Anda di halaman 1dari 42

ASSALAMU’ALAIKUM

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS STROKE


HEMIPHARESE DEKSTRA EC CVA INFARK

Agustina Sukmawardani
P27226016154
Annisa Nur Fatimah
P27226016205
Mustofa Bayu Nirwana
P27226016184
STROKE
Definisi
Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan
hilangnya fungsi otak secara akut dan dapat menimbulkan
kematian (WHO, 2014 dalam Latifah 2016).

Stroke adalah gangguan fungsi otak yang timbulnya


mendadak, berlangsung selama 24 jam atau lebih, akibat gangguan
peredaran darah di otak. Stroke diklasifisikan menjadi dua yaitu
stroke iskemik dan perdarahan atau hemoragik (Yayasan Stroke
Indonesia, 2010).
Klasifikasi

1. Transient Ischemic Attack (TIA)


P TIA adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otak
A
sepintas dan menghilang lagi tanpa sisa dengan cepat dalam waktu tidak lebih dari
D
I
24 jam.
L 2. Reversible Iscemic Neurological Deficit (RIND)
A,
RIND adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otak
2
berlangsung lebih dari 24 jam dan menghilang tanpa sisa dalam waktu 1-3 minggu
0 3. Stroke in Evolution (Progressing Stroke)
1
Stroke in evolution adalah deficit neurologik fokal akut karena gangguan
2
peredaran darah otak yang berlangsung progresif dan mencapai maksimal dalam
beberapa jam sampe bbrpa hari
Klasifikasi

4. Stroke in Resolution
P
A Stroke in resolution adalah deficit neurologik fokal akut karena gangguan
D
peredaran darah otak yang memperlihatkan perbaikan dan mencapai maksimal
I
L dalam beberapa jam sampai bbrapa hari
A,

2
0 5. Completed Stroke (infark serebri)
1 Completed stroke adalah defisit neurologi fokal akut karena oklusi atau gangguan
2
peredaran darah otak yang secara cepat menjadi stabil tanpa memburuk lagi.
Epidemiologi

Stroke merupakan Pada tahun 2007, prevalensi


penyebab kematian ketiga stroke di Indonesia ditemukan sebesar
tersering di negara maju, 8,3 per 1000 penduduk, dan yang telah
setelah penyakit jantung dan didiagnosis oleh tenaga kesehatan
kanker. Insidensi tahunan adalah 6 per 1000 penduduk. Hal ini
adalan 2 per 1000 populasi menunjukkan sekitar 72,3% kasus stroke
(Victor & Ropper, 2014). pada masyarakat telah didiagnosis oleh
tenaga kesehatan (Depkes RI, 2008).
Etiologi

Menurut Smeltzer, 2002 penyebab stroke non hemoragik yaitu :

1. Trombosis
(bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)
1. Embolisme cerebral
2. Iskemia
Pathway

Find me.
Pathway

Find me.
Faktor resiko
Faktor risiko yang dapat
Faktor risiko yang tidak dapat
diubah
dimodifikasi
 obesitas (kegemukan)
 Genetik dan ras
 Hipertensi
 Usia
 Hiperlipidemia
 Jenis kelamin
 kebiasaan merokok
 Dan riwayat stroke
 penyalahgunaan alkohol
sebelumnya
 dan pola hidup tidak sehat
Tanda dan gejala

 Gangguan Motorik
 Gangguan Sensorik
 Gangguan Kognitif, Memori dan Atensi
 Gangguan cara menyelesaikan suatu masalah
 Gangguan Kemampuan Fungsional
 Gangguan dalam beraktifitas sehari-hari seperti mandi, makan, ke
toilet dan berpakaian.
Manifestasi klinis
Menurut lokasi lesi :
1. Arteri serebri media (tersering)
a. Hemiparese atau monoparese kontralateral (biasanya mengenai
lengan)
b. Kadang-kadang hemianopsia (kebutaan) kontralateral
c. Afasia global (apabila hemisfer dominan terkena): gangguan
semua fungsi yang berkaitan dengan bicara dan komunikasi.
Manifestasi klinis
2. Arteri karotis interna (sirkulasi anterior : gejala biasanya unilateral)
a. Dapat terjadi kebutaan satu mata di sisi arteria karotis yang terkena,
akibat insufisiensi arteri retinalis
b. Gejala sensorik dan motorik di ekstremitas kontralateral karena
insufisiensi arteria serebri media
c. Lesi dapat terjadi di daerah antara arteria serebri anterior dan media
atau arteria serebri media. Gejala mula-mula timbul di ekstremitas atas
dan mungkin mengenai wajah. Apabila lesi di hemisfer dominan, maka
terjadi afasia ekspresif karena keterlibatan daerah bicara motorik Broca.
Manifestasi klinis

