Anda di halaman 1dari 83

ANTIJAMUR

KEPANITERAAN KLINIK FARMASI


PERIODE 30 SEPTEMBER – 2 NOVEMBER 2019
TERAPEUTIK
INFEKSI INFEKSI INFEKSI
DERMATOFIT SISTEMIK MUKOKUTAN

• TRICHOPHYTON INFEKSI INTERNAL INFEKSI SUBKUTAN


• KANDIDA
• EPIDERMOPHYTON
• MICROSPORUM • ASPERGILOSIS • KROMOMIKOSIS
• BLASTOMIKOSIS • MISETOMA (menyerang mukosa
• KOKSIDIODOMIKO • SPOROTRIKOSIS dan daerah lipatan
(yang menyerang
SIS kulit yang lembab)
kulit, rambut, dan • KRIPTOKOKOSIS
kuku) • HISTOPLASMOSIS
• MUKORMIKOSIS
• PARAKOKSIDIODO
MIKOSIS
• KANDIDIASIS
ANTIJAMUR UNTUK ANTIJAMUR UNTUK INFEKSI
INFEKSI SISTEMIK DERMATOFIT
DAN MUKOKUTAN
• AMFOTERISIN B
• FLUSITOSIN • GRISEOFULVIN
• IMIDAZOL DAN TRIAZOL
• IMIDAZOL DAN TRIAZOL • TOLNAFTAT dan TOKSIKLAT
• EKINOKANDIN • NISTATIN
• TERBINAFIN • ANTIJAMUR TOPIKAL LAIN

• PENGOBATAN INFEKSI • PEMILIHAN PREPARAT


JAMUR SISTEMIK
AMFOTERISIN B

FARMAKOKINETIK FARMAKODINAMIK

INDIKASI KONTRAINDIKASI

INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING


FARMAKOKINETIK

ABSORPSI DISTRIBUSI

• Sedikit sekali yang melalui • distribusi luas seluruh jaringan


saluran cerna • 95% obat beredar dalam plasma,
terikat pada lipoprotein
• Waktu paruh : 24-48 jam pada
• Kadarnya pada cairan
dosis awal yang diikuti oleh
pleura,peritoneal yang mengalami
eliminasi fase kedua dengan t1/2 peradangan hanya 2/3 dari kadar
15 hari terendah dalam plasma

METABOLISME EKSRESI
• Eksresi obat ini melalui ginjal
- berlangsung lambat sekali
• Hanya 3 % ddari jumlah yang
diberikan selama 24 jam
sebelumnya ditemukan dalam
urin
FARMAKODINAMIK

• Menyerang sel yang sedang tumbuh dan sel matang. Aktivitas antijamurnya
yang nyata pada pH 6.0 – 7.5 ; berkurang pada pH yang lebih rendah
• Antibiotik ini bersifat fungistatik atau fungisidal tergantung pada dosis dan
sensitivitas jamur yang dipengaruhi

DOSIS DAN BENTUK SEDIAAN

• Injeksi : vial 50 mg bubuk liofilik, dilarutkan dengan 10 mL


akuades steril untuk kemudian diencerkan dengan larutan
dekstrosa 5% dalam air sehingga didapatkan kadar 0.1
mg/mL
• ada 3 jenis sediaan amfoterisin B liposomal, yakni :
amfoterisin B dengan formulasi dispersi koloid (ABCD),
amfoterisin B dengan formulasi vesikel unilamelar
(Ambisome), amfoterisin B kompleks lipid (ABLC)
• Tersedia bentuk krim, lotio, dan salep dengan kandungan
amfoterisin B sebanyak 3%
• Dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan sampai 0.5-0.7
mg/kgBB/hari (dilanjutkan selama 6 minggu, kalau perlu 3-4
bulan)
INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING OBAT

• Amikasin,sikosporin,gentamisin,pentamid • Kulit panas (pada pemberian IV)


ine,streptomycin,vancomycin : risiko • Sakit kepala
kerusakan ginjal
• Demam sampai mengiggil
• Dexamethasone,furosemide,hidrokorison
e,prednisolone : risiko hipokalemia
• Anoreksia
• Digoxin : amfoterisin B meningkatkan • Kejang
keracunan digoxin • Penurunan fungsi ginjal

INDIKASI KONTRAINDIKASI

• Infeksi jamur • Pasien dengan gangguan fungsi ginjal


(aspergilosis,parakoksidioidomikosis, • Ibu hamil
dan kandidiasis) • Ibu menyusui
• Tetesan topikal : keratitis mikotik
• Endoftalmitis (intraorbital)
FLUSITOSIN

FARMAKOKINETIK FARMAKODINAMIK

INDIKASI KONTRAINDIKASI

INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING


FARMAKOKINETIK

ABSORPSI DISTRIBUSI
• Diserap dengan cepat dan baik • Didistribusikan ke seluruh jaringan
melalui saluran cerna dengan volume distribusi mendekati
• Pemberian bersama makanan dan volume total cairan tubuh
suspensi aluminium • Kadar dalam cairan otak 60-90%
hidroksida/magnesium kadar dalam plasma
memperlambat penyerapan • Masa paruh : 3-6 jam

