Anda di halaman 1dari 25

SKENARIO 5 PERTEMUAN KE 2

BLOK 236
By : Tutor Hebat Mediclub
MATA MERAH VISUS NORMAL
1. Konjungtivitis Bakteri
• Umumnya konjungtivitis ini bermanifestasi dalam bentuk iritasi dan pelebaran pembuluh darah
(injeksi) bilateral, eksudat purulent dengan palpebral saling melengket saat bangun tidur dan
kadang-kadang edema palpebral. Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan melalui tangan
menular ke sebelahnya.
• Konjungtivitis bakteri hiperakut (purulent) disebabkan oleh Neisseria gonorrhoaea, dengan
ditandai eksudat purulent yang banyak.
• Konjungtivitis mukopurulen (catarrhal) akut sering terdapat dalam bentuk epidemic dan disebur
mata merah oleh kebanyakan orang awam. Penyakit ini ditandai dengan hyperemia konjungtiva
akut dan secret mukopurulen berjumlah sedang. Penyebab paling umum adalah Streptococcus
pneumonia.
• Konjungtivitis subakut paling sering disebabkan oleh H influenza ditandai dengan eksudat tipis,
berair atau berawan.
• Konjungtivitis bacterial kronik terjadi pada pasien dengan obstruksi ductus nasolacrimalis dan
dakriosistitis kronik yang biasanya unilateral.
MATA MERAH VISUS NORMAL

• Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bakteri, organisme penyebabnya dapat diidentifikasi


dengan pemeriksaan mikrokskopik krokan konjungtiva yang dipulas dengan pulasan Garam atau
Giemsa, pemeriksaan ini menampilkan banyak neutrophil PMN.
• Komplikasi : blefaritis marginal kronik, parut konjungtiva, ulserasi kornea marginal sering
menyertai konjungtivitis stafilokok.
• Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen mikrobiologinya. Sambil
menunggu hasil laboratorium, dokter dapat memulai terapi dengan Antimikroba topical luas
(misalnya Polymyxin-trimethoprim).
• Jika terbukti pulasan Gramnya menunjukkan diplokokus Gram negative, harus segera dimulai
terapi topical dan sistemik. Jika kornea tidak terlibat dapat diberikan ceftriaxone 1 gram
intramuscular dosis tunggal, jika kornea terkena diberikan ceftriaxone 1 – 2 gram per hari
diberikan per oral selama 5 hari.
• Prognosis. Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, tanpa diobat dapat
berlangsung selama 10 – 14 hari, jika diobati dengan memadai, sembuh dalam 1 – 3 hari, kecuali
konjungtivitis stafilokok dan gonokok.
MATA MERAH VISUS NORMAL
2. Konjungtivitis Viral
• Konjungtivitis viral adalah suatu penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus.
Keadaan ini berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat sampai infeksi ringan
yang cepat sembuh sendiri.
a. Demam faringokonjungtival
• Ditandai dengan demam 38.3 sampai 40 C, sakit tenggorokan dan konjungtivitis folikular pada
satu atau dua mata. Folikel sering sangat mencolok pada kedua konjungtiva dan mukosa faring.
Penyakit ini bisa unilateral maupun bilateral. Mata merah dan berair sering terjadi, selain itu
sering ada keratitis epithelial sementara. Yang khas untuk konjungtivitis tipe ini adalah
limfadenopati preaurikular (tanpa nyeri tekan).
• Penyebab demam faringokonjungtival adalah adenovirus tipe 3 (tersering), 4, dan 7. virusnya
dapat dibiakkan dalam sel-sel Hela dan diidentifikasi oleh uji netralisasi. Kerokan konjungtiva
terutama mengandung sel MN dan tidak ada bakteri yang tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih
sering terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Tidak ada pengobatan spesifik, tetapi
konjungtivitis virus umumnya sembuh sendiri dalam waktu 10 hari.
MATA MERAH VISUS NORMAL
b. Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks
• Konjungtivitis HSV biasanya mengenai anak kecil, ditandai oleh injeksi unilateral, iritasi, secret
mukoid, nyeri dan fotofobia ringan. Penyakit ini terjadi pada infeksi primer HSV atau pada saat
episode kambuh herpes mata. Keadaan ini sering disertai dengan keratitis herpes simpleks
dengan kornea yang menampakkan lesi-lesi epitel tersendiri yang umumnya menyatu membentuk
ulkus tunggal atau ulkus epithelial bercabang banyak (dendritic).
• Vesikel-vesikel herpes terkadang muncul di palpebral dan tepian palpebral dan tepian palpebral,
disertai edema palpebral hebat. Khasnya ditemukan sebuah nodus preaurikular kecil yang nyeri
tekan.
• Konjungtivitis HSV dapat berlangsung selama 2 – 3 minggu. Konjungtivitis yang terjadi pada anak
di atas 1 tahun atau pada orang dewasa umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu
terapi, namun, antivirus topical atau sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya
kornea. Antivirus topical diberikan selama 7 – 10 hari, dapat diberikan acyclovir 3% 5 kali sehari
selama 10 hari atau dengan acyclovir oral 400 mg lima kali sehari selama 7 hari. Penggunaan
kortikosteroid dikontraindikasikan karena bisa memperburuk infeksi.
MATA MERAH VISUS NORMAL

