Anda di halaman 1dari 15

SKENARIO 5 PERTEMUAN KE 1

BLOK 236
By : Tutor Hebat Mediclub
Penglihatan Menurun

Seorang pasien usia 17 tahun datang ke klinik dengan keluhan penglihatan kedua mata
kabur sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan apabila membaca jarak jauh. Pasien mengaku saat
membaca huruf terlihat membayang. Pandangan kabur terjadi mendadak disangkal. Keluhan mata
merah, mata berair, silau dan nyeri kepala disangkal. Pasien memiliki kebiasaan menggunakan gawai
8 jam perhari. Riwayat trauma pada daerah mata disangkal. Pada pemeriksaan fisik dalam batas
normal. Pada pemeriksaan visus didapatkan OD S-0.75 dan OS S-1.00
STEP I

• Pemeriksaan Visus : pemeriksaan tajam penglihatan untuk melihat fungsi mata.


STEP II

1. Apa saja macam-macam kelainan refraksi?


2. Macam-macam pemeriksaan mata?
Kelainan Refraksi

• Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea,
cairan mata, lensa, benda kaca dan panjangnya bola mata.
• Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata
demikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat
di daerah macula lutea.
• Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda
tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.
• Dikenal beberapa titik di dalam bidang refraksi, seperti Pungtum Proksimum merupakan titik
terdekat dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas, Pungtum Remotum adalah titik
terjauh dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas, titik ini merupakan titik dalam ruang
yang berhubungan dengan retina atau faveola bila mata beristirahat.
Kelainan Refraksi

1. Miopia
• Pada myopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan pembiasan
media refraktif terlalu kuat.
Dikenal beberapa bentuk myopia, seperti:
• Miopia refraktif, yaitu bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada katarak
intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung, sehingga pembiasan lebih kuat.
• Miopia aksial, yaitu myopia akibat panjangnya sumbu bola mata dengan kelengkungan kornea
dan lensa yang normal.
Menurut derajatnya myopia dibagi dalam:
• Miopia ringan, dimana myopia kecil daripada 1 – 3 D
• Miopia sedang, dimana myopia lebih antara 3 – 6 D
• Miopia berat atau tinggi, dimana myopia lebih besar dari 6 D
Kelainan Refraksi
Menurut perjalanan myopia dikenal bentuk :
• Miopia stasioner, myopia yang menetap setelah dewasa.
• Miopia progresif, myopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya
bola mata.
• Miopia maligna, myopia yang berjalan progresif yang dapat mengakibatkan ablasio retina dan
kebutaan. Miopia degenerative atau myopia maligna biasanya bila myopia lebih dari 6 D disertai
kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum
yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi korioretina. Atrofi retna berjalan
kemudian setelah terjadinya atrofi sclera dan kadang-kadang terjadi rupture membrane Bruch
yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi subretina.
Gejala klinik
• Pasien dengan myopia akan menyatakan melihat jelas bila dekat dan melihat jauh kabur (rabun
jauh). Pasien dengan myopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai dengan juling
dan celah kelopak mata yang sempit. Pasien juga mempunyai kebiasaan mengerinyitkan matanya.
Kelainan Refraksi

Pemeriksaan Funduskopi
• Pada pemeriksaan funduskopi terdapat miopik kresen yaitu gambaran bulan sabit yang terlihat
pada polus posterior fundus mata myopia, sclera oleh koroid. Pada mata dengan myopia tinggi
akan terdapat pula kelainan pada fundus okuli seperti degenerasi macula dan degenerasi retina
bagian perifer.
Pengobatan
• Pengobatan pasien dengan myopia adalah dengan memberikan kacamata sferis negative terkecil
yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal, untuk memberikan istirahat mata dengan
baik sesudah dikoreksi.
• Penyulit yang dapat timbul pada pasien dengan myopia adalah terjadinya ablasio retina dan
juling. Juling biasanya esotropia atau juling ke dalam akibat mata berkonvergensi terus menerus.
Kelainan Refraksi

2. Hipermetropia
• Hipermetropia atau rabun dekat merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata
dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina.
Pada hipermetropia sinar sejajar di fokuskan di belakang macula lutea.
Hipermetropia dapat disebabkan oleh:
• Hipermetropia sumbu atau hipermetropia aksial : merupakan kelainan refraksi akibat bola mata
pendek atau sumbu anteroposterior yang pendek.
• Hipermetropia kurvatur : dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang sehingga bayangan di
fokuskan di belakang retina.
• Hipermetropia retraktif : dimana terdapat indeks bias yang kurang pada system optic mata.
Kelainan Refraksi
Hipermetropia dikenal dalam bentuk:
• Hipermetropia manifest : hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kaca mata positif maksimal
yang memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini terdiri atas hipermetropia absolut
ditambah dengan hipermetropia fakultatif.
• Hipermetropia absolut : dimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi dan
memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh. Biasanya hipermetropia laten yang ada
berakhir dengan hipermetropia absolut ini.
• Hipermetropia fakultatif : dimana kelainan hipermetropia dapat diimbangi dengan akomodasi
ataupun dengan kaca mata positif. Pasien yang hanya mempunyai hipermetropia fakultatif akan
melihat normal tanpa kacamata yang bila diberikan kaca mata positif akan memberikan
penglihatan normal dengan akomodasi yang dapat istirahat.
• Hipermetropia laten : dimana kelainan hipermetropia tanpa siklopegia diimbangi seluruhnya oleh
akomodasi. Hipermetropia laten hanya dapat diukur bila diberikan siklopegia. Makin muda
seseorang makin besar komponen hipermetropia laten seseorang. Semakin tua seseorang akan
terjadi kelemahan akomodasi sehingga hipermetropia akan menjadi hipermetropia fakultatif dan
menjadi hipermetropia absolut.
Kelainan Refraksi
Gejala dan Tanda
• Gejala yang ditemukan pada hipermetropia adalah penglihatan dekat dan jauh kabur, sakit
kepala, solau dan kadang rasa juling atau penglihatan ganda.
• Pasien hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus
menerus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak di belakang
macula agar terletak di daerah macula lutea. Akibat terus menerus berakomodasi, maka bola
mata bersama-sama melakukan konvergensi dan mata akan juling ke dalam.
• Mata dengan hipermetropia sering memperlihatkan amblyopia akibat mata tanpa akomodasi
tidak pernah melihat objek dengan baik dan jelas.
Pengobatan
• Pada pasien dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kacamata sferis positif terkuat atau lensa
positif terbesar yang masih memberikan tajan penglihatan maksimal. Hal ini dilakukan untuk
memberikan istirahat pada mata pasien.
• Penyulit yang dapat terjadi pada pasien ini adalah esotropia dan glaucoma.
Kelainan Refraksi

