Anda di halaman 1dari 15

REVOLUSI CHINA

KELOMPOK 4 :
 ALDA KURNIA
 ALIFASYA
 HANNI RAIHANNAH
 NUR AISYAH R
 RANIA AMELIA D
 FIKRI PUTRA
Latar Belakang Masalah
Revolusi Cina yang terjadi pada tahun 1911 merupakan tonggak awal bagi Cina untuk
mengubah semua aspek kehidupan yang sangat kolot, yang sebelumnya dikuasai
oleh dinasti Manchu. Dinasti Manchu memerintah Cina hampir 300 tahun, selama
waktu itu sistem pemerintahannya membuat rakyat Cina sangat menderita.
Dalam kondisi seperti ini muncullah Sun Yat Sen, ia adalah seorang tokoh yang berani
mendobrak Cina dari kekangan Dinasti Manchu. Sun Yat Sen merupakan pelopor
revolusi di Cina, ia mengajak para golongan terpelajar untuk melakukan persatuan
demi melawan Dinasti Manchu.
Di dalam revolusi dilakukan berbagai usaha untuk menggulingkan pemerintahan
Dinasti Manchu, walaupun awalnya selalu gagal, namun tidak menyurutkan semangat
kaun nasionalisme Cina. Akhirnya, setelah terjadi pertempuran yang hebat ketika
merebut kota Wuchang pada 10 Oktober 1911, yang kemudian dikenal dengan nama
Wuchang Day, Double Ten Nineteen Eleven, kaum nasionalis berhasil menggulingkan
pemerintahan Dinasti Manchu.
Faktor-faktor yang menyebabkan
meletusnya revolusi Cina 1911
Penyelewengan dan kelemahan dinasti Manchu
Dinasti Manchu memerintah di Cina pada 1644-1911 M. Pemerintahan ini adalah
pemerintahan asing, sebab bangsa Manchu bukan penduduk asli Cina. Maka
tidak mengherankan jika rakyat Cina merasakan penderitaan. Melihat keburukan-
keburukan atau penyelewengan-penyelewengan Dinasti Manchu mereka bergerak
untuk melawan dan membebaskan diri dari cengkeraman dinasti asing tersebut.
Adapun penyebab-penyebabnya antara lain:

1. Sesudah kaisar besar dari Dinasti Manchu meninggal dunia, lenyaplah pula
masa kemakmuran Cina, selanjutnya terjadilah kekacauan-kekacauan yang
berpangkal adanya perebutan kekuasaan di antara putra-putra kaisar. Maka
kekacauan ini memberi kesempatan pada bangsa-bangsa barat untuk
mengeksploitasi kekayaan Cina. Banyak bangsa Barat yang dengan paksa minta
agar diperbolehkan medirikan pabrik-pabrik serta penguasaan terhadap sumber-
sumber bahan mentah;
Dinasti manchu memerintah dengan menggunakan sistem feodal, memperbudak
rakyatnya. Seolah-olah menjual negara Cina kepada negara-negara Barat. Inilah
yang sebenarnya menyebabkan rakyat Cina tidak lagi menaruh kepercayaan
terhadap pemerintah Manchu. Ketidakpercayaan ini akan diwujudkan dalam
berbagai pemberontakan, misalnya pemberontakan T’ai Ping;

Kekalahan Cina dalam perang melawan Jepang 1895 M. Kekalahan Cina dalam
perang tersebut mengakibatkan prestise bangsa dan negara Cina menurun. Dulu
sebagai “guru”, kini dikalahkan oleh bekas “murid”nya. Kekalahan ini membuktikan
kelemahan pemerintahan Dinasti Manchu. Kekalahan ini sekaligus membuka
kesempatan bagi bangsa-bangsa Barat untuk menjadikan Cina sebagai daerah
pengaruh mereka. Dalam hal ini pemerintah Manchu tidak berdaya mencegahnya

Korupsi dan pemborosan yang merajalela. Semuanya berpangkal pada tindakan


ibu Tzu Hsi (kaisar janda tua) yang memiliki tentara nasional secara tidak sah,
untuk kepentigan pribadi. Tzu Hsi mengijinkan para pejabat untuk menjual
jabatannya untuk kepentingan diri sendiri.
Kesengsaraan rakyat Cina
Pada waktu itu penduduk Cina mengalami pertumbuhan yang sangat
banyak dan sangat pesat, yaitu lebih dari 400 juta jiwa menjelang abad ke-
20. Hal ini menyebabkan banyaknya pengangguran karena terbatasnya
lapangan pekerjaan. Selain itu juga terjadi masalah kekurangan pangan
karena pertumbuhan penduduk yang tidak diikuti oleh pertumbuhan pangan.