3. Arteri serebri anterior (kebingungan adalah gejala utama)


a. Kelumpuhan kontralateral yang lebih besar di tungkai
b. Defisit sensorik kontralateral
c. Demensia, gerakan menggenggam, reflek patologis
Manifestasi klinis

4. Arteri serebri posterior


a. Koma
b. Hemiparese kontralateral
c. Afasia visual atau buta kata (aleksia)
d. Kelumpuhan saraf kranialis ketiga: hemianopsia, koreoatetosis.
Manifestasi klinis
5. Sistem vertebrobasilaris (sirkulasi posterior: manifestasi biasanya bilateral)
a. Kelumpuhan di satu atau empat ekstremitas
b. Meningkatnya reflek tendon
c. Ataksia
d. Gejala-gejala serebelum, seperti tremor intention, vertigo
e. Disfagia dan Disartria
f. Rasa baal di wajah, mulut, atau lidah
g. Sinkop, stupor, koma, pusing, gangguan daya ingat, disorientasi
h. Gangguan penglihatan dan pendengaran
Komplikasi
Komplikasi pada stroke non hemoragik adalah (Firdayanti, 2014):
 Berhubungan dengan imobilisasi: infeksi pernafasan, nyeri pada
daerah tertekan, konstipasi.
 Berhubungan dengan paralise: nyeri punggung, dislokasi sendi,
deformitas, terjatuh.
 Berhubungan dengan kerusakan otak: epilepsy, sakit kepala.
 Hidrosefalus
LAPORAN
STATUS KLINIS
LAPORAN STATUS KLINIS
Tanggal pembuatan laporan : 12 November 2019
Kondisi / Kasus : FT A (FT neuromuskuar tepi)

A. KETERANGAN UMUM PENDERITA


Nama : Tn K. M. K.
Umur : 76 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Jl. Klampis Indah
No RM : 771273
LAPORAN STATUS KLINIS
1. Diagnosis medis :
Stoke Hemipharese Dekstra ec CVA Infark

2. Catatan Klinis :
LAPORAN STATUS KLINIS
3. Medika mentosa

 Paracetamol 3x500 mg
 Sodium Chloride 500 ml/24 jam
 Acetylcystein 3x200mg
 Levofloaxcym 1x750 mg
 Laxadine 3x10 cc
 Vipalbumin 2x sdm
C. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
Autoanamnesis pada tanggal : 16 September 2019
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh jalan masih belum seimbang dan kaki belum
terlalu kuat

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Satu tahun yg lalu pada bulan Juli 2018 saat pasien bangun
tidur, pasien merasa tidak dapat menggerakkan tubuhnya saat
bangun tidur. Pasien kemudian langsung dibawa ke RSU Haji
Surabaya untuk penanganan lebih lanjut. Pasien di diagnosis terkena
Stroke Hemipharese Dekstra ec CVA Infark. Pasien kemudian
menjalani terapi rawat jalan di RSU Haji Surabaya.
C. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
Riwayat keluarga dan status sosial
Pasien adalah seorang kepala keluarga yang tinggal di rumah pribadi
bersama istri, anak serta cucunya. Pasien sudah pensiun sehingga hanya
melakukan aktivitas dirumah seperti nonton TV. Pasien melakukan olahraga
ringan diwaktu senggang, pasien tidak cukup sering melakukan aktivitas
sosial.

Riwayat penyakit pendahulu danpenyerta


Stroke :+
DM :+
Hipertensi :+
Parkinson :+
D. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
1. Vital Sign

TD : 140/90 mmHg
HR : 104 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,1 ͦC
BB : 65 kg
TB : 172 cm
D. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
1. Inspeksi
Statis : KU baikpostur kifosis+head forward, trunk inactive