METABOLISME EKSRESI
• 90 % akan dikeluarkan bersama
- melalui filtrasi glomerulus dalam
bentuk utuh.
• Dapat dikeluarkan melalui
hemodialisis atau dialisis
peritoneal
FARMAKODINAMIK

• Flusitosin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan sitosin deaminase dan
dalam sitoplasma akan bergabung dengan RNA setelah mengalami
deaminasi menjadi 5-fluorourasil dan fosforilasi.
• Sintesis protein sel jamur akan terganggu akibat penghambatan langsung
sintesis DNA oleh metabolit fluorourasil

DOSIS DAN BENTUK SEDIAAN

• Tersedia dalam sediaan kapsul 250 dan 500 mg. Dosis


yang dianjurkan antara 50-150 mg/kgBB/hari yang
terbagi dalam 4 dosis. (dosis harus dikurangi pada
pasien dengan insufisiensi ginjal)
• Dapat dikombinasikan dengan amfoterisin B untuk
meningitis oleh Cryptococcus 100-150 mg/kgBB/hari
flusitosin dikombinasikan dengan 0.3 mg/kgBB/hari
amfoterisin B
INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING OBAT

• Anemia
- • Leukopenia
• Trombositopenia
• Mual
• Muntah
• Diare
• enterokolitis

INDIKASI KONTRAINDIKASI

• Infeksi Cryptococcus neoformans, • Pasien dengan gangguan fungsi ginjal


beberapa spesies Candida, dan • Ibu hamil
infeksi oleh kromoblastomikosis • Ibu menyusui
• Dapat dikombinasikan dengan
Itrakonazol untuk infeksi
kromoblastomikosis
INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING OBAT

• Anemia
- • Leukopenia
• Trombositopenia
• Mual
• Muntah
• Diare
• enterokolitis

INDIKASI KONTRAINDIKASI

• Infeksi Cryptococcus neoformans, • Pasien dengan gangguan fungsi ginjal


beberapa spesies Candida, dan • Ibu hamil
infeksi oleh kromoblastomikosis • Ibu menyusui
• Dapat dikombinasikan dengan
Itrakonazol untuk infeksi
kromoblastomikosis
KETOKONAZOL

FARMAKOKINETIK FARMAKODINAMIK

INDIKASI KONTRAINDIKASI

INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING


FARMAKOKINETIK

ABSORPSI DISTRIBUSI
• Dalam plasma 84% ketokonazol berikatan
• Antijamur sistemik oral yang dengan protein plasma terutama
penyerapannya bervariasi antar albumin, 15% berikatan dengan eritrosit
dan 1% dalam bentuk bebas
individu
• Ditemukan dalam urin,kelenjar
• Penyerapan obat berkurang pada lemak,liur,dan juga kulit yang
pasien dengan pH lambung yang terinfeksi,tendo,cairan sinovial,dan cairan
tinggi vaginal

METABOLISME EKSRESI
• Sebagian besar obat ini
• Sebagian besar obat ini dieksresikan bersama cairan
mengalami metabolisme lintas empedu ke lumen usus dan
pertama hanya sebagian kecil saja yang
dikeluarkan besama urin
FARMAKODINAMIK

• Bersifat liofilik dan larut dalam air pada pH asam


• Ketokonazol aktif sebagai antijamur baik sistemik maupun nonsistemik yang
efektif terhadap Candida, Coccidioides immitis, Cryptococcus neoformans,
H . Capsulatum, B. dermatitidis, Aspergillus dan Sporothrix spp.

DOSIS DAN BENTUK SEDIAAN

• Tersedia dalam bentuk tablet 200 mg, krim 2% dan


shampo 2%. Dosis yang dianjurkan pada dewasa
adalah satu kali 200-400 mg/hari
• Pada anak-anak diberikan 3.3 – 6.6 mg/kgBB/hari
• Lama pengobatan bervariasi : 5 hari untuk
kandidiasis vulvovaginitis, 2 minggu untuk
kandidiasis esofagus, dan 6-12 bulan untuk mikosis
dalam
INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING OBAT

• Pemberian ketokonazol dengan obat yang • Mual


menginduksi enzim mikrosom hati
(rifampisin,isoniazid,fenitoin) dapat • Muntah
menurunkan kadar ketokonazol • Vertigo
• Ketokonazol dapat meningkatkan kadar obat • Nyeri epigastrik
yang dimetabolisme oleh enzim CYP3A4 • Ginekomastia *
sitokrom P450
(sikosporin,warfarin,midazolam,indinavir) • Ketidakteraturan Haid *

INDIKASI KONTRAINDIKASI

• Histoplasmosis paru,tulang,sendi,dan • Penggunaan ketokonazol bersama


jaringan lemak dengan astemizol
• Efektif untuk kriptokokus dikontraindikasikan karena dapat
monmeningeal menyebabkan perpanjangan QT
• Kandidiasis (mukokutan,vaginal, dan interval dan aritmia ventrikel jantung
oral)
ITRAKONAZOL

FARMAKOKINETIK FARMAKODINAMIK

INDIKASI KONTRAINDIKASI

INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING


FARMAKOKINETIK

ABSORPSI DISTRIBUSI
• Dalam plasma 84% ketokonazol berikatan
• Diserap lebih sempurna dengan dengan protein plasma terutama
makanan di saluran cerna dibanding albumin, 15% berikatan dengan eritrosit
dan 1% dalam bentuk bebas
ketokonazol
• Ditemukan dalam urin,kelenjar
lemak,liur,dan juga kulit yang
terinfeksi,tendo,cairan sinovial,dan cairan
vaginal

