Anda di halaman 1dari 17

MEMBINA KELUARGA SAKINAH

Tim Dosen Pendidikan Agama & Etika Islam


ASAS & TUJUAN PERNIKAHAN

Al-Qur’an (S. Ar-Ra’du: 38) menjelaskan bahwa


menikah dan berkeluarga termasuk “sunnah”
para rasul sejak Nabi Adam a.s hingga Nabi
Muhammad Saw,

‫س اًل ِّم ْن قَ ْب ِّل َك َو َجعَ ْلنَا لَ ُه ْم أ َ ْز َوا اجا َّو ذُ ِّرًََا‬


ُ ‫س ْلنَا ُر‬
َ ‫َو لَقَ ْد أ َ ْر‬

”Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum


kamu dan Kami telah berikan kepada mereka
istri dan anak keturunan.“
Rasulullah Saw., bersabda,

َ ‫سنَّتِّ ْى ََلَي‬
‫َْ ِّمنِّى‬ ُ ‫ع ْن‬
َ ‫ب‬ ُ ‫علَ ْي ُك ْم ِّب‬
َ ‫سنَّتِّ ْى َو َم ْن َر ِّغ‬ َ
”Nikah itu adalah sunnahku. Barangsiapa yang
tidak senang terhadap sunnahku, bukanlah termasuk
umatku.“

Perkawinan /pernikahan dalam Islam merupakan


ikatan yang kuat (miitsaqan ghalizhan) bertujuan
membina dan membentuk terwujudnya hubungan
ikatan lahir-batin antara pria dan wanita sebagai
suami istri dalam kehidupan berkeluarga yang
bahagia dan kekal berdasarkan syari’at Islam.
Dalam UU Perkawinan No.1 tahun 1974
disebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan
lahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Mahaesa.
‫َو ِّم ْن آََاتِّ ِّه أ َ ْن َخلَقَ لَ ُك ْم ِّم ْن أ َ ْنفُ ِّس ُك ْم أ َ ْز َوا اجا‬
‫ِّلت َ ْس ُكنُوا ِّإلَ ْي َها َو َجعَ َل بَ ْينَ ُك ْم َم َودَّة ا َو َر ْح َمًا‬
َ ‫ت ِّلقَ ْو ٍم ََتَفَ َّك ُر‬
‫ون‬ ٍ ‫ِّإ َّن َِّي ذَ ِّل َك آلََا‬
Artinya :
“Dan di antara ayat-ayat-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya
kamu merasa nyaman kepadanya, dan dijadikan-Nya
di antaramu mawadah dan rahmah. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi kaum yang berpikir.” (Q.S [30] ayat ke-21)
TA’ARUF

َ ََ ‫ َو ِّل‬, ‫ ِّل َما ِّل َها‬: ٍ‫ت ُ ْن َك ُح ْال َم ْرأَة ُ ِِّل َ ْربَع‬
, ‫ َو ِّل َج َما ِّل َها‬, ‫س ِّب َها‬
َ ‫ا‬ ْ َ‫الدَ ِّْن ت َ ِّرب‬
َ َ‫ْ ََد‬ ِّ ‫ت‬ ْ ََ – ‫َو ِّل ِّد َْ ِّن َها‬
ِّ ‫اظفَ ْر ِّبذَا‬
)‫(البخارى و مسلم‬