Mulai tahun 1900 kerajaan telah menaikkan pajak perkepala antara tiga
hingga lima kali lipat, hal ini sangat membebankan rakyat yang menambah
penderitaannya. Rakyat terpaksa menanggung beban pajak untuk
membiayai pembangunan jalan kereta api, membeli senjata, dan membayar
ganti rugi perang.

Kesengsaraan rakyat ini berlipat ganda apabila bencana datang seperti bajir
ataupun kemarau yang panjang. Keadaan ini menimbulkan kemarahan
rakyat dan mereka mencari pemimpin untuk membela mereka.
Masuknya pengaruh barat

Masuknya pengaruh barat telah memberi kesan kepada perdagangan dan keagamaan.
Ada kalangan masyarakat Cina yang menganggap bahwa untuk menjadikan bangsa
Cina maju maka perlu menerima ide-ide dari barat yang kemudian disesuaikan dengan
nilai-nilai luhur bangsa Cina. Namun, ide ini tidak disetujui oleh pemerintahan Dinasti
Manchu, kemudian pemerintahan ini menjalankan sistem politik yang tertutup.

Perekonomian yang dikuasai pihak asing

Orang barat telah menguasai perekonomian Cina melalui perjanjian-perjanjian seperti


perjanjian Nangking 1842 yang memberi ruang kepada barat untuk menguasai
ekonomia Cina. Hal ini menggambarkan bahwa Inggris, Perancis, Rusia, dan Amerika
Serikat telah menguasai pelabuhan utama disekitar Peking. Perjanjian dengan
penguasa-penguasa barat juga membebankan Cina karena terpaksa membayar
semacam upeti kepada barat. Melalui perjanjian Shimonoseki setelah peperangan Cina
dengan Jepang menyebabkan Cina terpaksa membayar 200 juta tael kepada Jepang.
Keadaan yang demikian menyebabkan tidak puas di hati rakyat Cina.
Kesadaran bangsa Cina
Perang Cina-Jepang membuka mata “golongan Progresif” di Cina, sehingga mereka
bukan saja mengetahui bahwa Cina telah begitu lemah sehingga kalah dalam perang
melawan bekas “murid” nya (Jepang), melainkan mereka juga mengetahui bahwa
Jepang yang kecil itu telah menarik keuntungan dari ilmu pengetahuan Barat
sehingga dapat memodernisir diri hingga akhirnya dapat memenangkan perang
melawan Cina. Siapa yang dimaksud dengan “golongan Progresif”? Golongan ini
tidak lain terdiri dari kaum intelektual (pelajar, mahasiswa, maupun cendekiawan).
Dari golongan ini muncullah gerakan yang bercita-cita untuk menggulingkan
pemerintahan Manchu.
Keburukan-keburukan para pembesar Dinasti Manchu yang diketahui oleh “golongan
Progresif” tersebut memicu berkobarnya semangat nasionalisme Cina. Kekalahan
dinasti Manchu dalam pergulatan militer atau perang dan diplomatik dengan negara-
negara barat semakin melenyapkan kepercayaan rakyat. Semuanya ini menyebabkan
“golongan progresif” yang revolusioner tersebut semakin agresif. Mereka makin
merasakan bahwa saat-saat untuk bergerak telah di ambang pintu.
Adanya kekacauan di Cina dapat terlihat dari banyaknya peperangan yang kemudian
diakhiri perjanjian yang merugikan pihak Cina. Hal tersebut semakin menyadarkan
rakyat Cina bahwa meluasnya pengaruh bangsa-bangsa asing (Barat) akan sangat
membahayakan.
Revolusi Meletus di Cina Selatan