METABOLISME EKSRESI
• Sebagian besar obat ini
• Sebagian besar obat ini dieksresikan bersama cairan
mengalami metabolisme lintas empedu ke lumen usus dan
pertama hanya sebagian kecil saja yang
dikeluarkan besama urin
FARMAKODINAMIK

• Bersifat liofilik dan larut dalam air pada pH asam


• Itrakonazol aktif sebagai antijamur baik sistemik maupun nonsistemik yang
efektif terhadap Candida, Coccidioides immitis, Cryptococcus neoformans,
H . Capsulatum, B. dermatitidis, Aspergillus dan Sporothrix spp, aspegilosis
diluar SSP

DOSIS DAN BENTUK SEDIAAN

• Tersedia dalam bentuk kapsul 100 mg


• Dosis yang disarankan : 200 mg/hari
• Mikosis : 2 x 200 mg (dengan makanan)
• Onikomikosis : 1 x 200 mg selama 12 minggu atau
dengan terapi berkala (pulse therapy), yakni 200 mg
sehari selama 1 minggu, diikuti 3 minggu periode
bebas obat setiap bulannya. Lama pengobatan
biasanya selama 3 bulan
INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING OBAT

• Berinteraksi dengan enzim mikrosom hari, • Mual


tetapi tidak sebanyak ketokonazol
• Rifampisin akan mengurangi kadar plasma • Muntah
itrakonazol • Vertigo
• Nyeri epigastrik
• Pruritus dan kemerahan
• Edema kaki
• Parestesia

INDIKASI KONTRAINDIKASI

• Histoplasmosis paru,tulang,sendi,dan • Penggunaan Itrakonazol bersama


jaringan lemak dengan astemizol
• Efektif untuk kriptokokus dikontraindikasikan karena dapat
monmeningeal menyebabkan perpanjangan QT
• Kandidiasis (mukokutan,vaginal, dan interval dan aritmia ventrikel jantung
oral)
FLUKONAZOL

FARMAKOKINETIK FARMAKODINAMIK

INDIKASI KONTRAINDIKASI

INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING


FARMAKOKINETIK

ABSORPSI DISTRIBUSI
• Suatu fluoronated bis-triazol dengan • Flukonazol tersebar rata kedalam
khasiat baru cairan tubuh juga dalam sputum dan
• Diserap melalui saluran cerna tanpa saliva
dipengaruhi adanya • Kadar dalam CSS 50-90% kadar
makanan/keasaman lambung plasma
• Kadar puncak dicapai setelah
pemberian 100 mg

METABOLISME EKSRESI

• Sebagian besar obat ini • Waktu paruh eliminasinya 25


mengalami metabolisme lintas jam sedangkan eksresi melalui
pertama ginjal melebihi 90% klirens ginjal
FARMAKODINAMIK

• Bersifat liofilik dan larut dalam air pada pH asam


• Itrakonazol aktif sebagai antijamur baik sistemik maupun nonsistemik yang
efektif terhadap Candida, Coccidioides immitis, Cryptococcus neoformans,
H . Capsulatum, B. dermatitidis, Aspergillus dan Sporothrix spp, aspegilosis
diluar SSP

DOSIS DAN BENTUK SEDIAAN

• Tersedia untuk pemakaian sistemik (IV) dengan


formula yang mengandung 2 mg/mL
• Tersedia dalam sediaan oral dalam kapsul yang
mengandung 50,100,150,200 mg
• Indonesia : hanya tesedia sediaan 50 dan 150 mg
INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING OBAT

• Kadar plasma fenitoin dan • Mual


sulfonilurea akan meningkat pada • Muntah
pemakaian bersama flukonazol • Pada pasien AIDS, akan ditemukan
• Sebaliknya akan terjadi penurunan urtikaria,eosinofilia,sindroma Steven-
kadar plasma warfarin dan Johnson,gangguan fungsi hati, dan
sikosporin trombositopenia

INDIKASI KONTRAINDIKASI

• Dapat mencegah relaps meningitis • Penggunaan Flukonazol bersama


yang disebabkan oleh Cryptococcus dengan astemizol
pada pasien AIDS setelah pengobatan dikontraindikasikan karena dapat
dengan amfoterisin B menyebabkan perpanjangan QT
• Selektif untuk pengobatan interval dan aritmia ventrikel jantung
kandidiasis mulut dan tenggorokan
VORIKONAZOL

FARMAKOKINETIK FARMAKODINAMIK

INDIKASI KONTRAINDIKASI

INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING


FARMAKOKINETIK

ABSORPSI DISTRIBUSI
• Diserpa baik dalam saluran cerna • 60% obat dalam darah terikat
• Kadar puncak obat tercapai dalam 2 dengan protein
jam • Kadar obat dalam CSS ialah 30-68%
dari kadarnya didalam darah