“Perempuan itu dikawini karena 4 perkara: karena


hartanya, karena keturunannya, karena
kecantikannya, dan karena agamanya. Tetapi
pilihlah yang beragama, agar selamatlah dirimu.”
(h.r Al-Bukhori & Muslim)
MENIKAH BERBEDA AGAMA
‫ َو َِل َ َمًٌ ُّمؤْ ِّمنًٌَ َخ ْي ٌر‬, ‫ت َحتَّى َُؤْ ِّم َّن‬ ِّ ‫َو ََل ت َ ْن ِّك َُوا ْال ُم ْش ِّر َكا‬
‫ َو ََل ت ُ ْن ِّك َُوا ْال ُم ْش ِّر ِّكي َْن َحتَّى‬, ‫ِّم ْن ُّم ْش ِّر َك ًٍ َّولَ ْو أ َ ْع َجبَتْ ُك ْم‬
, ‫ َولَعَ ْبدٌ ُّمؤْ ِّم ٌن َخي ٌْر ِّم ْن ُّم ْش ِّر ٍ َ َّولَ ْو أ َ ْع َجبَ ُك ْم‬, ‫ىُؤْ ِّمنُ ْوا‬
ِّ‫ع ْو ِّإلَى ْال َجنَّ ًِّ َو ْال َم ْغ ِّف َرة‬ ُ ‫ َو هللاُ ََ ْد‬, ‫ار‬ ِّ َّ‫ع ْو َن ِّإلَى الن‬ ُ ‫أُولَئِّ َك ََ ْد‬
‫اس لَعَلَّ ُه ْم ََتَذَ َّك ُر ْو َن‬
ِّ َّ‫ َو َُبَ ِّي ُن َءاََا ِّت ِّه ِّللن‬, ‫ِّبإِّ ْذ ِّن ِّه‬
“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari
wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. dan janganlah kamu
menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin)
sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik
dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. mereka mengajak ke
neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya.
dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada
manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (Q.S Al-Baqarah [2] ayat
ke-221)
HAK & KEWAJIBAN
Hak Bersama Suami-Istri:

Suami istri, hendaknya saling menumbuhkan


suasana sakinah, mawaddah dan rahmah. (Ar-Rum:
21).

Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat


masing-masing pasangannya. (An-Nisa’: 19 – Al-
Hujuraat: 10)

Hendaknya menghiasi dengan pergaulan yang


harmonis. (An-Nisa’: 19)

Hendaknya saling menasehati dalam kebaikan.


(Muttafaqun Alaih)
KEWAJIBAN SUAMI KEPADA ISTRI
Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah suatu ujian dalam
menjalankan agama. (At-Tahrim: 10 – 11)

Hendaknya senantiasa berdo’a kepada Allah meminta istri yang


sholehah. (AI-Furqan: 74)

Diantara kewajiban suami terhadap istri, ialah: Membayar mahar,


Memberi nafkah (makan, pakaian, tempat tinggal), Menggaulinya
dengan baik, Berlaku adil jika beristri lebih dari satu.

Jika istri berbuat ‘Nusyuz’, maka dianjurkan melakukan tindakan


berikut ini secara berurutan: (a) Memberi nasehat, (b) Pisah kamar, (c)
Memukul dengan pukulan yang tidak menyakitkan. (An-Nisa’: 34)
Nusyuz’ adalah: Kedurhakaan istri kepada suami dalam hal ketaatan
kepada Allah.

Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik
akhlaknya dan paling ramah terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmudzi)
Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan
hartanya untuk istri dan anaknya.(Ath-Thalaq: 7)

Suami wajib menggauli istrinya dengan cara yang


baik. Dengan penuh kasih sayang, tanpa kasar dan
zhalim. (An-Nisa’: 19)

Jika istri berbuat ‘Nusyuz’, maka dianjurkan


melakukan tindakan berikut ini secara berurutan: (a)
Memberi nasehat, (b) Pisah kamar, (c) Memukul
dengan pukulan yang tidak menyakitkan. (An-Nisa’:
34) Nusyuz’ adalah: Kedurhakaan istri kepada suami
dalam hal ketaatan kepada Allah.
Suami wajib selalu memberikan pengertian,
bimbingan agama kepada istrinya, dan
menyuruhnya untuk selalu taat kepada Allah dan
Rasul-Nya. (AI-Ahzab: 34, At-Tahrim : 6)

Suami tidak boleh membuka aib istri kepada


siapapun. (Nasa’i)

Jika suami hendak meninggal dunia, maka


dianjurkan berwasiat terlebih dahulu kepada
istrinya. (AI-Baqarah: ?40)
KEWAJIBAN ISTRI KEPADA SUAMI
Hendaknya istri menyadari bahwa hak (kedudukan)
suami setingkat lebih tinggi daripada istri. (Al-Baqarah:
228)

Istri wajib mentaati suaminya selama bukan


kemaksiatan. (An-Nisa’: 39)

Diantara kewajiban istri terhadap suaminya, ialah: a]


Mentaati suami, b] Tidak keluar rumah, kecuali dengan
izinnya, c. Tinggal di tempat kediaman yang disediakan
suami, e. Menggauli suami dengan baik.