3. Konjungtivitis Jamur
• Konjungtivitis yang disebabkan oleh Candida adalah infeksi yang jarang terjadi, umumnya tampak
sebagai bercak putih. Keadaan ini dapat timbul pada pasien diabetes atau pasien yang terganggu
system imunnya sebagai konjungtivitis ulseratif atau granulomatosa.
• Kerokan menunjukkan reaksi radang sel PMN. Organisme mudah tumbuh pada agar darah atau
media Saboraund dan mudah diidentifikasi sebagai ragi bertunas atau sebagai pseudohifa.
• Infeksi ini berespons terhadap ampohetericin B 3 – 8 mg/mL dalam larutan air atau terhadap krim
kulit nystatin (100.000 U/g) empat sampai enam kali sehari.
MATA MERAH VISUS TURUN

1. Keratitis
Diagnosis Morfologik Lesi Kornea
• Keratitis epithelial. Keratitis epithelial terlibat pada sebagian besar jenis konjungtivitis dan
keratitis dan pada kasus tertentu mungkin merupakan satu-satunya jaringan yang terkena
(misalnya pada keratitis punktata superfisialis). Perubahan pada epitel sangat bervariasi,d ari
edema biasa sampai vakuolasi sampai erosi-erosi kecil, pembentukan filament, keratinisasi
parsial, dll. Lokasi lesi-lesi itu juga bervariasi pada kornea. Semua variasi ini mempunyai makna
diagnostic yang penting.
• Keratitis subepitelial. Ada beberapa jenis lesi subepitelial yang penting. Lesi ini sering sekunder
akibat keratitis epitelian.
• Keratitis stromal. Respons stroma kornea terhadap penyakit antara lain infiltrasi yang
menunjukkan akumulasi sel-sel radang, edema tampak sebagai penebalan kornea, pengeruhan
atau parut, atau nekrosis yang dapat berakibat penipisan dan perforasi.
• Keratitis endothelial. Disfungsi endotel kornea akan berakibat pada edema kornea yang mula-
mula mengenai stroma dan kemudian epitel.
MATA MERAH VISUS TURUN

a. Keratitis Punktata
• Keratitis yang terkumpul di daerah membrane Bowman, dengan infiltrate berbentuk bercak-
bercak halus. Keratitis punktata biasanya terdapat bilateral dan berjalan kronis tanpa terlihatnya
gejala kelainan konjungtiva ataupun tanda akut yang biasanya terjadi pada orang dewasa muda.
• Keratitis ini disebabkan oleh hal-hal yang tidak spesifik dan dapat terjadi pada moluskum
kontangiosum, akne rosasea, herpes simpleks, herpes zoster, blefaritis neuroparalitik, infeksi
virus, trakoma dan trauma radiasi.
• Keratitis punktata superfisial memberikan gambaran seperti infiltrate halus bertitik-titik pada
permukaan kornea. Merupakan cacat halus kornea superfisial dan hijau bila diwarnai fluorescein.
• Keratitis punktata dapat disebabkan oleh sindrom dry eye, blefaritis, trauma kimia ringan,
pemakaian lensa kontak. Pasien akan mengeluh sakit, silau, mata merah dan rasa kelilipan. Pasien
diberikan air mata buatan, tobramisin tetes mata dan siklopegik.
MATA MERAH VISUS TURUN