METABOLISME EKSRESI

• Farmakokinetik obat ini tidak • 80 % vorikonazol dieskresikan


linier akibat terjadinya saturasi dalam urin
metabolisme oleh sitokrom P450
di hati dan metabolit utamanya
adalah N-oksida yang tidak aktif
FARMAKODINAMIK

• Bersifat liofilik dan larut dalam air pada pH asam


• Merupakan antijamur baru golongan triazol

DOSIS DAN BENTUK SEDIAAN

• Dimulai dengan dosis muat secara IV sebesar 6mg/kgBB yang


diulang sekali lagi setelah 12 jam
• Dosis oral pasien BB>40 kg : 400 mg dan BB<40 kg : 200 mg
(2 kali dengan interval 12 jam)
• Pengobatan bisa dilanjutkan dengan pemberian oral 200
mg/12 jam (>40 kg) dan 2 x 100 mg (BB<40 kg)
• Pasien dengan gangguan fungsi hati ringan dan sedang
(Child-Pugh kelas A dan B) : dosis muat seperti biasa,namun
dosis pemeliharaan dikurangi sebanyak 50%
• Pasien dengan klirens kreatinin<50 mL/menit / dialisis
:HARUS terapi vorikonazol secara intravena
• Sediaan : tablet 50 & 200 mg,suspensi oral 40 mg/mL,dan
bubuk pemberian IV 200 mg
INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING OBAT

• Tidak boleh diberikan bersma • Gangguan penglihatan sementara


rifampisin,karbamazepin,kuinidin,siro penglihatan kabur/fotofobia pada
limus 30% pasien
• Pemberian bersama • Fotosensitivitas dan kenaikan kadar
rifabutin,ranitidin,omeprazole,fenitoi transaminase serum yang bersifat
n,benzodiazepin,dan golongan statin sementara
butuh penyesuaian dosis.

INDIKASI
KONTRAINDIKASI
• Aspegilosis sitemik dan infeksi jamur
berat yang disebabkan oleh • Hipersensitivitas terhadap
Scedosporium apiospermun, dan Vorikonazol
Fusarium sp.
• Efektivitas baik terhadap Candida
sp,Cryptococcus dan Dermatophyte
sp
EKINOKANDIN

FARMAKOKINETIK FARMAKODINAMIK

INDIKASI KONTRAINDIKASI

INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING


FARMAKOKINETIK

ABSORPSI DISTRIBUSI
• Tidak diserap secara oral,ganya • Ikatan proteinnya >97%
tersedia sebagai sediaan intravena • Tidak menembus sawar otak
• Masa kerja kaspofungin : 9-11 jam
• Mikafungin : 11-15 jam
• Anidulafungin : 24-48 jam

METABOLISME EKSRESI

• Kaspofungin dimetabolisme • 71% ditemukan dalam feses (dari


secara lambat dengan cara pemberian IV)
hidrolisis dan asetilasi
• Mikafungin hanya
dimetabolisme dalam jumlah
kecil di hati
FARMAKODINAMIK

• Merupakan siklik-lipopetida dengan inti heksa-peptida


• Menghambat enzim yang digunakan untuk sintesis dinding sel jamur, yaitu
komponen 1.3-beta-D-glukan.Hambatan tersebut menyebabkan kerusakan
integritas dinding sel jamur,instabilitas osmotik,dan kematian sel tersebut.

DOSIS DAN BENTUK SEDIAAN

• Kaspofungin 70 mg sebagai dosis tunggal disusul 50


mg/hari
• Mikafungin 150 mg/hari (rentang 100-200 mg/hari)
selama 10-30 hari
• Profilaksis pasien HSCT : 50 mg/hari selama 6-51 hari
• Infus diberikan dalam waktu 1 jam
• 150 mg/hari : kandida esophageal
• Kandidemia : dosis muat 200 mg disusul 100 mg/hari
selama 14 hari setelah biakan darah positif terakhir
INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING OBAT

• Kaspofungin & siklosporin : peningkatan enzim • Ekinokandin ditoleransi dengan


hati
• Rifampisin dan induktor CYP3A4 menurunkan baik.sesekali terjadi gangguan
sedikit kadar kaspofungin gastrointestinal,flebitis,rx
• Terjadi peningkatan kadar nifedipin sebanyak hipersensitivitas dan flushing
18% dan sirolimus 21% pada pemberian • Profil keamanannya sebanding
kombinasi dengan mikafungin
• Anidulafungin menyebabkan terjadinya dengan flukonazol
pelepasan histamin selama infus

INDIKASI
KONTRAINDIKASI
• Kaspofungin : infeksi kandida
mukokutaneus (esofagus & • Hipersensitivitas terhadap
orofaring),terapi empiris febril Ekinokandin
neutropenia (dapat digunakan pada
aspergilosis invasif dalam)
• Mikafungin : profilaksis terhadap
infeksi kandida pada pasien HCST
TERBINAFIN

FARMAKOKINETIK FARMAKODINAMIK

INDIKASI KONTRAINDIKASI

INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING


FARMAKOKINETIK

ABSORPSI DISTRIBUSI
• Diserap baik oleh saluran cerna • 99% terikat dengan protein plasma
• Waktu paruh awal 12 jam, namun • Terakumulasi di kulit,kuku,dan
bisa mencapai 200-400 jam BILA jaringan lemak
mencapai kadar mantap • Dapat ditemukan pada plasma
hingga 4-8 minggu setelah
pengobatan yang lama.