Istri hendaknya selalu memenuhi hajat biologis


suaminya (Nasa’i, Muttafaqun Alaih)
Istri hendaknya mendahulukan hak suami atas orang
tuanya. Allah swt. mengampuni dosa-dosa seorang Istri
yang mendahulukan hak suaminya daripada hak orang
tuanya. (Tirmidzi)

Yang sangat penting bagi istri adalah ridha suami. Istri


yang meninggal dunia dalam keridhaan suaminya akan
masuk surga. (Ibnu Majah, TIrmidzi)

Kepentingan istri mentaati suaminya, telah disabdakan


oleh Nabi Saw: “Seandainya dibolehkan sujud sesama
manusia, maka aku akan perintahkan istri bersujud
kepada suaminya.” (Timidzi)

Istri wajib menjaga harta suaminya dengan sebaik-


baiknya. (Thabrani)
Istri hendaknya senantiasa membuat dirinya selalu
menarik di hadapan suami(Thabrani)

Istri wajib menjaga kehormatan suaminya baik di


hadapannya atau di belakangnya (saat suami tidak di
rumah). (An-Nisa’: 34)

Ada empat cobaan berat dalam pernikahan, yaitu: (1)


Banyak anak (2) Sedikit harta (3) Tetangga yang
buruk (4) lstri yang berkhianat. (Hasan Al-Bashri)

Wajib menundukkan pandangan mereka dan


menjaga kemaluannya. (An-Nur: 30-31)
ORANGTUA & ANAK = KELUARGA

َ ُ‫ََأََُّ َها الَّ ِّذَ َْن َءا َمنُ ْوا قُ ْوا أ َ ْنف‬
‫س ُك ْم َو أ َ ْْ ِّل ْي ُك ْم ن ا‬
‫َارا‬

“Hai orang-orang yang beriman,


peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka …“ (Q.S At-Tahrim [66] ayat 6)
‫ساناا ِّإ َّما‬ َ ‫ضى َرب َُّك أََلَّ ت َ ْعبُدُوا ِّإ ََّل ِّإََّاهُ َو ِّب ْال َوا ِّلدََ ِّْن ِّإ ْح‬ َ َ‫َوق‬
‫ََ ْبلُغ ََّن ِّع ْندَ َ َ ْال ِّكبَ َر أ َ َحدُ ُْ َما أ َ ْو ِّك ًَل ُْ َما ََ ًَل تَقُ ْل لَ ُه َما‬
‫ف َو ََل ت َ ْن َه ْر ُْ َما َوقُ ْل لَ ُه َما قَ ْو اَل َك ِّرَ اما‬ ٍ ُ‫أ‬
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-
baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’, dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkan
kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. al-Isra’:
23).
SAKINAH BERSAMAMU

‫اجنَا َو ذُ ِّرََاتَنَا‬ ِّ ‫َربَّنَا َْبْ لَنَا ِّم ْن أَ ْز َو‬


‫اجعَ ْلنَا ِّل ْل ُمت َّ ِّقيْنَ ِّإ َما اما‬
ْ ‫قُ َّرة َ اَ ْعيُ ٍن َّو‬

“…Ya Rabb kami,


anugerahkanlah kepada
kami pasangan kami
dan keturunan kami
sebagai penyenang hati
(kami), dan jadikanlah
kami pemimpin bagi
orang-orang yang
bertaqwa.” [Al-Furqaan
ayat ke-74]

Anda mungkin juga menyukai