 Mengapa Revolusi Cina 1911 M meletus untuk pertama kalinya di Cina bagian selatan
(Canton)? Hal ini sebenarnya tidak mengherankan, mengapa demikian? Sebab Canton
adalah pusat kegiatan dagang, pusat pertemuan antar berbagai bangsa. Perhubungan
dengan dunia luar misalnya dilakukan melalui Canton. Canton adalah ibukota Provinsi
Kwangtung di Cina Selatan. Melalui Canton, masuklah paham-paham, ide-ide dan
pikiran Barat yang liberal. Dari provinsi Kwangtung pula muncul tokoh-tokoh perjuangan
nasional, seperti Sun Yat Sen yang mampu menghimpun para mahasiswa Cina yang
belajar di luar negeri, orang-orang Cina yang progresif.
 Mereka bersatu dan bersama-sama akan menggulingkan pemerintahan Dinasti Manchu
dan mengusir atau melenyapkan segala macam pengaruh bangsa-bangsa Barat dengan
hak-hak istimewa mereka. Karena letaknya yang strategis, maka Canton adalah paling
terbuka untuk perhubungan dengan negara lain. Selain itu rakyat yang tinggal di Cina
Selatan tergolong rakyat yang cerdas dan kuat. Gerakan anti-bangsa asing yakni
bangsa Manchu dan Barat, semuanya berpusat di Selatan.
jalannya revolusi Cina 1911 M
 Pada waktu Cina masih berperang melawan Jepang (1894-1895 M) kesempatan ini
dipergunakan oleh Dr. Sun Yat Sen untuk mengadakan gerakan yang merampas
Canton untuk dijadikan pusat revolusi. Akan tetapi usaha ini gagal;
 Pada waktu Cina sedang terjadi pemberontakan Boxers (1900), masa itu digunakan
oleh Dr. Sun Yat Sen dan kaum revolusioner untuk memberontak. Kali ini Dr. Sun Yat
Sen juga belum berhasil;
 Pada 27 April 1911 M di bawah pimpinan Huang Hsing, kaum revolusioner dan
anggota-anggota Tung Meng Hui melakukan pemberontakan di Canton. Pemberontakan
ini mengalami kegagalan lagi. Meskipun demikian, semangat revolusi tidaklah berhenti
sampai di sini;
 Pada 9 Oktober 1911 M meledaklah bom di salah satu gudang rahasia milik
perkumpulan Tung Meng Hui di provinsi Hupeh. Banyak prajurit ditangkap, dokumen-
dokumen rahasia kaum revolusioner dirampas oleh raja muda di Hupeh yaitu Jui Chang;
 Pertempuran yang hebat terjadi ketika merebut kota Wuchang pada 10 Oktober 1911 M
(yang kemudian dikenal dengan nama Whucang Day, Double Ten Nineteen Eleven).
Whucang adalah ibukota provinsi Hupeh. Sebelum terjadi pertempuran pasukan
revolusioner memotong rambutnya yang panjang terlebih dulu, yang dahulu diwajibkan
oleh pemerintah Manchu sebagai tanda rakyat di taklukkan. Pada waktu itu tidak ada
seorangpun pemimpin di pihak pasukan revolusioner.

 Dr. Sun Yat Sen sendiri misalnya, ia sedang berada di Amerika Serikat, demikian juga
pemimpin lainnya belum datang. Dalam situasi yang demikian pasukan revolusioner lalu
mengangkat Li Yuan Hung (seorang kolonel dalam tentara Manchu) untuk memihak
kaum revolusioner dan sekaligus sebagai pemimpin. Kemudian Li Yuang Hung
mengumumkan bahwa pemerintah Manchu telah digulingkan dan pemerintah militer
baru telah terbentuk;

 Pada 12 Oktober 1911 M provinsi-provinsi, satu persatu direbut oleh pasukan


revolusi. Akibatnya dari 18 provinsi tinggal 2 provinsi saja yang masih dapat
dipertahankan oleh tentara Manchu, yaitu Provinsi Honan dan Chihli. Dalam suasana
yang sudah terpojok, pemerintah Manchu mengangkat kembali bekas opsirnya yaitu
Yuan Shih K’ai sebagai raja muda.
Selanjutnya pemerintah Manchu bersidang da mengadakan suatu keputusan bahwa:
Adanya kekacauan dan peperangan adalah karena kesalahan pemerintah Manchu;
Undang-undang dasar negara harus disusun untuk memperbaiki keadaan;
Kabinet baru harus disusun dan tidak perlu mengikutsertakan keluarga kaisar atau para
bangsawan, karena ini tidak sesuai dengan keinginan rakyat;
Akan mengadakan pengampunan (amnesti) kepada orang-orang bekas pemberontak.

Setelah revolusi di Wuchang, pemerintah Dinasti Manchu sebenarnya sudah sangat


ketakutan. Karena itu pemerintah dinasti Manchu mencoba membelokkan cita-cita kaum
revolusioner dengan tindakan perbaikan pemerintahan. Untuk itu Yuan Shih K’ai diangkat
sebagai Perdana Menteri oleh Dewan Nasional sebagai pengganti pangeran Ch’ing yang
meletakkan jabatannya.