METABOLISME EKSRESI

• Dimetabolisme di hati menjadi • Disekresikan di urin


metabolit yang tidak aktif
FARMAKODINAMIK

• Terbinafin bersifat keratofilik dan fungisidal


• Obat ini mempengaruhi biosintesis ergosterol dinding sel jamur melalui
penghambatan enzim skualen epoksidase pada jamur dan bukan melalui
penghambatan enzim sitokrom P450

DOSIS DAN BENTUK SEDIAAN

• Tersedia dalam bentuk tablet oral 250 mg


• Onikomikosis : 1 x 250 mg (sama efektifnya dengan
itrakonazol 200 mg sehari dan lebih efektif daripada
terapi itrakonazol yang dilakukan secara
berkala/pulsed-dose therapy)
INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING OBAT

• Belum ada obat yang berinteraksi • Terbilang jarang terjadi (kalaupun


secara signifikan dengan terbinafin ada hanya berupa gangguan saluran
pencernaan)
• Sakit kepala
• rash

INDIKASI
KONTRAINDIKASI
• Kaspofungin : infeksi kandida
mukokutaneus (esofagus & • Wanita hamil : termasuk kategori B
orofaring),terapi empiris febril • Ibu menyusui
neutropenia (dapat digunakan pada
aspergilosis invasif dalam)
• Mikafungin : profilaksis terhadap
infeksi kandida pada pasien HCST
PENGOBATAN INFEKSI JAMUR SISTEMIK
• Infeksi jamur patogen yang terinhalasi : sembuh dengan spontan
• Histoplasmosis atau blastomikosis yang terjadi pada paru yang sehat bahkan
tidak membutuhkan pengobatan
• Kemoterapi dibutuhkan bila ditemukan adanya pneumonia yang berat,infeksi
cenderung menjadi kronis atau adanya risiko penyakit yang menjadi lebih parah
• Pasien AIDS atau pasien penyakit imunosupresi lain biasanya membutuhkan
kemoterapi untuk mengatasi pneumonia karena jamur atau sebab lain.
ASPERGILOSIS BLASTOMIKOSIS

• Invasi aspergilosis paru : pasien • Obat terpilih : ketokonazol oral 400 mg


imunosupresi berat yang tidak berespon sehari selama 6-12 bulan
terhadap pengobatan antijamur • Bisa juga dengan Itrakonazol dengan dosis
• Obat pilihan : amfoterisin B IV 0.5-1.0 200-400 mg sekali sehari
mg/kgbb setiap hari dengan infus lambat • Amfoterisin B dapat diberikan untuk pasien
• Infeksi berat : dosis meningkat hingga 2x yang tidak dapat menerima ketokonazol
• Klinisi sekarang : amfoterisin B diganti (infeksi progresif/gangguan SSP) dengan
dengan vorikonazol mikafungin untuk dosis anjuran 0.4 mg/kgbb/hari selama 10
aspergilosis sitemik (efek samping ringan) minggu

KANDIDIASIS KOKSIDIOIDOMIKOSIS

• BILA infeksi tidak mengenai parenkim ginjal • Ditemukan kavitas tunggal di paru/ada infiltrasi
fobrokavitas yang tidak responsif terhadap
: amfoterisin B kadar 50 ug/mL dalam air
kemoterapi (kronis)
steril • Penyebaran ekstrapulmonar : amfoterisin B IV
• dosis harian : 0.25 mg/kgbb/hari selama 5- (dapat juga digunakan untuk penyakit
7 hari imunosupresi dan AIDS)
• JIKA ada kelainan parenkim ginjal : • Ketokonazol diberikan untuk terapi supresi
amfoterisin B untuk kandidiasis berat jangka panjang terhadap lesi kulit,tulang,dan
• Kandidiasis invasif : vorikonazol & jaringan lunak. (atau itrakonazol 200-400 mg)
mikafungin • Meningitis akibat Coccidioides : amfoterisin B
KRIPTOKOKOSIS HISTOPLASMOSIS

• Obat terpilih : amfoterisin B IV 0.4-0.5 • Pasien dengan histoplasmosis paru kronis


mg/kgbb/hari : ketokonazol 400 mg/hari selama 6-12
• Pengobatan dilanjutkan sampai hasil kultur (-) bulan ATAU itrakonazol 200-40 mg1x sehari
• Penambahan flusitosin dapat mengurangi
• Dapat juga diberikan amfoterisin B IV
pemakaian amfoterisin B menjadi 0.3
mg/kgbb/hari (flusitosin bekerja aditif terhadap selama 10 minggu
amfoterisin  dosis amfoterisin dapat • Pencegahan kekambuhan penyebaran
dikurangiresistensi flusitosin berkurang histoplasmosis pasien AIDS : ketokonazol +
• Flukonazol : terapi supresi untuk pasien AIDS amfoterisin B IV 1x seminggu