3. Astigmat
• Pada astigmat berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina akan tetapi
pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan
kornea. Pada mata dengan astigmat lengkungan jari-jari meridian yang tegak lurus padanya.
• Astigmat lazim : suatu keadaan normal pada bayi baru lahir yang biasanya mempunyai kornea
yang bulat atau sferis yang didalam perkembangannya terjadi keadaan kelengkungan kornea pada
bidang vertical bertambah atau lebih kuat atau jari-jari lebih pendek dibandingkan dengan jari-jari
kelengkungan kornea di bidang horizontal.
• Astigma tidak lazim : suatu keadaan kelainan refraksi astigmat dimana koreksi dengan silinder
negative dilakukan dengan sumbu tegak lurus atau dengan silinder positif sumbu horizontal.
Keadaan ini terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian horizontal lebih kuat dibandingkan
dengan kelengkungan kornea vertical.
Kelainan Refraksi

Bentuk astigmat
• Astigmat regular : astigmat yang memperlihatkan kekuatan pembiasan bertambah atau
berkurang perlahan-lahan secara teratur dari satu meridian ke meridian berikutnya. Bayangan
yang terjadi pada astigmat regular dengan bentuk yang teratur dapat berbentuk garis, lonjong
atau lingkaran.
• Astigmat irregular : astigmat yang terjadi tidak mempunyai 2 meridian saling tegak lurus. Astigmat
irregular dapat terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda sehingga
bayangan menjadi irregular. Astigmat irregular terjadi akibat infeksi kornea, trauma dan distrofi
atau akibat kelainan pembiasan pada meridian lensa yang berbeda.
Pengobatan
• Pengobatan astigmat dengan lensa kontak keras bila epitel tidak rapuh atau lensa kontak lembel
bila disebabkan infeksi, trauma dan distrofi untuk memberikan efek permukaan yang ireguler.
Pemeriksaan Mata
1. Pemeriksaan Tajam Pengelihatan
• Dipakai kartu Snellen yang berisikan berbagai ukuran huruf atau angka. Untuk anak kecil yang
belum bisa membaca digunakan kartu snellen berbentuk huruf “E” atau gambar-gambar
benda/binatang yang mudah dikenal. Kartu Snellen dengan pencahayaan yang cukup tetapi tidak
menyilaukan.
• Uji lubang kecil (Pin-hole test)
• Uji pengkabutan (fogging test)
• Uji celah stenopik
• Uji silinder silang (cross-cylinder Jackson)
• Uji dominan mata
• Uji crowding phenomena (untuk mengetahui adanya ambliopia)
2. Posisi bola mata, duksi dan versi
• Posisi bola mata yang normal adalah orto, hal ini terlihat dari pemberian cahaya dan refleksinya
pada kornea. Bila kesannya juling perlu diperiksa dengan pemberian sinar sentolop dan
perhatikan refleks cahaya pada kornea kanan kiri selanjutnya nilai simetrinya.
Pemeriksaan Mata

3. Inspeksi dan palpasi


• Kelainan yang mencolok berupa ukuran bola mata seperti mikroftalmos atau buftalmos, adanya
penonjolan bola mata (eksoftalmos) atau penekanan bola mata oleh tumor perlu diperhatikan.
Bola mata yang menonjol diukur penonjolannya dengan alat Hertel.
4. Pemeriksaan tekanan bola mata
• Pengukuran tekanan bola mata yang paling sederhana adalah dengan menggunakan dua jari
telunjuk yang menekan secara bergantian bagian atas palpebra superior dan merasakan tegangan
bola mata. Dengan pengalaman seorang dokter dapat merasakan tekanan bola mata yang
biasanya dinyatakan dalam N (Normal), N+1, N+2, N+3 untuk tekanan yang lebih tinggi dibanding
normal serta N-1, N-2, N-3 untuk tekanan bola mata yang rendah. Pengukuran tekanan bola mata
dengan menggunakan alat dapat dilakukan dengan tonometer.
5. Pemeriksaan Lapang Pandang
6. Pemeriksaan gangguan motor sensorik visus atau strabismus

Anda mungkin juga menyukai