Anda di halaman 1dari 38

LABORATORIUM UKUR TANAH

KELOMPOK VII

RUSMADI SIDDIQ D11109011

NURUL RAHAYU BASO AMIR D111 09012


A. LATAR BELAKANG
Ilmu ukur tanah merupakan bagian kecil
dari ilmu yang lebih luas, yaitu Geodesi. Geodesi
sendiri memiliki dua tujuan, yaitu tujuan ilmiah
dan tujuan praktis. Tujuan ilmiahnya adalah
untuk menentukan bentuk permukaan bumi,
sedangkan tujuan praktisnya adalah untuk
membuat gambaran yang dinamakan peta, dari
sebagian besar atau sebagian kecil bentuk
permukaan bumi. Ilmu Ukur Tanah untuk Jurusan
Sipil hanya mempelajari tujuan praktisnya saja,
yaitu untuk membuat peta bagi keperluan-
B. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Tujuan Umum
 Mengetahui teknik pengukuran dan mampu memasang
serta menggunakan alat ukur dengan terampil.
 Mengetahui jenis kesalahan yang terjadi pada setiap
pengukuran menggukan alat ukur.
 Mampu menggambarkan hasil pengukuran di lapangan
untuk keperluan Teknik Sipil.
2. Tujuan Khusus
 Mampu melakukan pengukuran secara vertikal dan
horisontal.
 Mengetahui profil dari suatu trase, baik jalan maupun
saluran, untuk menghitung galian dan timbunan serta
kemiringan dalam suatu rencana.
 Mampu membuat peta dari hasil pengukuran, sebagai
hasil akhir dari suatu pengukuran(praktikum).
 Mampu mempertanggungjawabkan hasil yang
diperoleh dari pengukuran(praktikum).
C. LANDASAN TEORI
 Peta
Peta adalah bayangan yang diperkecil sebagian
besar atau sebagian kecil dari permukaan bumi.
Peta hasil pengukuran terbagi atas dua jenis, yaitu:
I. Peta situasi adalah peta yang memperlihatkan
situasi atau keadaan suatu daerah tempat
pengukuran dan menjelaskan pula lokasi atau
daerah tempat dilaksanakannya pemgukuran
tersebut.
II. Peta kontur adalah peta yang memberikan
gambaran atau informasi garis-garis kontur yang
mempunyai ketinggian yang sama.
Polygon
Dalam melakukan pengukuran di lapangan
digunakan metode pengukuran poligon. Dimana
poligon merupakan suatu rangkaian garis lurus
(garis khayal) yang menghubungkan titik-titik yang
ada di permukaan bumi dan merupakan suatu objek
pengukuran. Pada rangkaian garis tersebut
diperlukan jarak mendatar yang digunakan untuk
menentukan horizontal dari titik-titik poligon, yaitu
letak dari suatu titik-titik yang lain yang yang
terdapat dalam suatu sistem koordinat. Ada
beberapa macam bentuk poligon, antara lain:
I. Poligon terbuka
II. Poligon tertutup
I. Poligon Terbuka
Poligon terbuka, yaitu apabila titik awal tidak
sama dengan titik akhir. Poligon terbuka dapat
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
 Poligon lepas, yaitu poligon yang hanya satu titik
saja diketahui koordinatnya dari titik-titik yang
ada.
 Poligon terikat, poligon yang titik awal dan titik
akhirnya diketahui.
 Poligon terikat sempurna, poligon yang diketahui
dua titik awalnya dan dua titik akhirnya.
2. Poligon Tertutup
Poligon tertutup yaitu apabila titik awalnya juga
merupakan titik akhirnya, atau dengan kata lain ada
satu di antara titik poligonnya itu dikaitkan pada titik
koordinatnya.
 Kesalahan yang Terjadi
Dalam suatu pengukuran diharapkan adanya
ketepatan dan ketelitian dalam pelaksanaannya. Akan
tetapi dalam pelaksanaan pengukuran sering terjadi
kesalahan yang disebabkan oleh beberapa faktor
penyebab antara lain:
• Kesalahan sistematis, kesalahan akibat rambu ukur
yang diletakkan tidak stabil/miring dan akibat
pembacaan rambu ukur yang tidak lancar dengan
harapan memperbaiki hasil pembacaan.
• Kesalahan acak, biasanya timbul oleh karena nivo
tabung yang tidak distel secara teliti.
• Jenis alat yang digunakan, dimana setiap alat
mempunyai tingkat ketelitian yang berbeda-beda maka
perlu sesekali untuk menggunakan alat yang tepat
dalam suatu pengukuran.
• Keadaan alam saat pengukuran, dimana bumi
mempunyai cuaca dan iklim yang berbeda, tergantung
 Alat Ukur
a. Waterpass adalah alat ukur menyimpat datar
dengan teropong yang dilengkapi dengan nivo
dan sumbu mekanis tegak, sehingga teropong
dapat berputar ke arah horizontal.
b. Theodolith adalah alat ukur menyimpat ruang
dengan teropong sama halnya dengan waterpass
dan dapat bergerak secara vertikal dan horizontal
serta dilengkapi pembaca sudut digital.
TERBUKA
a. Maksud dan Tujuan
• Mengetahui metode pengolahan data pengukuran
menyimpat datar di laboratorium.
• Mengetahui membuat sketsa lay out stoking out
menyimpat datar.
• Mengetahui perhitungan volume galian dan timbunan
dari stoking out yang direncanakan.
b. Teori Dasar
Menyimpat datar adalah menentukan/mengukur
beda tinggi antara dua titik atau lebih. Pengukuran beda
tinggi dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur
waterpass. Dalam Praktikum Ukur Tanah dengan
menggunakan alat ukur waterpass ini gunakan sistem
poligon terbuka lepas, dimana ditentukan satu titik
c. Alat yang Digunakan
• Waterpass satu set
• Roll meter
• Patok sebanyak 7 buah
• Payung
• Tabel lapangan
d. Prosedur Pengukuran
e. Rumus-rumus yang Digunakan
1. Perhitungan Jarak Optis Patok Utama

