Dalam suatu habitat terdapat faktor abiotik dan faktor biotik. Faktor
biotik mencakup manusia, binatang dan mikroba yang lain.
Sedangkan faktor abiotik meliputi temperatur, tekanan hidrostatik,
tekanan osmotik, pH, cahaya,substansi anorganik seperti air,
CO2,O2,mineral dan substansi organik.
Mikroorganisme dapat ditemukan di semua tempat yang
memungkinkan terjadinya kehidupan. Di suatu lokasi
mikroorganisme tersebut dapat bersifat transient, yaitu bertempat
tinggal sementara, atau indigenous yaitu sudah menetap beberapa
turunan. Organisme yang terakhir tersebut dapat bertahan pada
kondisi buruk lingkungannya.
Habitat alam mikroorganisme, meliputi:
a) Tanah
Merupakan sumber yang kaya akan mikroorganisme. Kebanyakan
mo bersifat apatogen bagi manusia. Yang bersifat patogen yang
terdapat di tanah antara lain: Clostridium tetani, Clostridium
perfringens,Clostridium botulinum dan Bacillus anthracis
b) Air
Kebanyakan air tawar dan laut banyak mengandung
mikroorganisme. Namun pada umumnya bakteri patogen tidak
terdapat, kecuali yang tercemar langsung oleh urin, feses manusia
dan hewan. Mo yang patogen di air antara lain: Salmonella dan
Shigella sp, Vibrio cholerae, Legionella,virus hepatitis,virus
polio,virus enterik,Entamoeba histolytica. Escherichia coli digunakan
sebagai indeks pencemaran oleh feses karena hidup di air relatif
lebih lama.
c) Udara
Walaupun mo sering ditemukan di udara, namun tidak berkembang
biak di udara. Ditemukan di udara karena efek pengeringan, ozon
dan radiasi ultraviolet. Udara dalam ruangan mungkin mengandung
bakteri dan virus patogen yang berasal dari kulit, tangan, pakaian,
dan terutama dari saluran nafas manusia.
d) Makanan(Susu)
Susu dari sapi normal yang diperah secara asepsis masih
mengandung 100-1000 mo non patogen per ml. Kadang
terdapat mo patogen yang berasal dari sapi yang sakit atau dari
proses pemerahan, antara lain :Mycobacterium tuberculosis,
Salmonella,Streptococcus,Corynebacterium
diptheriae,Shigellae,Brucella,Staphylococcus penyebab
keracunan makanan. Pasteurisasi dan pemusnahan hewan
yang sakit mampu menurunkan insidensi penyakit yang berasal
dari susu.
Interaksi mikroba
Merupakan hubungan timbal balik antara mikroba dengan
mikroba lainnya maupun dengan organisme yang lebih tinggi.
Terdiri dari dari 3 interaksi yaitu:
a) Sintrofisme, di sini mo tidak terlalu dekat berhubungan, tetapi
keduanya memberi keuntungan hubungan timbal balik
b) Kompetisi, interaksi antara mo yang merupakan persaingan akibat
keterbatasan zat makanan serta energi yang tersedia. Ada pula mo
yang menghasilkan berbagi substansi yang menghambat
pertumbuhan mo yang lain.
c) Simbiosis, hubungan yang dekat antara dua bentuk kehidupan,
berlangsung lama atau sebentar dan memerlukan kontak fisik. Pada
endosimbiosis suatu mo berada di dalam organisme yang lain, pada
ektosimbiosis organisme berada di permukaan yang lain. Terdapat
tiga bentuk simbiosis yaitu mutualisme, komensalisme dan
parasitisme.
Hubungan hospes – mikroorganisme
Adanya mo dalam tubuh manusia tidak selalu diikuti dengan
keadaan sakit. Kebanyakan interaksi hospes-mo tidak terwujud
dalam bentuk penyakit. Wujud hubungan tersebut ditentukan oleh
keseimbangan antara virulensi dan daya tahan hospes.
Virulensi mo adalah derajat patogenitas yang dinyatakan dengan
jumlah mo atau mikrogram toksin yang dibutuhkan untuk membunuh
binatang percobaan dengan syarat-syarat tertentu.