Pada 11 November 1911 M pasukan revolusioner menuntut agar kaisar Manchu terakhir
yang masih kanak-kanak untuk turun tahta. Sebagai reaksi di pihak Manchu ialah
mengangkat Yuan Shih K’ai sebagai pemimpin sipil dan militer tertinggi di Cina Utara;
Pada Desember 1911 M pertempuran boleh dikatakan sudah berakhir dengan
kemenangan-kemenangan bagi pihak “kaum revolusioner”. Pada 29
Desember 1911 M kaum revolusioner mengangkat Dr. Sun Yat Sen sebagai
presiden Pemerintah sementara Republik Cina;

Pada 1 Januari 1912 M Dr. Sun Yat Sen dilantik sebagai Presiden Cina di
Nangking. Tanggal 1 januari selanjutnya dinyatakan sebagai tanggal berdirinya
Republik Cina, sedangkan tanggal 10 Oktober yakni meletusnya revolusi di
Wuchang, menjadi hari Kemerdekaan Cina.
Selanjutnya Dr. Sun Yat Sen menyatakan bahwa dasar negara adalah rakyat. Oleh karena
itu maka semua suku bangsa yang ada di negara Cina (=5 suku bangsa) dipersatukan
sebagai satu bangsa (nation). Persatuan ini dilambangkan dalam bendera Republik Cina
yang terdiri dari lima warna (merah, kuning, biru, putih, dan hitam). Pada 12 Februari 1912
M ibu suri Lung Yu mengeluarkan pengumuman yang juga ditandatangani oleh Yuan Shih
K’ai yang isinya adalah: bahwa ibu suri bersama kaisar terakhir yakni Hsuan Tung (masih
kanak-kanak) menyerahkan kedaulatan kepada rakyat Cina; dinyatakan pula bahwa
bentuk pemerintahan selanjutnya republik, sedangkan Yuan Shih K’ai diberi kekuasaan
penuh untuk mengaturnya.

Jadi tanggal 12 Februari 1912 M adalah merupakan tanggal penyerahan kedaulatan dari
tangan pemerintah Manchu kepada bangsa Cina. Dinasti Manchu yang memerintah sejak
1644 M berakhir sudah. Perihal penyerahan kedaulatan, dan beberapa permintaan dari
bekas pemerintah Manchu disampaikan oleh Yuan Shih K’ai kepada Dr. Sun Yat Sen. Hal
ini disambut dengan gembira oleh Dr. Sun Yat Sen.

Untuk menghindarkan kemungkinan terjadinya perpecahan, Dr. Sun Yat Sen


mengundurkan diri dari Jabatan sebagai Presiden sementara Republik Cina dan
memyerahkannya kepada Yuan Shih K’ai secara resmi pada 15 Februari 1912 M. Yuan
Shih K’ai selanjutnya diangkat sebagai Presiden Republik Cina dan Li Yuan Hung sebagai
Wakil Presiden.
Dampak Revolusi China Terhadap
Indonesia
 Masyarakat Tionghoa di Indonesia yang awalnya cuma berperan dalam bidang
usaha dan dagang, perlahan mulai merambah ke politik. Masyarakat Tionghoa
lebih mudah masuk ke politik dibandingkan dengan masyarakat pribumi pada
zaman kolonial karena posisinya yang lebih dekat dengan orang Belanda.
Akibatnya orang Tionghoa banyak yang menjadi loyal kepada rezim kolonial
Belanda.

 Namun tidak sedikit pula tokoh-tokoh Tionghoa yang berperan aktif dan
mendukung usaha-usaha kemerdekaan pada masa perjuangan. Tercatat ada
nama-nama seperti Laksamana John Lie yang berperan menyelundupkan
barang-barang dari pihak Republik untuk ditukar dengan perbekalan dan
persenjataan di Singapura, dan Drs. Yap Tjwan Bing yang menjadi satu-satunya
anggota PPKI yang beretnis Tionghoa. Akibat lainnya juga mungkin menyebarnya
ide-ide demokrasi di kalangan masyarakat Tionghoa, dan akhirnya merambah ke
kalangan masyarakat pribumi juga yang diinspirasi oleh revolusi yang terjadi di
Tiongkok.
Dampak Revolusi China Terhadap Dunia

 Dampak revolusi cina yaitu memberikan pengaruh pada negara negara


tetangganyag untuk mengobarkan rasa nasionalisme. Khususnya negara yang
mengalami penjajahan.

 Ajaran San Min Chu I memberikan banyak ide ide baru bagi negara negara
terjajah untuk bangkit melawan kolonialisme termasuk negara kita Indonesia.
Muncul golongan cendekiawan yang berpartisipasi dalam kegiatan politik
dengan mendirikan organisasi organisasi sosial politik.

Anda mungkin juga menyukai