS
Rujukan TB RO
• Hubungi pasien dalam waktu 24 jam sejak mangkir.
• Cari tahu alasan pasien mangkir dan tawarkan solusi
• Jika pasien tidak memiliki nomor telepon yang dapat dihubungi
atau tidak terlacak, maka mintalah bantuan dari Puskesmas
yang terdekat.
• Hasil pelacakan pasien mangkir diberikan oleh Puskesmas
wilayah tempat tinggal pasien dalam waktu 24 jam sejak
laporan tersebut
A. Pelacakan Kasus Mangkir dari RS Rujukan TB RO
(Lanjutan)
Puskesmas perlu mengambil langkah segera :
• Mencatat semua informasi yang diberikan oleh petugas
Poli TB MDR RS Rujukan.
• Merencanakan dan melakukan kunjungan rumah.
• jika pasien dapat ditemui, tanyakan penyebab dari
mangkirnya pasien. Pastikan ketika berbicara kita berada
didalam rumah, untuk menjaga kerahasiaan pasien.
• Jika pasien tidak ada di rumah, tanyakan kemana pasien
pergi dan mengapa pasien tidak datang untuk minum obat
pada hari itu. Berhati-hatilah untuk tetap menjaga
kerahasiaan pasien saat bertanya dengan tetangga.
• Jika perlu, hubungi atau kunjungi orang lain yang dapat
dihubungi, tercantum pada kartu TB.01 MDR. Berhati-
hatilah mengenai kerahasiaan pasien.
B. Pelacakan Pasien Mangkir dari Fasyankes
Satelit TB MDR
• Jika tidak terlacak, lakukan penelusuran terus-menerus hingga
pasien TB Resistan Obat mangkir dapat ditemukan.
• Setelah terlacak, cari permasalahan dan memberikan solusi.
• Apabila pasien TB Resistan Obat tetap mangkir dan tidak
memenuhi perjanjian untuk melanjutkan pengobatan, maka
pasien didatangi kembali dan didampingi untuk dirujuk ke RS
Rujukan/ Sub Rujukan TB MDR.
• Bila tidak juga ditemukan dan petugas telah merasa tidak ada
harapan dalam menemukan pasien TB Resistan Obat mangkir
tersebut, maka petugas segera menginformasikan ke RS
Rujukan/ Sub Rujukan TB MDR.
• Setiap upaya yang dilakukan oleh RS Rujukan/ Sub Rujukan TB
MDR atau Fasyankes Satelit TB MDR yang berkaitan dengan
penelusuran pasien mangkir harus terdokumentasi, seperti kapan
menghubungi melalui telepon, SMS, kunjungan rumah, diskusi
dengan pasien, keluarga, dan lain-lain.
POKOK BAHASAN 3

KIE dan Komunikasi Motivasi pada


Pengobatan TB :

a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien

b.KM pada Pasien TB


a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien

 KIE kepada Pasien


Pesan yang perlu dikomunikasikan
- Tahap awal
-Apa itu TB
-TB dapat disembuhkan
-Kesediaan menjalankan pengobatan
-Bagaimana mencegah penularan TB
-Pemeriksaan kontak serumah
-Perlunya PMO
-Menjelaskan paduan pengobatan
-Pemeriksaan lanjutan pada akhir tahap awal
-Kemungkinan yang terjadi selama pengobatan
dan tindakan yang harus dilakukan
-PHBS pasien TB
a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)
 KIE kepada Pasien (lanjutan)
Tahap lanjutan:
-Efek samping obat
-Jenis, warna kemasan, jumlah dan frekuensi
obat.
-Pentingnya kepatuhan pasien.
-Apabila pasien hanya menelan sebagian obat
atau berhenti menelan obat,
-Pentingnya pemeriksaan dahak, frekuensi dan
arti hasil pemeriksaan.
-PHBS
a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)

2.KIE kepada keluarga

A. Peran keluarga:
-Memotivasi pasien untuk menjalani pengobatan
sampai sembuh
-Mendampingi dan memberikan dukungan moral
-Mengingatkan pasien datang ke Faskes untuk
mendapatkan obat dan periksa ulang dahak sesuai
jadual (koord. PMO)
-Menemukan dan mengenali gejala-gejala efek
samping obat dan merujuk ke Faskes.
a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)
KIE kepada keluarga (lanjutan.....)
B. Pesan yang harus disampaikan kepada keluarga
a. Kunjungan pertama setelah pasien didiagnosis
TB
-Apa itu TB (penyebab TB dan gejala)
-TB dapat disembuhkan
-Pengobatan TB
-Keteraturan menelan obat sampai tuntas sesuai anjuran dokter.
-Efek samping obat dan kapan dan ke mana harus mencari
pertolongan.
-Pentingnya pengawasan keteraturan menelan obat
-Penularan TB
a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)
KIE kepada keluarga (lanjutan.....)
-Pencegahan penularan TB
-Etika Batuk
-Pentingnya pemeriksaan dahak ulang secara teratur
-Pentingnya PHBS bagi pasien dan keluarganya
-Sop merokok dan minuman keras pada pasien.
-Mmembersihkan rumah atau lingkungan-secara teratur.
-Olahraga bagi pasien.
-Konseling dan perbaikan gizi pasien
-Tidak diperlukan diet khusus, mensterilisasi atau memisahkan peralatan
makan minum.
a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)

b. Kunjungan berikutnya selama masa pengobatan :