MUKORMIKOSIS PARAKOKSIDIOIDOMIKOSIS

• Amfoterisin B IV : obat pilihan untuk • Ketokonazol 400 mg/hari merupakan obat


mukormikosis paru kronis pilihan yang diberikan selama 6-12 bulan
• Mukormikosis kraniofasial : amfoterisin B • Pada keadaan yang berat dapat
IV ditambahkan amfoterisin B
• Disamping melakukan debridement dan
kontrol diabetes mellitus yang sering
menyertainya
OBAT ANTIJAMUR UNTUK INFEKSI
DERMATOFIT DAN MUKOKOTAN
• Dermatofit
Yaitu infeksi jamur yang menyerang kulit,
rambut, dan kuku, biasanya disebabkan oleh
epidermofiton dan mikrosporum
• Mikosis mukokutan,
yaitu infeksi jamur pada mukosa dan lipatankulit
yang lembab, biasanya disebabkan oleh kandida
Jenis antijamur untuk infeksi dermatofit dan
mukokutan:
• Griseofulfin,
• Golongan imidazol (mikonazol, klotrimazol,
ekonazol,isokonazol, tiokonazol, dan
bifonazol),
• Nistatin, tolnaftat,
• Dan antijamur topikal lainnya ( kandisidin,
asam undesilenat, dan natamisin)
1. Griseofulvin

Griseofulvin akan menghambat pertumbuhan jamur


dermatofit, termasuk epidermofiton, mikrosporum,
dan trikofiton dalam kadar 0,5-3 g/ml.

Terhadap sel muda yang sedang berkembang,


griseofulvin bersdifat fungisid dan fungistatik

Mekanisme kerjanya belum sepenuhnya diketahui,


dan efek fungistatiknya mungkin disebabkan oleh
griseofulvin yang mengganggu fungsi mikrotubulus
atau sintesis asam nukleat dan polimerasi
• Farmakokinetik
– Sangat bergantung pada keadaan fisik obat ini dan
absorbsinya dibantu oleh makanan yang banyak
mengandung lemak.
– Senyawa dalam bentuk partikel yang lebih kecil
(microsized) diabsorbsi 2 kali lebih baik daripada partikel
yang lebih besar.

– Metabolisme terjadi di hati. Metabolit utamanya adalah 6-


metilgriseofulvin. Waktu paruhnya kira-kira 24 jam. Jumlah
yang diekskresikan melalui urin adalah 50% dari dosis oral
yang diberikan dalam bentuk metabolit dan berlangsung
selama 5 hari.
– Kulit yang sakit mempunyai afinitas lebih besar
terhadap obat ini., ditimbun dalam sel pembentuk
keratin, terikat kuat dengan keratin dan akan muncul
bersama sel yang baru berdiferensiasi sehingga sel
baru ini akan resisten terhadap serangan jamur.

– Keratin yang mengandung jamur akan terkelupas dan


digantikan oleh sel baru yang normal. Griseofulvin ini
dapat ditemukan dalam sel tanduk 4-8 jam setelah
pemberian per oral.
• Penggunaan Klinis :
– Diindikasikan untuk dermatofitosis berat pada kulit,
kuku, dan rambut, khususnya yang disebabkan oleh
Trichophyton rubrum, yang memberikan respons
lemah terhadap antijamur lain. Obat ini dapat
diberikan bersama antijamur topikal lain.

– Pemberian secara topikal tidak banyak memberikan


efek. Senyawa griseofulvin dalam bentuk ukuran
mikro diberikan per oral 0,5-1 gram per hari, dalam
dosis terbagi(dosis anak 15 mg/kg BB).
• Efek Samping :
– Reaksi alergi: dapat berupa demam, ruam kulit,
leukopenia, dan reaksi tipe serum sickness.
– Toksisitas langsung: dapat terjadi sakit kepala, mual,
muntah, diare,hepatotoksisitas, fotosensitivitas, dan
gangguan mental. Pada binatang percobaan, griseofulvin
bersifat teratogenik dan karsinogenik.

• Interaksi obat
– Griseofulvin dapat menurunkan aktivitas antikoagulan
warfarin. Barbiturat menurunkan aktivitas griseofulvin
karena barbiturat menginduksi sistem enzim mikrosom.
IMIDAZOL DAN TRIAZOL
Golongan Imidazol
Imidiazol merupakan obat antijamur spectrum luas dan
resistensinya jarang timbul. Imidiazol tidak diabsorpsi
dengan baik secara oral, kecuali ketokonazol.

Yang termasuk dalam golongan ini adalah :


• mikonazol,
• klotrimazol,
• ketokonazol,
• flukonazol,
• itrakonazol,
• triazol,
Mikonazol
• Sumber dan Kimia
– merupakan turunan imidazol sintetik yang relatif
stabil. Mempunyai spektrum antijamur yang lebar
terhadap jamur dermatofit.
– Obat ini berbentuk kristal putih, tidak berwarna
dan tidak
berbau, sebagian kecil larut dalam air tapi lebih
larut dalam pelarut organik.
• Aktivitas antijamur
– Mikonazol menghambat aktivitas jamur trichophyton,
epidermophyton, micosporim, candida, dan malassezia furfur.
Mikonazol in vitro efektif terhadap beberapa kuman gram
positif.