b. Keratitis Jamur
• Biasanya dimulai dengan suatu rudapaksa pada kornea oleh ranting pohon, daun dan bagian
tumbuh-tumbuhan. Jamur yang dapat mengakibatkan keratitis adalah Fusarium,
Cephalocepharium dan Curvularia.
• Keluhan baru timbul setelah 5 hari rudapaksa atau 3 minggu kemudian. Pasien akan mengeluh
sakit mata yang hebat, berair dan silau. Pada mata akan terlihat infiltray yang berhifa dan satelit
bila terletak di dalam stroma. Biasanya disertai dengan cincin endotel dengan plaque tampak
bercabang-cabang dengan endothelium plaque, gambaran satelit pada kornea dan lipatan
Descemet.
• Diagnosis pasti dibuat dengan pemeriksaan mikroskopis dengan KOH 10% terhadap kerokan
kornea yang menunjukkan adanya hifa.
• Pasien dengan infeksi jamur dirawat dan diberi pengobatan natamisin 5% setiap 1 – 2 jam saat
bangun dan diberikan obat anti jamur lain seperti miconazon, nistatin. Diberikan siklopegik
disertai obat oral antiglaukoma bila timbul peningkatan tekanan intraocular. Bila tidak berhasil
diobati maka dilakukan keratoplasti.
MATA MERAH VISUS TURUN

c. Keratitis Virus Infeksi Herpes Zoster


• Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion Gaseri saraf trigeminus. Bila yang
terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala herpes zoster pada mata.
Gejala ini tidak akan melampaui garis median kepala. Keratitis vesicular dapat terjadi akibat
herpes zoster.
• Gejala yang terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan badan berasa
hangat. Penglihatan berkurang dan merah. Pada kelopak mata akan terlihat vesikel dan infiltrate
pada kornea. Vesikel tersebar sesuai dengan dermatom yang dipersarafi saraf trigeminus yang
dapat progresif dengan terbentuknya jaringan parut. Daerah yang terkena tidak melewati garis
meridian.
• Pengobatan biasanya tidak spesifik dan hanya simptomatik. Pengobatan pada usia lanjut
diberikan asiklovir dan steroid.
MATA MERAH VISUS TURUN
2. Tukak (Ulkus) Kornea
• Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea.
Terbentuknya ulkus pada kornea banyak ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh
sel epitel baru dan sel radang. Dikenal dua bentuk ulkus kornea, yaitu ulkus sentral dan ulkus
marginal atau perifer.
• Ulkus kornea perifer dapat disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun dan infeksi yang
biasanya disebabkan oleh virus, jamur, kuman stafilokokus aureus, H. influenza.
• Beratnya penyakit ditentukan oleh keadaan fisik pasien, besar dan virulensi inoculum.
• Pada ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur dan bakteri akan terdapat defek epitel uang
dikelilingi leukosit PMN, sedangkan bila infeksi disebabkan oleh virus akan terlihat reaksi
hipersensitivitas disekitarnya. Ulkus kornea biasanya terjadi sesudah terdapatnya trauma ringan
yang merusak epitel kornea.
• Perjalanan penyakit ulkus kornea dapat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Pada
proses kornea yang progresif dapat terlihat infiltrasi sel leukosit dan limfosit yang memakan
bakteri atau jaringan nekrotik yang terbentuk. Pada pembentukan jaringan parut akan terdapat
epitel, jaringan kolagen baru dan fibroblast.
MATA MERAH VISUS TURUN
• Ulkus kornea akan memberikan gejala mata merah sakit ringan hingga berat, fotofobia,
penglihatan menurun dan kadang kotor.
• Ulkus kornea akan memberikan kekeruhan berwarna putih pada kornea dengan defek epitel yang
bila diberikan pewarnaan fluorescein akan memberikan warna hijau di tengahnya. Iris sukar
dilihat karena keruhnya kornea akibat edema dan infiltrasi sel radang pada kornea.
• Gejala yang dapat menyertai adalah terdapat penipisan kornea, lipatan Descement, reaksi
jaringan uvea, hipopion, hifema dan sinekia posterior.
• Biasanya kokus gram positif akan memberikan gambaran ulkus yang terbatas, berbentuk bulat
atau lonjong, berwarna putih abu-abu pada anak tukak yang supuratif. Daerah kornea yang tidak
terkena akan tetap berwarna jernih dan tidak terlihat infiltrasi sel radang.
• Bila tukak disebabkan oleh Pseudomonas maka tukak akan terlihat melebar dengan cepat, bahan
purulent berwarna kuning hijau terlihat melekat pada permukaan tukak.
• Bila tukak disebabkan oleh jamur maka infiltrate akan berwarna abu-abu dikelilingi infiltrate halus
di sekitarnya (fenomena satelit).
MATA MERAH VISUS TURUN