-ulangi pesan seperti pada kunjungan awal
(Jangan berikan terlalu banyak informasi pada satu
kunjungan).
-yakinkan keluarga tentang pentingnya pengobatan
sampai selesai.
-sebagai sumber informasi ttg masalah pasien dan
bersama mencari solusi.
a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)

c. Pengawas Menelan Obat (PMO)


(TB sensitif bisa keluarga, pada TB RO harus
paramedis)

-Mengawasi pasien agar teratur menelan obat


-Memberikan motivasi
-Mengingatkan pasien kapan harus kembali kontrol,
mengambil obat , dan pemeriksaan lab.
-Memberikan penyuluhan kepada keluarga pasien
a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)

C. Pesan kepada keluarga untuk TB-RO :


Sama dengan TB Sensitif. Penekanan tertentu al:
- Selalu memakai masker
- Etika batuk dengan menyediakan tempat
berdahak
- hindari bersama pasien dalam ruangan tertutup
tanpa ventilasi selama masih menular (hasil
biakan masih positif
- Konseling dan perbaikan gizi pasien.
a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)

D. Hal-hal yang perlu disampaikan kepada pasien TB RO:


- Informed Consent /Inform refusal.
- Pengobatan TB : tempat pengobatan
jenis dan cara menelan obat
lama pengobatan
efek samping
pengambilan obat
evaluasi kemajuan pengobatan
sistim rujukan
pencegahan penularan
a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)
E. Petugas kesehatan dan lingkungan sekitarnya

-Pasien TB RO jangan dikucilkan.


-TB RO menular, namun pencegahan dapat dilakukan
dengan etika batuk dan pengobatan sedini mungkin.
-Pasien TB RO butuh dukungan psikologis dan sosial
untuk mendukung keberhasilan pengobatan.
-Kesembuhan pasien TB RO penting untuk memutus
rantai penularan.
-Lamanya pengobatan, beratnya efek samping serta
dampak sosial yang timbul, membuat pasien TB RO
sangat butuh dukungan lingkungan sekitarnya.
Catatan :
Penyampaikan informasi tentang penyakit TB RO ke
lingkungan tempat tinggal atau tempat kerja pasien,
perlu persetujuan tertulis dari pasien
a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)
F. Pesan kepada pasien di akhir pengobatan:

-sembuh atau pengobatan lengkap


kontrol dahak setiap 6 bulan selama 2 tahun
- pengobatan gagal
butuh dukungan dan konseling keluarga
- pastikan pasien patuh melakukan kunjungan
lanjutan setelah akhir pengobatan
- waspadai timbulnya gejala pada pasien atau kontak
pada saat monitoring akhir pengobatan
b. KM pada Pasien TB

Komunikasi Motivasi :
• adalah teknik komunikasi yang

• berpusat pada pasien

• bersifat mengarahkan untuk memperoleh perubahan


perilaku

• dengan cara membantu pasien menggali dan mengatasi


sikap mendua (ambivalensi) dalam membuat keputusan.
b. KM pada Pasien TB (lanjutan)

Teknik komunikasi motivasi


 berpusat pada pasien :
-pasien memiliki kemampuan didalam dirinya untuk
menyelesaikan masalahnya sendiri
-peran petugas memunculkan motivasi pasien dan
menciptakan lingkungan yang mendukung bagi
perubahan perilaku pasien.
-Hubungan merupakan kolaborasi dan kemitraan,
-petugas bersikap netral dan menghargai otonomi
pasien
b. KM pada Pasien TB (lanjutan)

Teknik komunikasi motivasi


 Sikap mendua (ambivalen):

Kondisi di mana seseorang memiliki perasaan yang


bercampur aduk atau gagasan yang saling bertentangan
mengenai sesuatu atau seseorang
b. KM pada Pasien TB (lanjutan)

Prinsip Umum
b. KM pada Pasien TB (lanjutan)

Ketrampilan Kunci KM:

 Refleksi
 Afirmasi
 Bertanya Beritahu Bertanya
 Pertanyaan Terbuka
b. KM pada Pasien TB (lanjutan)

• Refleksi:

-Refleksi Sederhana menyatakan kembali perkataan


pasien dengan kata-kata yang sama atau berbeda,
namun tidak menambah makna

-Refleksi Kompleks menyatakan kembali perkataan


pasien dengan menambah arti atau penekanan terhadap
apa yang dikatakan pasien, sering dengan membuat
dugaan tentang makna lebih dalam (tersirat) dari
pernyataan pasien atau menduga apa yang akan
mereka katakan selanjutnya.
b. KM pada Pasien TB (lanjutan)

• Afirmasi (Peneguhan)
- suatu keterampilan komunikasi untuk menekankan hal-
hal yang positif dari pasien.