ket:
D = Jarak optis antara patok (mm)
Ba = Benang atas (mm)
Bb = benang bawah (mm)
2. Perhitungan Jarak Optis Rata-rata Patok
Utama

ket:
=Jarak optis rata-rata antara patok (mm)
Dpergi =Jarak antara patok pada pengukuran
pergi (mm)
3. Perhitungan Beda Tinggi Patok Utama
∆H = Btb - Btm
ket:
∆H = Beda tinggi antarapatok utama (mm)
Btb = Pembacaan benang tengah patok
belakang (mm)
Btm = Pembacaan benang tengah patok muka
(mm)
4. Perhitungan Beda Tinggi Rata-rata Patok
Utama

ket:
=Beda tinggi rata-rata antara patok utama
(mm)
5. Koreksi
 Kesalahan

ket:
K =Kesalahan (mm)
∑∆Hpergi =Jumlah beda tinggi antara patok utama
pada pengukuran pergi (mm)
∑∆Hpulang =Jumlah beda tinggi antara patok
utama pada pengukuran pulang (mm)
 Toleransi Kesalahan

ket:
T =Toleransi kesalahan (mm)
D =Jarak optis rata-rata antara P0-Pn (km)
 Koreksi per
patok = -(kesalahan)
Koreksi per
Koreksi totalpatok =
ket:
=Jarak optis rata-rata antara patok utama (mm)
=Jarak optis rata-rata antara P0-Pn
6. Perhitungan Tinggi Titik Patok Utama
Pengukuran maju : Pn = Pn-1 + ∆H + Kper-patok
Pengukuran munduur : Pn-1= Pn - ∆H – Kper-
patok
ket:
Pn =Tinggi titik pada patok n (m)
Pn-1 =Tinggi titik pada patok n-1 (m)
∆H =Beda tinggi rata-rata antara patok n-1 dan
patok n (m)
7. Perhitungan Persentase Kemiringan Profil
Memanjang