• Diagnosis laboratorium tukak kornea adalah keratomalasia dan infiltrate sisa karat benda asing.
Pemeriksaan laboratorium sangat berguna untuk membantu membuat diagnosis kausa.
Pemeriksaan jamur dilakukan dengan sediaan apus yang memakai larutan KOH.
• Pengobatan umumnya untuk tukak kornea adalah dengan siklopegik, AB yang sesuai topical dan
subkonjungtiva dan pasien dirawat (bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat
sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik).
• Pengobatan pada tukak kornea bertujuan menghalangi hidupnya dan mengurangi reaksi radang.
Secara umum diobati : (1) tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan
berfungsi sebagai incubator, (2) secret yang terbentuk dibersihkan 4 kali satu hari, (3)
diperhatikan kemungkinan terjadinya glaucoma sekunder, (4) debridement, (5) diberikan AB yang
sesuai dengan kausa, diberikan sistemik bila keadaan berat, (6) pengobatan dihentikan bila sudah
terjadi epitelisasi dan mata terlihat tenang.
• Dilakukan pembedahan atau keratoplasti apabila (1) dengan pengobatan tidak sembuh, atau (2)
terjadinya jaringan parut yang mengganggu penglihatan.
MATA MERAH VISUS TURUN

3. Uveitis
• Uveitis adalah inflamasi uvea. Gejala : mata merah, nyeri, foto fobia, epifora, kabur  respon
inflamasi cilier injeksi, eksudasi  khemosis.
• Pembagian :
• Uveitis anterior
• Uveitis intermedia
• Uveitis posterior
• Panuveitis
• Terapi
• Sikloplegi
• Steroid: a. Topikal, b. Sistemik, c. Periokuler
• NSAID
• Immunomodulatory : a. Antimetabolite, b. Transcription factor, c. Alkylating agent.
• Biologic: a. TNF-α inhibitor, b. Daclizumab
MATA MERAH VISUS TURUN
4. Endoftalmitis
• Endoftalmitis ditandai oleh suatu peradangan pada segmen anterior dan posterior mata yang terjadi sebagai
suatu akibat dari infeksi bakteri atau jamur.Beberapa ahli mendefinisikan edoftalmitis sebagai infeksi bakteri
atau jamur pada corpus vitreus atau cairan bilik mata Penyebab endoftalmitis dapat dibagi menjadi dua, yaitu
endoftalmitis yangdisebabkan oleh infeksi dan endoftalmitis yang disebabkan oleh imunologis atau autoimun
(non infeksi)
• Secara umum, gejala subjektif dari endoftalmitis adalah:
• Fotofobia, Nyeri pada bola mata, Penurunan tajam penglihatan
• Nyeri kepala
• Mata terasa bengkak, Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka
• Edema palpebra superior
• injeksi konjungtiva, Hipopion, edem kornea, Vitritis
• Discharge purulent, Kemosis
Terapi yang diberikan : Antibiotik yang sesuai dengan organisme penyebab. Steroid secara topikal, atau secara
sistematik, Sikloplegia tetes dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri, stabilisasi aliran darah pada mata dan
mencegah terjadinya sinekia. Tindakan Vitrektomi
MATA MERAH VISUS TURUN