Dinamis : Pasien datang dgn kursi roda dan membawa Walker,


jalan cepat tapi belum seimbang, kelemahan otot
abdomen, AGA dan AGB, kurangnya koordinasi
ayunan lengan dan tungkai.
D. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
3. Palpasi
 Suhu AGA & AGB normal
 Terdapat spasme pada m. Upper trapezius dan levator scapula.
D. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
4. Neurologi Test
o Bicep : 2+
o Tricep : 2+
o Brachioradialis : 2+
o Patella : 2+
o Achilles :+
D. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
5. Joint Test
a. Gerak aktif
• Pasien mampu menggerakkan AGA & AGB Sinistra full ROM
dan tanpa rasa nyeri.
• Pasien mampu menggerakkan AGA & AGB dekstra tanpa rasa
nyeri namun tidak full ROM.
b. Gerak Pasif
• AGA & AGB d/s Pasien dapat digerakkan full ROM, tanpa rasa
nyeri dengan endfeel normal.
D. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
7. Muscle test
9. Kemampuan fungisonal dan lingkungan aktivitas

• Pasien mampu melakukan transfer ambulasi dgn alat bantu,


sebagian besar ADL pasien mandiri.
• Tempat tinggal pasien cukup mendukung aktivitas pasien seperti
kamar dilantai 1, toilet duduk dan penerangan cukup.
10. Pemeriksaan spesifik
1. Keseimbangan dengan Berg Balance
Hasil pemeriksaan : 30
21-40 (Resiko jatuh sedang/berjalan dengan bantuan)

2. Kemampuan Fungsional dengan Indeks Bartel


Hasil pemeriksaan : 14
12-19 (Ketergantungan Ringan)
DIAGNOSA FT
Impairment

 Postur kifosis dengan head forward


 Kelemahan otot abdominal, AGA & AGB
 Trunk inactive
 Spasme otot Upper Trapezius dan Levator Scapula
 Penurunan koordinasi ayunan lengan dan tungkai
 Penurunan keseimbangan
DIAGNOSA FT
Functional limitation
 Pasien belum mampu berdiri dan duduk tanpa pegangan
 Pasien belum mampu berjalan tanpa alat bantu
 Pasien belum bisa ADL mandiri 100%

Disability / participation restriction


 Pasien belum bisa bersosialisasi dilingkungan tempat tinggal seperti
saat sebelum terkena stroke, karena belum bisa mandiri untuk pergi
keluar rumah.
PERENCANAAN FT
Jangka Pendek :

 Koreksi Postur
 Menurunkan Spasme otot Upper Trapezius dan Levator Scapula
 Meningkatkan kekuatan otot abdomen
 Memelihara LGS dan kekuatan otot AGA & AGB
 Meningkatkan koordinasi ayunan lengan dan tungkai
 Meningkatkan keseimbangan

Jangka Panjang :

 Melanjutkan tujuan jangka pendek


 Mengembalikan aktivitas fungsional secara optimal agar pasien
mampu beraktivitas secara mandiri.
PENATALAKSANAAN FT

1. Release otot Upper Trapezius dan Levator Scapula


2. Koreksi Postur
3. Quadricep bench
4. PNF
5. Gait Training
6. Edukasi dan home program
RENCANA EVALUASI

 Keseimbangan dengan Berg Balance Scale


 Kemampuan Fungsional dengan Indek Bartel
 Kekuatan otot dengan MMT
PROGNOSIS

Quo ad vitam : Bonam


Qou ad sanam : Bonam
Qou ad fungsional : Bonam
Quo ad cosmeticam : Bonam
Evaluasi

HASIL Terapi Terapi Terapi Terapi


Ke - 1 Ke - 2 Ke - 3 Ke - 4

KESEIMBANGAN 30 30 38 38

FUNGSIONAL 14 14 15 15
Hasil Terapi Akhir

Pasien a/n Tn K.M.K dengan diagnosis medis Stroke Hemipharese


dekstra ec CVA infark pada tanggal 05 November 2019 dilakukan pemeriksaan
fisioterapi,
Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan impairment berupa postur
pasien yang kifosis dengan head forward dan trunk yang inactive, kelemahan
otot abdomen, kelemahan otot AGA dan AGB, penurunan keseimbangan,
penurunan koordinasi ayunan lengan dan tungkai, serta gangguan pola jalan.
Pasien kemudian menjalani terapi dengan intervensi koreksi postur,
release otot Upper trapezius dan Levator scapula, Quadriceps Bench, PNF dan
Gait training.
Setelah dilakukan terapi sebanyak 4x pertemuan , pasien kemudian di
evaluasi pada tanggal 19 November 2019 dan didapatkan berupa penurunan
spasme otot upper trapezius dan levator scapula, penambahan durasi
mempertahankan postur ke arah aligment normal, keseimbangan meningkat,
peningkatan koordinasi ayunan lengan dan tungkai, serta pola jalan lebih baik.
Thnks.

Anda mungkin juga menyukai