ket:
Q = Persentase kemiringan profil memanjang (%)
Pn-1 = Tinggi titik pada patok sebelum n (m)
Pn = Tinggi titik pada patok n (m)
= Jarak optis rata-rata antara patok n-1 dan
patok n (m)
8. Perhitungan Jarak Optis Detail

ket:
Ddet = Jarak optis antara patok dengan detail (mm)
Ba = Benang atas (mm)
9. Perhitungan Beda Tinggi Detail

ket:
∆Hdet = Beda tinggi detail (mm)
Btdet-1 = Benang tengah detail 1 (mm)
Btdet = Benang tengah detail 2 (mm)
10.Perhitungan Tinggi Titik Detail

ket:
Pdet = Tinggi titik detail (m)
Pn = Tinggi titik pada patok utama dari detail (m)
∆Hdet = Beda tinggi detai (m)
11.Perhitungan Persentase Kemiringan Profil
Melintang
Arah ke kanan :
Arah ke kiri :
ket:
Qn-det = Persentase kemiringan profil melintang
(%)
Pdet = Tinggi titik detail patok ke n (m)
Pn = Tinggi patok ke n (m)
Dn-det = Jarak optis antara detail dan patok utama
(m)
E. STOKING OUT POLIGON
TERBUKA
Prosedur perhitungan:
1 Membuat tabel rekap pengukuran menyimpat
datar memanjang dan melintang
2. Membuat gambar potongan melintang jalan.
3. Merencanakan sketsa stoking out jalan.
4. Merencanakan lebar dan ukuran stoking out
dengan ukuran penampang melintang jalan.
5. Membuat diagram diagram lay out stoking out
rencana jalan.
6. Menghitung volume galian dan timbunan.
F. PENGUKURAN POLIGON
TERTUTUP
1. Maksud dan tujuan
 Mengetahui cara penggunaan alat ukur
theodolite
 Mengetahui metode membuat poligon
tertutup pada pengukuran luasan.
 Mengetahui cara perhitungan sudut pada poligon
tertutup.
 Mengetahui metode pembuatan garis kontur
pada metode poligon tertutup.
2. Alat yang digunakan
 Theodolite satu set
 Roll meter
 Patok
 Payung
 Tabel lapangan
4. Rumus Perhitungan Poligon Tertutup
 Perhitungan Sudut Horisontal (β)
a. Patok Utama (βn)
Untuk Sudut luar : βn = βmuka – β belakang
Untuk Sudut dalam : βn= βbelakang – βmuka
Keterangan :
βn = Sudut horizontal pada patok n, antara patok
n+ 1 dan patok n-1 ( )
βmuka = Pembacaan sudut horizontal pada patok n+1( )
βbelakang= Pembacaan sudut horizontal pada patok n-1( )
b. Detail (βn-det)
βn-det = βdetail – βbelakang
Keterangan :
βn-det = sudut horizontal antara detail dengan patok n-
1 dengan arah putaran jarum jam ( )
βdetail = pembacaan sudut horizontal pada detail ( )
βbelakang= pembacaan sudut horizontal pada patok n-1( )
 Perhitungan Koreksi sudut
horisontal
a. Jumlah Kesalahan Terkoreksi
K = Σ β - [( n 2 )] x 180
Keterangan :
K = Kesalahan sudut horizontal total ( )
Σβ = Jumlah seluruh sudut dalam/luar patok-patok
utama poligon ( )
n = Jumlah patok
n+2 , untuk data sudut luar
n–2 , untuk data sudut dalam
b. Koreksi perpatok

Keterangan :
β’= Koreksi sudut tiap titik
k = jumlah kesalahan terkoreksi
n = jumlah patok
 Perhitungan Azimuth (α)
Benar
a. Patok Utama (αn).