-afirmasi berarti meneguhkan hal-hal positif yang sudah


dilakukan pasien sehingga pasien merasa dihargai dan
dipercayai oleh petugas.
b. KM pada Pasien TB (lanjutan)

Pertanyaan Terbuka

-Memungkinkan jawaban yang lebih luas


-Menggali informasi lebih dalam
-Mengetahui perspektif pasien
-Mendorong eksplorasi diri
-Memberi kesempatan petugas kesehatan mendapat
informasi yang tidak diperkirakan sebelumnya
Pokok bahasan 4
D. Pencegahan TB Bagi Populasi Rentan.

1. Vaksinasi BCG bagi bayi


2. Pengobatan Pencegahan bagi Anak di bawah 5 tahun
dan ODHA anak
3. Pengobatan Pencegahan (PP INH) bagi ODHA
dewasa
D. Pencegahan TB bagi Populasi Rentan

1. Vaksinasi BCG bagi bayi


a. Pemberian Kekebalan dengan Vaksinasi BCG
- BCG (Bacille Calmette-Guérin,vaksin hidup yang
dilemahkan)
-diberikan pada bayi 0-2 bulan, sesuai program
-usia > 2 bulan harus uji tuberkulin.
-efektif mencegah TB berat.
-BCG ulang tidak direkomendasikan
Lanjutan...........

b. Perhatian khusus pada pemberian BCG :


Bayi terlahir dari ibu pasien TB terkonfirmasi
bakteriologis :
-pada trimester 3 kehamilan berisiko tertular melalui
plasenta, cairan amnion maupun hematogen.
-selama masa neonatal berisiko tertular melalui percik
renik.

Pada kedua kondisi tersebut bayi sebaiknya dirujuk.


Lanjutan...........
.

Bayi terlahir dari ibu pasien infeksi HIV/AIDS:

- BCG tidak boleh diberikan pada bayi yang terinfeksi


HIV karena meningkatkan risiko BCG diseminata
- Di daerah yang endemis TB/HIV, bayi yang terlahir dari
ibu dengan HIV positif namun tidak memiliki gejala HIV
boleh diberikan vaksinasi BCG.
- Bila pemeriksaan HIV dapat dilakukan, maka vaksinasi
BCG ditunda sampai status HIVnya diketahui
Lanjutan........

Komplikasi BCG
Sejumlah kecil anak-anak (1-2%) mengalami komplikasi
setelah vaksinasi BCG.
Komplikasi paling sering :
-abses lokal,
-infeksi bakteri sekunder,
-adenitis supuratif dan pembentukan keloid lokal.

Kebanyakan reaksi akan sembuh selama beberapa bulan.


Pada beberapa kasus dengan reaksi lokal persisten atau
pada kasus imunodefisiensi dipertimbangkan untuk dirujuk.
Lanjutan......

Limfadenitis BCG
- pembengkakan kgb pada satu sisi, post vaks. BCG.
- komplikasi BCG yang paling sering.
- 2 mg- 24 bln (sering 2-4 bln) post BCG
- non supuratif atau supuratif.
- non supuratif : hilang dalam bb mg
- supuratif : tanda radang dan fluktuasi
aspirasi jarum jika diperlukan
- lokasi : supraklavikula, servikal, aksila,
1-2 kelenjar yang membesar.
- D/ ditegakkan : pembesaran KGB sisi yang sama
dengan penyuntikan BCG tanpa ada
penyebab lain
Lanjutan..........
2. Pengobatan Pencegahan bagi Anak di bawah 5 Tahun
dan ODHA anak
Lanjutan.............

3.Pengobatan Pencegahan (PP INH) bagi ODHA


dewasa
Tujuan: -mencegah TB aktif sehingga dapat
menurunkan beban TB pada ODHA.
Sasaran:-ODHA tidak terbukti TB aktif dan tidak ada
kontraindikasi,
Dosis : INH 300 mg/hari dan B6 dengan dosis
25mg/hari selama 6 bulan (180 dosis)
SELAMAT BERDISKUSI
DAN MENGERJAKAN TUGAS
DI KELOMPOK

Anda mungkin juga menyukai