kes
ANGGOTA KELOMPOK :
Usai mengonsumsi obat gatal-gatal yang diberikan bidan desa, seorang ibu
di Brebes, Jawa Tengah sekujur tubuhnya melepuh seperti korban luka bakar. Diduga
Turisah menjadi korban malpraktik dan hingga Senin(30/4) masih menjalani perawatan
yang serius di Rumah Sakit Umum Islam Harapan Anda. Warga Desa Pengaradan ,
Brebes itu didiagnosa terkena alergi obat atau terkena sindrom Stevens-Johnson yaitu
penyakit kulit disebabkan alergi atau infeksi. Sindrom ini mengakibatkan kematian
pada sel-sel kulit sehingga kulit mengelupas. Awal kejadian menurut pasien saat itu
dirinya menderita gatal-gatal dan memeriksa ke bidan desa. Tapi setelah mendapatkan
obat dan diminum , tubuh Turisah mengalami demam tinggi. Tak lama kemudian
seluruh tubuh melepuh. Dari kulit muka sampai kaki mengelupas. Sementara Roidah,
bidan yang menangani Turisah mengaku saat pasien datang menderita gatal-gatal. Ia
hanya memberikan obat CTM serta amoxilin untuk diminum pasien. Roidah
mengatakan apa yang dilakukan sesuai prosedur tetap atau protap. Bahkan saat
menjalani pemeriksaan kondisi pasien sudah melepuh bagian paha. ( Modul
Etikolegal,2016)
Lanjutan….. Penyelesaian masalah
Terkait dengan kasus tersebut maka disini peran disini peran majelis pertimbangan etik
profesi adalah :
Terdapat dalam Kepmenkes RI no.554/ Menkes/Per/XII/1982.
Memberikan pertimbangan, pembinaan dan melaksanakan pengawasan terhadap semua
profesi tenaga kesehatan dan sarana pelayanan medis.
Maka disini majelis etik mempunyai kewajiban atas tugas yang telah dikerjakan oleh bidan
dalam pengawasan dan pembinaan.
Juga terdapat tugas majelis disiplin tenaga kesehatan (MDTK) yaitu meneliti menentukan ada
tidaknya kesalahan atau kelalaian dalam menerapkan standard profesi yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan
Melakukan Supervisi lapangan, termasuk tentang tehnis, dan pelaksanaan praktik termasuk
penyimpangan yang terjadi. Apakah pelaksanaan praktik bidan sesuai Standar Praktik Bidan,
Standar Profesi dan Standar Pelayanan Kebidanan, juga batas-batas kewenangan bidan.
Membuat pertimbangan bila terjadi kasus-kasus dalam praktik Kebidanan.
Maka dari itu kasus yang dialami oleh bidan tersebut dapat dilaporkan ke majelis etik untuk
mendapat perlindungan dan penyelesaian. ( Modul Etikolegal,2016)
Contoh Kasus 2
Menolak untuk Berpartisipasi dalam Tindakan Aborsi
(Sumber : Suryani, 2005 : 148-151)
Angela, 28 tahun, menikah dengan Jo. Saat ini, ia sedang hamil anak kedua. Sebelumnya,
pasangan ini telah memiliki anak laki-laki berusia 3 tahun. Kehamilannya kali ini berlangsung
dengan baik. Pada saat usia kehamilan 25 minggu, Angela melakukan USG. Sebenarnya USG
tersebut telah direncanakan pada saat usia kehamilan 20 minggu, namun ditunda, karena hari
itu bersamaan dengan hari libur dan anak pertamanya sakit. Selain itu, penundaan tersebut
disebabkan oleh adanya masalah teknis pada alat USG.
Angela tidak merasa khawatir pada penundaan tersebut karena ia merasa yakin kalau semuanya
akan berjalan baik-baik saja. Setelah ia menjalani scan, diketahui bahwa janinnya mengalami
perdarahan intraventrikular (intraventricular hemorrhage, IVH). Berdasarkan hasil konsultasi
dengan beberapa dokter ahli, diperoleh bahwa hasil prognosisnya baik, tetapi harus dilakukan
tes/scan lanjutan untuk mengetahui adanya perubahan yang signifikan. Sayangnya, pada usia
kehamilan 33 minggu, muncul IVH baru dan prognosisnya memburuk. Angela dan Jo disarankan
untuk menjalani terminasi kehamilan (aborsi) sebagai satu-satunya pilihan terbaik. Oleh dokter
kandungannya, mereka dijelaskan mengenai beberapa prosedur yang harus dijalani.
Lanjutan…..
Supervisor tersebut menyarankan para bidan untuk merawat Angela sekalipun mereka
merasakan beban moral. Supervisor juga mengatakan bahwa setelah persalinan usai, ia akan
mendiskusikan kasus tersebut lebih lanjut dengan bidan lainnya. Dua orang bidan
menawarkan diri untuk merawat Angela. Akhirnya, bayi laki-laki dengan berat 2,4 kg bisa
dikeluarkan. Akan tetapi, Angela, Jo dan para bidan tampak sangat khawatir karena ada
banyak tanda memar pada dada si bayi akibat sejumlah injeksi intrakardiak yang telah
dilakukan sebelumnya.
Beberapa hari setelah meninggalkan klinik, Angela menulis surat pada manajer kebidanan
yang isinya berupa ucapan terima kasih atas perawatan yang diberikan oleh dua orang bidan
serta perhatian mereka terhadap diri, bayi, dan suaminya.
Lanjutan…..
Analisa kasus
Dalam kasus tersebut juga dapat dianalisa bahwa pasien maupun keluarga tidak
mengetahui tentang kondisi bayinya yang sungsang. Seharusnya bidan
menjelaskan tentang kondisi yang sebenarnya kepada pasien maupun keluarga.
Karena dalam UU No 4 tahun 2019 tentang Kebidanan pasal 62 poin (a) dan (b)
berbunyi :
Dalam Praktik Kebidanan, Klien berhak:
a. memperoleh Pelayanan Kebidanan sesuai dengan kompetensi, kode etik,
standar profesi, standar pelayanan, dan standar operasional prosedur;
b. memperoleh informasi secara benar dan jelas mengenai kesehatan Klien,
termasuk resume isi rekam medis jika diperlukan
Lanjutan…..