Keterangan :
αn = Azimuth benar patok n ( )
α n-1 = Azimuth benar patok n - 1( )
βn = sudut horizontal pada patok n ( )
β = koreksi per-patok
b. Detail (αdet.n)

Keterangan :
αn = azimuth benar patok n ( )
αdet.n = azimuth benar detail patok n ( )
βn = sudut horizontal pada patok n ( )
βdet.n = sudut horizontal detail pada patok n ( )
Perhitungan Jarak untuk patok utama
a. Perhitungan Jarak Proyeksi (Dpn )

Keterangan :
Dpn = jarak proyeksi antara patok n dan patok n+1 (m)
γ = sudut lereng ( )
ba = pembacaan benang atas pada patok n+1 (m)
bb = pembacaan benang bawah pada patok n+1 (m)
b. Jarak Absis (Dxn)

Keterangan :
Dxn = Jarak horizontal patok utama (m)
Dpn = Jarak proyeksi patok utama (m)
αn = azimuth benar untuk patok utama ( )
c. Jarak ordinat (Dyn)

Keterangan :
Dyn = Jarak vertikal patok utama (m)
Dpn = Jarak proyeksi patok utama (m)
αn = azimuth benar untuk patok utama ( )
 Perhitungan jarak untuk
detail
a. Jarak proyeksi (Dpn.det)
Keterangan :
Dpn= jarak proyeksi antara patok n dan patok n dan
detail(m)
γ = sudut lereng ( )
ba = pembacaan benang atas pada patok n+1 (m)
bb = pembacaan benang bawah pada patok n+1 (m)
b. Jarak Absis (Dxn.det)

Keterangan :
Dxn.det = Jarak horizontal antara patok n dan detail (m)
Dpn. det = Jarak proyeksi patok n dan detail (m)
αn.det = azimuth benar untuk detail patok n( )
c. Jarak ordinat (Dyn.det)

Keterangan :
Dyn.det = Jarak Vertikal antara patok n dan detail (m)
Dpn. det = Jarak proyeksi patok n dan detail (m)
αn.det = azimuth benar untuk detail patok n( )
 koreksi Jarak Absis (δ Dxn)
Perhitungan

Keterangan :
(δDxn) = Koreksi jarak horizontal (m)
Dpn = Jarak proyeksi patok utama (m)
ΣDpn = Jumlah seluruh jarak proyeksi dari patok awal
hingga patok akhir (m)
ΣDxn = Jumlah seluruh jarak horizontal dari patok awal
hingga patok akhir (m)
 Perhitungan koreksi Jarak Ordinat (δ Dyn)

Keterangan :
(δDyn) = Koreksi jarak vertikal (m)
Dpn = Jarak proyeksi patok utama (m)
ΣDpn = Jumlah seluruh jarak proyeksi dari patok awal hingga patok akhir
(m)
ΣDyn = Jumlah seluruh jarak vertikal dari patok awal hingga patok akhir (m)
 Perhitungan koreksi linear (δl)

Keterangan :
δl = Koreksi linear(m)
ΣDxn = Jumlah seluruh jarak horizontal dari patok awal
hingga patok akhir (m)
ΣDyn = Jumlah seluruh jarak vertikal dari patok awal hingga patok akhir (m)
ΣDpn = Jumlah seluruh jarak proyeksi dari patok awal hingga patok akhir
(m)
 Perhitungan Luas Areal pengukuran
(L)

Keterangan :
L = Luas Areal pengukuran (m2 )
Xn = Koordinat sumbu horizontal patok n (m)
Yn = Koordinat sumbu vertikal patok n (m)
Xn + 1 = Koordinat sumbu horizontal patok n + 1(m)
Yn + 1 = Koordinat sumbu horizontal patok n + 1(m)
 Perhitungan Beda Tinggi Patok Utama
(∆H)
Keterangan :
∆H = beda tinggi antara patok utama (m)
Tps = Tinggi pesawat pada patok n (m)
Ba = pembacaan benang atas dengan arah patok sebelum
atau sesudah n (m)
Bb = pembacaan benang bawah dengan arah patok
sebelum atau sesudah n (m)
γ = pembacaan sudut vertikal ( )
Bt = pembacaan benang tengah dengan arah patok
sebelum atau sesudah n (m)
Perhitungan Koreksi Beda Tinggi (δ∆H)