• Mekanisme kerja
– Mikonazol masuk ke dalam sel jamur dan menyebabkan
kerusakan dinding sel sehingga permeabilitas terhadap berbagai
zat intrasel meningkat.
– Mungkin pula terjadi gangguan sintesis sel jamur yang akan
menyebabkan kerusakan. Obat yang sudah menembus ke dalam
lapisan tanduk kulit akan menetap disana sampai 4 hari.
• Penggunaan klinis
– Mikonazol topical diindikasikan untuk dermatofitosis,
tinea versikolor, dan kandidiasis mukokutan.
– Untuk dermatofitosis sedang atau berat yang
mengenai kulit kepala, telapak, dan kuku sebaiknya
menggunakan griseofulvin.
– Obat ini tersedia dalam bentuk cream 2% dan bedak
tabur yang dipakai 2x sehari selama 2-4 minggu.
Cream 2% untuk penggunaan intravaginal diberikan 1x
sehari pada malam hari selama 7 hari
– Gel 2% tersedia untuk kandidiasis oral. Mikonazol
tidak boleh dibubuhkan pada mata.
• Efek Samping
– berupa iritasi, rasa terbakar, dan masersi
memerlukan penghentian terapi.
– penggunaannya pada trimester pertama
sebaiknya dihindari.
Klotrimazol
• Sumber dan kimia
– berbentuk bubuk tidak berwarna yang praktis tidak
larut dalam air,alkohol, dan kloroform, sedikit larut
dalam eter.

• Mekanisme Kerja
– mempunyai efek antijamur dan antibaktreri dengan
mekanisme kerja mirip mikonazol dan secara topical
digunakan untuk pengobatan tinea pedis, kruris, dan
korporis yang disebabkan oleh T. rubrum dan juga
untuk infeksi kulit dan vulvovaginitis yang disebabkan
oleh C. albicans.
• Penggunaan klinis
– Obat ini tersedia dalam bentuk cream dan larutan
dengan kadar 1% untuk dioleskan 2x sehari. Cream
vaginal 1% atau tablet vaginal 100 mg digunakan
sekali sehari pada malam hari selama 7 hari. Atau
tablet vaginal 500 mg.

• Efek Samping
– Dosis tunggal pada pemakaian topical dapat terjadi
rasa terbakar, eritema, edema, gatal, dan urtikaria.
TOLNAFTAT DAN TOLSIKLAT
Tolnaftat dan Tolsiklat
• Tolnaftat adalah suatu tiokarbamat yang efektif untuk
pengobatan sebagian besar dermatofitosis seperti
Epidermophyton, Trichophyton spp., Malassezia furfur
dengan mendistorsi hifa dan menghentikan
pertumbuhan miselia pada jamur yang rentan. tetapi
tidak efektif terhadap candida.

• Tolsiklat merupakan antijamur topikal yang diturunkan


dari tiokarbamat. Namun karena spektrumnya yang
sempit, antijamur ini tidak banyak digunakan.
• Tolnaftat tersedia dalam bentuk krim, gel,
bubuk, cairan aerosol atau larutan topikal
dengan kadar 1%
• Digunakan local 2 – 3 kali / hari. Rasa gatal
akan hilang dalam 24 – 72 jam. Lesi
interdigital oleh jamur yang rentan dapat
sembuh antara 7 – 21 hari
• Pada lesi dengan hyperkeratosis, tolnaftate
sebaiknya diberikan bergantian dengan salep
asam salisilat 10%.
NISTATIN
Nistatin

-Berbubuk kuning
Antibiotik Polien yang
kemerahan
dihasilkan oleh
- Bersifat higroskopis
Streptomyces noursei
- Sukar larut dalam
klorofrom dan eter

- Nistatin tidak digunakan


sebagai obat sistemik
- Tidak diserap melalui
saluran cerna, kulit
maupun vagina
Aktivitas Anti Jamur

Menghambat pertubuhan
berbagai jamur dan ragi

Tidak aktif terhadap bakteri


protozoa dan virus
Mekanisme
kerja

Aktivitasnya tergantung
Nistatin hanya akan dari adanya ikatan
diikat oleh jamur atau dengan sterol pada
ragi yang sensitif membran sel jamur/ ragi
terutama ergosterol

Akibat terbentuknya
ikatan  perubahan Sel akan kehilangan
permeabilitas membran berbagai molekul kecil
sel
Mekanisme
kerja

C. tropicalis, C.
guillermondi & C.
Candida albicans 
stellatiodes  Resisten
tidak resistensi
bahkan tidak sensitif
terhadap amfoterisin B
Indikasi

Kandidiasis mulut,
esofagus,
lambung 
- Infeksi kandida Paronikia, vaginitis komplikasi dari
di kulit, selaput dan kandidiasis penyakit darah
lendir, saluran oral cukup diobati yang ganas 
cerna. secara topikal yang sedang
mendapat
pengobatan
imunosupresif
Indikasi

Bila tidak
menunjukan
Penyakit diatas
perbaikan setelah
memberikan
beberapa hari
respon yang baik
pengobatan atau
terhadap nistatin
pasien dalam
keadaan sakit 
Ketokonazol
Side Effect

Jarang ditemukan efek Mual, muntah dan diare


samping ringan  didapatkan
setelah pemakaian oral

Nistatin tidak
mempengaruhi bakteri,
protozoa dan virus 
pemberian dosis tinggi tidak
menimbulkan superinfeksi
Posologi

Dosis nistatin dinyatakan dalam unit


tiap 1 mg/ 200 U

Tersedia dalam bentuk=


Krim
Bubuk
Salep
Suspensi
Obat tetes = 100.000 U/gr or mL
Posologi

Per Oral:
Tablet 250.000 dan 500.000 U

Tablet vagina 100.000 U

Untuk kandidiasis mulut dan esofagus pasien dewasa:


500.000 – 1.000.000 U (3-4 x / hari

Obat tidak ditelan namun ditahan dulu dalam rongga


mulut
Posologi

Pemakaian pada kulit :


2 – 3 kali sehari

Pemakaian tablet vagina :


1 – 2 kali sehari selama 14 hari
ANTIJAMUR TOPIKAL LAINNYA
Asam Benzoat dan Asam Salisilat

• Kombinasi asam benzoate dan asam salisilat


dalam perbandingan 2:1 (biasanya 6% dan 3%)
• Dikenal sebagai salep whitfield
• Asam benzoate  Fungistatik
• Asam Salisilat  Keratolitik

Indikasi:
1. Tinea Pedis
2. Tinea Kapitis
Cara pemberian:
Dewasa: Oleskan 3-4
kali sehari.
Anak-anak: Oleskan 2
kali sehari sampai kulit
lesi membaik, biasanya
selama 4 minggu.

Efek samping Iritasi


ringan pada tempat
pemakaian.
Asam Undesilenat
• Cairan kuning dengan bau khas dan tajam
• Obat ini aktif terhadap Epidermophyton,
Trichophyton dan Microsporum
• Dosis biasa dari asam ini hanya menimbulkan
efek fungistatic tetapi dalam dosis tinggi dan
pemakaian lama dapat memberikan efek
fungisidal.
• Indikasi : Tinea Pedis
• Bentuk salep campuran 
mengandung 5%
Undesilenat dan 20% seng
Undesilenat.
• Bentuk bedak dan
aerosol mengandung 2%
undesilenat dengan 20%
seng undesilenat.
• Efek Samping: pemakaian
pada mukosa dapat
menyebabkan iritasi bila
kadarnya lebih dari 1%.
Haloprogin
• Antijamur sintetik berbentuk kristal putih kekuningan,
sukar larut dalam air tetapi larut dalam alcohol
• Bersifat fungisidal terhadap Epidermophyton,
Trichophyton, Microsporum dan Malassezia furfur.
• Tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar
1%.

Indikasi :
- Tinea Pedis
- Tinea Vesikolor
Efek samping :
Iritasi local, rasa terbakar, vesikel, meluasnya maserasi dan
sensitisasi.
Siklopiroks
olamin
• Anti jamur topical
spektrum luas
• Indikasi : dermatofitosis,
kandidiasi dan tinea
vesikolor
• Bentuk krim 1% dioleskan
pada lesi 2 kali sehari.
• Efek samping: reaksi
iritatif dapat terjadi
meskipun jarang.
Terbinafin
• Derivat alilamin sintetik
dengan struktur mirip
naftitin.
• Indikasi: Tinea Kruris dan
Tinea Korporis
• Tersedia dalam bentuk krim
1% dan gel 1%.
• Diberikan 1-2 kali sehari
selama 1-2 minggu
PEMILIHAN PREPARAT
• Infeksi jamur yang paling sering dijumpai
adalah infeksi nonsistemik. Dermatofitosis
dapat diatasi dengan obat bebas (dapat
dibeli tanpa resep dokter) misalnya tolnaftat
dan asam undesilenat. Obat topikal dengan
efektivitas sedang yang digunakan untuk
kelainan ini adalah haloprigin. Infeksi yang
lebih berat biasanya dapat diatasi dengan
golongan imidazole misalnya mikonazol,
klotrimazol dll
• Lesi hyperkeratosis pada kuku dan telapak 
Asam salisilat (Efek keratolitik, untuk lesi
superfisial)
• Infeksi berat pada kepala,telapak dan kuku 
Griseofulvin
• Onikomikosis  Itrakonazol, Terbinafin
• Tinea versikolor  Selenium sulfida, natrium
tiosulfat 25% + asam salilat 1% atau tolnaftat,
haloprogin dan gol imidazole
• Kandida  Topikal haloprogin, nistatin,
amfoterisin B, mikonazol, klotrimazol dan
imidazole lainnya atau konazol PO
• Pemakaian kombinasi kortikosteroid dan
anti jamur topical hanya untuk jangka waktu
pendek pada infeksi dengan tanda
peradangan yang jelas. Bila peradangan
telah reda dan rasa gatal sudah berkurang
maka pengobatan dilanjutkan dengan
menggunakan preparat anti jamur saja,
karena pemakaian kortikosteroid dalam
waktu berbulan-bulan dapat menyebabkan
atrofi kulit
• Amfoterisin B merupakan antijamur yang
efektif untuk infeksi sistemik yang berat.
Tetapi karena toksisitasnya, obat ini harus
diberikan dengan infus di rumah sakit oleh
tenaga yang kompeten
• Vorikonazol merupakan antijamur untuk
infeksi sistemik yang spektrumnya luas,
diberikan peroral dan toksisitasnya relative
rendah. Data uji komparatif membuktikan
vorikonazol lebih aktif terhadap Aspergillus
sp daripada amfoterisin B

Anda mungkin juga menyukai