5. Panoftalmitis
• Panoftalmitis  peradangan pada seluruh, bola mata termasuk sklera dan kapsul Tenon  bola
mata merupakan rongga abses
• Etiologi : Pembedahan intraocular (62%), masuknya benda asing ke dalam mata (20%),
pembedahan filtrasi anti-glukoma (10%), pembedahan lainnya (keratoplasti, vitrectomi,
implantasi lensa intraocular) jumlah kasus yang lebih sedikit, Hanya 2-8% kasus panoftalmitis yang
disebabkan faktor endogen
• Anamnesis : Demam, Sakit kepala, Muntah, Rasa nyeri, Mata merah, Kelopak mata bengkak atau
edem, Penurunan tajam penglihatan
• Pemeriksaan fisik : Kongesti konjungtiva dengan injeksi ciliar hebat, Khemosis konjungtiva dan
kornea tampak keruh, Pupil mengecil dan menetap, Pembentukan hipopion, Reflek berwarna
kuning terlihat pada pupil dengan illuminasi oblique, Eksudasi purulen dalam vitreus humor,
Peningkatan intra okuler, Proptosis derajat sedang serta gerakan bola mata terbatas disebabkan
peradangan pada kapsul Tenon’s (Tenonitis).
MATA MERAH VISUS TURUN
Terapi Panoftalmitis
• Parasit (toxoplasma) diberikan pyrimetamine, 25 mg peroral per hari, sulfadiazine, 0,5 g per oral
empat kali sehari selama 4 minggu.kalsium leukovorin per oral dua kali seminggu, dan urin harus
tetap dijaga agar tetap alkalis dengan minum satu sendok teh natrium bikarbonat setiap hari.
• Alternatif lain clindamicyn, 300 mg per oral empat kali sehari, dengan trisulfapyrimidine, 0,5-1 g
peroral empat kali sehari.
• Antibiotik lain spiramycin dan minocycline.
• Toksokakariasis okuler:kortikosteroid secara sistemik atau periokuler bila ada tanda reaksi radang
intra okuler, dipertimbangkan vitrektomi pada pasien dengan fibrosis vitreus nyata.
• virus : sulfasetamid dan antivirus. Apabila mata sudah tidak dapat diselamatkan lagi harus segera
dilakukan eviseras (tindakan operasi dimana isi bola mata dikeluarkan dan scleral cup
disingkirkan). Hal ini biasanya dilakukan pada kasus supuratif intra-ocular (panoftalmitis),
perdarahan anterior staphyloma dan trauma penetrasi pada bola mata dengan keluarnya isi bola
mata.
MATA TENANG VISUS TURUN
1. Katarak
• Katarak adalah setiap kekeruhan pda lensa. Penuaan adaah penyebab katarak yang terbanyak
• Patogenesis katarak terjadi akibat terdapatnya agregat-agregat protein yang menghamburkan berkas cahaya
dan mengurangi transparansinya. Perubahan protein lainnya akan mengakibatkan perubahan warna lensa
menjadi kuning atau coklat dan terdapat vesikel diantara serat-serat lensa atau migrasi sel epitel dan
pembesaran sel-sel epitel yang menyimpang.
• Faktor yang dapat menimbulkan katarak adalah kerusakan oksidatif, sinar ultraviolet dan malnutrisi
• Bentuk katarak
• Katarak matur yaitu bentuk katarak yang seluruh proteinnya telah mengalami kekeruhan
• Katarak imatur yaitu yang memilki sebgian protein transparan, yang jika terlalu banyak absorbsi air akan
menjadi intumesen
• Katarak hipermatur yaitu katarak yang proteinnya telah mencair
• Katarak hipermatur yang nukleus lensanya mengambang disebut dengan katarak morgagni
MATA TENANG VISUS TURUN
a. Katarak kongenital
• Katarak kongenital adalah perubahan pada kebeningan struktur lensa mata yang muncul pada
saat kelahiran bayi atau segera setelah bayi lahir Katarak jenis ini dapat terjadi bilateral maupun
unilateral
Etiologi
• Herediter (isolated – tanpa dihubungkan dengan kelainan mata atau sistemik) seperti autosomal
dominant inheritance, Herediter yang dihubungkan dengan kelainan sistemik dan sindrom
multisistem.
• Infeksi seperti toxoplasma, rubella, cytomegalovirus, herpes simplex, sifilis, poliomielitis,
influenza, Epstein-Barr virus saat hamil.
• Obat-obatan prenatal (intra-uterine) seperti kortikosteroid dan vitamin A, Radiasi ion prenatal
(intra-uterine) seperti X-rays
• Kelainan metabolik seperti diabetes pada kehamilan dan galaktosemia
• Tapi penyebab terbanyak pada kasus katarak kongenital adalah idiopatik, yaitu tidak diketahui
penyebabnya
MATA TENANG VISUS TURUN
b. Katarak terkait usia
• Katarak kortikal
• Kekeruhan pada korteks lensa menyebabkan terbentuknya celah-selah dalam pola radial
disekeliling daerah lensa. Katak jenis ini cenderung bilateral tetapi asimetrik
• Katarak subkapsular posterior
• Terdpaat pada korteks di dekat kapsul posterior bagian sentral. Gejala yang muncul
merupakan penurunan penglihatan pada kondisi pencahayaan yang terang
• Terapi
• Ekstraksi lensa melalui insisi limbus kecul dengan menggunakan alat irigasi aspirasi mekanis
• Koreksi optik menggunakan pemakaian kacamata pada anak afakia bilateral yang usianya lebih
tua, tetapi kebanyakan pada anak akan diikuti oleh koreksi lensa kontak
MATA TENANG VISUS TURUN
c. Katarak traumatik
• Paling sering disebabkan oleh trauma benda asing pada lensa atau trauma tumpul pada bola mata.
• Lensa menjadi pulih segra setealh masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa
menyebabkan humor aquous dan kadang-kadang vitreus masuk ke dalam struktur lensa.
d. Katarak sekunder akibat penyakit intraokular
• Katarak dapat terbentuk akibat efek langsung penyakit intraokular yang mempengaruhi fisiologi lensa
(uveitis), katarak ini biasanya unilateral. Prognosis visual tidak sebaik katarak terkait usia
• Bedah katarak
• Ekstraksi katarak ekstrakapsular
• Penanaman lensa intraokular dengan cara insisi yang dibuat pada limbus atau kornea perifer
bagian superior atau temporal. Lensa intraokular ditempatkan dan disangga oleh kapsul posterior
yang masih utuh
• Ekstraksi katrak intrakapsular
• Mengangkat seluruh lensa berikut kapsulnya
MATA TENANG VISUS TURUN
2. Glaukoma
• Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokuler yang
disertai oleh pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang pandang
• Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi menjadi 4 bagian ;
• glaukoma primer : sudut terbuka, sudut tertutup
• glaukoma sekunder
• glaukoma kongenital
• glaukoma absolut
Penatalaksanaan
• Penghambat adrenergik beta (beta blocker) :Timolol maleat 0,25% dan 0,5%, Betaksolol 0,25%
dan 0,5%, Levobunolol 0,25% dan 0,5%, Metipranolol 0,3%
• Apraklonidin(agonis adrenergik α2)
• Inhibitor karbonat anhydrase : Asetazolamid, Diklorfenamid, Metazolamid
• Pembedahan : Iridektomi & Iridotomi Perifer, Trabekuloplasti Laser, Bedah Drainase Glaukoma
KEGAWATDARURATAN MATA
1. Ablatio Retina
• Pemisahan retina sensorik yaitu fotoreseptor dan jaringan bagian dala dari eputel retina dibawahnya
a. Ablatio retina regmatogenosa. Pemutusan total retina sensorik, traksi vitreus dan mengalirnya vitreous
humour melalui robekan ke dalam ruang subretina. Pada ablasio ini disebabkan oleh miopia, dan trauma mata.
Pada pemeriksaan oftalmoskop indirek binokular menunjukan peninggian retina sensorik yang lepas dan
berwarna translusen dengan satu atau lebih pemutusan retina sensorik total, misalnya robekan berbentuk tapal
kuda, lubang atrofi bundar, atau robekan dialisis retina. Letak pemutusan retina bervariasi sesuai jenisnya.
Robekan tapal kuda paling sering di kuadran superotemporal, lubang atrofi di kuadran temporal, dan dialisis
retina di inferotemporal. Terapi yang utama adalah dilakukan pembedahan. 1) scleral buckling untuk
mempertahankan retina diposisinya dengan melekukan sklera menggunakan eksplan yang dijahitkan pada
daerah robekan retina
b. Ablatio retina akibat traksi. Jenis tersering pada retinopati diabetik. Ablatio retina terjadi akibat traksi memili
permukaan konkaf dan cenderung lebih terlokalisasi. Gaya traksi retina, menarik retina sensorik menjauhi epitel
pigmen menuju basis vitreus. Terapi dilakukan vitrektomi untuk mengangkat unsur penyebab traksi diikuti
dengan penyingkiran membran fibrotik
c. Ablatio retinae serosa dan hemorargik. Terjadi akibat penimbunan cairan dibawah retina sensorik dan
terutama disebabkan oleh penyakit epitel pigmen retina dan koroid
KEGAWATDARURATAN MATA
2. Trauma
a. Abrasi dan Laserasi Palpebrae
• Benda berbentuk partikel harus dikeluarkan dari palpebra yang mengalami abrasi untukmengurangi resiko
pembentukan tato pada kulit.
• Luka kemudian diirigaasi saline dan ditutup dengan salep antibiotik dan kasa steril. Jaringan yang terlepas
dibersihkan dan dilekatkan kembali. Arena vaskularitas palpebra sangat baik, besar kemungkinan tidak
terjadi nekrosis iskemik
• Bila perbaikan primer tidak dilakukan dalam 24 jam, terjadinya edema mengharuskan penutupan ditunda.
Luka harus dibersihkan secara cermat dan diberikan antibiotik
b. Benda asing di permukaan mata dan abrasi kornea
• Abrasi benda asing di kornea menyebabkan nyeri dan iritasi yang dapat dirasakan sewaktu mata dan
palpebra digerakkan
• Defek epitel kornea yang ringan diterapi dengan salep antibiotik san balut tekan untuk mengimobilisasi
palpebrae
• Pada pengeluaran benda saing dapat diberikan anestetik topikal dan digunakan sebuah spuid
KEGAWATDARURATAN MATA
c. Trauma tembus dan kontusio bola mata
• Ruptur bola mata dapat terjadi akibat trauma tembus tajam atau gaya kontusid tumpul. Trauma tumpul
menyebabkan peningkatan tekanan dalam orbita dan intraokular disertai deformitas bola mata
• Ketika terjadi dekompresi cepat sewaktu dinding mata sobek atau saat isi orbita keluar ke sinus-sinus di
sekitarnya
• Trauma mengakibatakan penurunan penglihatan yang mencolok , hemorargik, laserasi konjungtiva, bilik mata
depan dangkal dengan atau tanpa dilatasi pupil yang eksentrik, hifema atau perdarahan vitreus
d. Benda asing intraokular
• Keluhan rasa tidak enak atau penglihatan kabur pada satu mata dengan riwayat benturan antara logam dengan
logam, ledakan atau cedera proyektil
• Benda-benda asing yang telah diidentifikasi dan diketahui lokasina di dalam mata harus dikeluarkan kapanpun
memungkinkan.
• Bila terlettak di zonulalensa, benda asing harus dikeluarkan melalui insisi limbus dari bilik mata depan. Bila
benda asing terletak dibelakang lensa benda asing dikeluarkan secara vitrektomi
e. Hifema
• Robekan pembuluh darah di iris dan merusak sudut bilik mata depan.
• Darah did alam aqueous humor membentuj suatu lapisan yang dapat terlihat (hifema)
• Glaukoma dapat terjadi bila anyaman trabekular tersumbat oleh fibrin dan sel atau bila pembentukan bekuan
darah menimbulkan blokade pupil
• Bila pengisian darah lebih dari 5% maka harus diistirahatkan, dan dilakukan pemberian steroid tetes
• Pemberian asam aminokaproat oral 100mg/kg setiap 4 jam sampai maksimum 30g/hr selama 5 hari untuk
menstabilkan pembentukan bekuan darah sehingga menurunkan resiko perdarahan ulang.

Anda mungkin juga menyukai