Keterangan :
δ∆H = koreksi beda tinggi antara patok utama (m)
Dpn = Jarak proyeksi patok utama (m)
ΣDpn = Jumlah jarak proyeksi antara patok awal dan
akhir (m)
Σ∆H = Jumlah beda tinggi antara patok awal dan akhir
(m)
Perhitungan Tinggi Titik
a. Patok Utama

Keterangan :
Hn = Tinggi titik patok n (m)
Hn-1 = Tinggi titik patok n-1 (m)
∆Hn-1 = beda tinggi antara patok utama (m).
δ∆Hn-1 = Koreksi beda tinggi antara patok utama (m)
b. Detail

Keterangan :
Hdet = Tinggi titik detail(m)
Hn = Tinggi titik patok utama(m)
∆Hdet = beda tinggi detail (m).
G. Stoking Out Poligon Tertutup
1. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari praktikum ini adalah
untuk mengetahui letak titik-titik suatu banguna di
daerah pengukuran terhadap titik ikat poligon yang
didapatdari koordinat titik tersebut pada peta.
2. Teori Dasar
Untuk membangun suatu lokasi baru, misalnya
suatu lokasi untuk bangunan maka batas-batas dan
titik-titik bangunan perlu ditentukan terlebih dahulu
dengan menempatkan sejumlah patok yang didapat
dari hasil pengukuran dari titik-titik ikat poligon yang
sebelumnya ditentukan
Rumus yang digunakan pada stoking out
poligon tertutup

Keterangan :
α = Besarnya sudut yang dibentuk oleh sutu titik
bangunan terhadap titik referensi ( )
d = Besarnya jarak yang dibentuk suatu titik bangunan
ke titik referensi (m)
Prosedur Perhitungan
1. Gambar peta koordinat poligon tertutup.
2. Buat gambar rencana bangunan.
3. Hitung titik-titik bangunan terhadap titik referensi.
G. PENUTUP
1. Kesimpulan
o Data yang diperoleh saat pengukuran tidak sepenuhnya benar
karena adanya beberapa faktor kesalahan yang terjadi pada saat
pengukuran.
o Suatu poligon dikatakan terbuka apabila titik awal pengukuran tidak
menyatu dengan titik akhirnya dan dikatakan poligon tertutup
apabila titik awal pengukuran bertemu dengan titik akhir
pengukuran dengan koreksi sudut medekati nol.
o Pengukuran waterpass merupakan pengukuran poligon terbuka
yang diperuntukkan dalam perencanaan pembangunan jalan
sedangkan pengukuran theodolith merupakan pengukuran poligon
tertutup yang diperuntukkan dalam perencanaan pembangunan
o
gedung dan sejenisnya.
Koreksi pada poligon terbuka tidak boleh melebihi batas toleransi
yang ada. Koreksi beda tinggi pada poligon terbuka maupun
poligon tertutup harus sama dengan atau mendekati nol.
o
Pada poligon tertutup, setiap patok memiliki 6 detail yakni 3 detail
dalam dan 3 detail luar. Sedangkan pada poligon terbuka terdapat
double standing yang memiliki 17 detail yang diukur tegak lurus
terhadap sumbu patok utama.
o
Setelah melakukan praktiku ini, mahasiswa telah mampu untuk
2. Saran
 Laboran
 Alat-alat yang telah rusak agar
diperbaiki/diperbarui karena dapat menghambat
proses pengambilan data serta mempengaruhi
hasil pengamatan.
 Asisten
 Setelah melakukan pengukuran, praktikan
diberikan pengarahan tentang cara pengolahan
data.
 Sebaiknya asistensi dilakukan di laboratorium
Ukur Tanah, bukan di Laboratorium lainnya.
 Praktikan
 Mematuhi jadwal asistensi yang telah
disepakati sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai