BANGUNAN
Dimana :
Q = debit m3/dt
b = lebar mercu, m
h1 = kedalaman air hulu terhadap ambang bangunan ukur, m
Alat Ukur Cipoletti
Di mana:
Q = debit (m3/detik)
Cd = koefisien debit = 0,68
Cv = koefisien kecepatan ≈ 1
g = percepatan gravitasi
b1 = lebar mercu alat ukur
h1 = tinggi air di atas alat ukur
z = kehilangan tinggi energi
Alat Ukur Romijn
Pintu Romijn adalah alat ukur ambang lebar yang bisa digerakkan untuk mengatur dan
mengukur debit di dalam jaringan saluran irigasi. Agar dapat bergerak, mercunya dibuat
dari pelat baja dan dipasang di atas pintu sorong
Alat ukur Romijn adalah bangunan pengukur dan pengatur serba bisa yang dipakai di
Indonesia sebagai bangunan sadap tersier. Untuk ini tipe standard paling kecil (lebar 0,50
m) adalah yang paling cocok. Tetapi, alat ukur Romijn dapat juga dipakai sebagai
bangunan sadap sekunder.
dimana :
Q = debit m3/dt
Cd = koefisien debit Cd = koefisien debit = 0,68
Cv = koefisien kecepatan ≈ 1
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≈9,8)
bc = lebar pintu, m
h1 = tinggi energi hulu di atas meja, m
di mana koefisien debit sama dengan Cd = 0,93 + 0,10 H1/L
dengan H1 = h1 + v1^2/2g
dimana : H1 = tinggi energi diatas pintu, m
v1 = kecepatan di hulu alat ukur, m/dt
Besaran debit yang dianjurkan untuk alat ukur Romijn Standar
POSISI/LETAK ALAT UKUR
Posisi alat ukur dipasang sekitar 10 meter dari outlet bangunan bagi/sadap seperti pada
gambar dibawah ini.
Pada daerah yang miring, alat ukur Cipoletti atau Thomson lebih tepat.
Pada daerah datar, sebaiknya menggunakan alat ukur ambang lebar seperti:
Drempel, Romijn.
SOAL 1