Patogenitas adalah kemampuan suatu mo untuk menyebabkan
penyakit.
Virulensi mo dipengaruhi oleh :
a) Daya invasi
Merupakan kemampuan untuk berpenetrasi ke jaringan,mengatasi
pertahanan tubuh hospes,berkembang biak dan menyebar.
Dipengaruhi oleh komponen permukaan dan enzim-enzim mo
tertentu yang membantu penyebaran mo dan membuatnya resisten
terhadap fagositosis.. Komponen permukaan tersebut antara lain
dapat berupa kapsul polisakarida yang dihasilkan oleh
Streptococcus pneumoniae,Haemophyllus influenzae,Klebsiella
pneumoniae,M-protein yang dihasilkan Streptococcus
pyogenes,kapsul polipeptida oleh Bacillus anthracis.
Enzim-enzim yang dihasilkan mo yang membantu penyebarannya
antara lain : koagulase, fibrinolisisn(streptokinase), hyaluronidase,
kolagenase,lesitinase,dan deoksiribonulase.
b) Toksigenitas
Eksotoksin dihasilkan oleh bakteri Gram positif antara lian:
Corynebacterium diptheriae,Clostridium tetani,Clostridium
botulinum,Stapylococcus. Dan bakteri Gram negatif antara lain:
Shigella dysentriae,Vibrio cholerae dan Escherichia coli
Sedangkan bakteri yang menghasilkan endotoksin antara lain:
Salmonella, Shigella, Brucella, Neisseria, Vibrio cholerae,
Pseudomonas aeruginosa.
Apabila daya tubuh hospes menurun, mo yang dalam keadaan biasa
tidak patogen dapat menimbulkan penyakit. Keadaan tersebut
disebut opurtunisme, sedangkan mo-nya disebut opurtunis
Lanjutan INTERAKSI ANTARA MIKROBA DENGAN
MANUSIA SEBAGAI HOST
SIMBIOSE
MUTUALISME KOMENSALISME
PARASITISME
OPURTUNISME
MIKROBA DAN TIMBULNYA PENYAKIT
INFEKSI
SIMBIOSE
KELAIANAN PATHOLOGIS
YANG IRREVERSIBLE
SAKIT KRONIS
STATUS KARIER SAKIT MENINGGAL
Adanya mikroba pada tubuh host yang menetap, dapat bersifat simbiose
baik komensalisme maupun mutualisme
CARA PENULARAN PENYAKIT INFEKSI
3. Lingkungan
Keadaan udara sangat mempengaruhi seperti kelembaban udara,
suhu dan pergerakan udara atau tekanan udara
4. Penularan
Penularan adalah perjalanan kuman patogen dari sumber ke
hospes. Ada 4 jalan yang dapat ditempuh: kontak
langsung(perawat); alat(endoskop); udara; vektor(lalat)
Dapat terjadi sendiri-sendiri atau lebih dari satu jalan: seperti
tuberkulosis paru-paru adalah melalui udara. Morbili adalah melalui
udara dan kontak. Salmonella adalah melalui kontak dan alat
5. Hospes
Tergantung port d’entrée (tempat masuknya kuman penyakit)
Melalui kulit seperti Leptospira/Stapylococcus
Melalui traktus digestivus seperti Escherichia
coli,Shigella,Salmonella
Melalui traktus urinarius seperti Klebsiella pneumoniae
Pada hospes tergantung pula pada imunitas alamiah atau buatan
yang aktif/pasif
Dalam infeksi nosokomial dapat dicegah. Yang dapat mencegah
terjadinya infeksi nosokomial adalah tindakan cuci tangan sebelum
operasi atau cuci tangan dan memakai masker dalam merawat
penderita dari yang satu pindah ke yang lainnya.
Sedangkan infeksi yang tidak dapat dicegah adalah karena faktor
hospes sendiri yang berubah atau menurun daya imunitasnya
karena sakitnya atau karena pengobatannya
2. Melalui Makanan dan Minuman ( Food Borne Infections)
Bibit penyakit menular dengan perantaraan makanan dan minuman
yang telah terkontaminasi. Makanan dan minuman dapat
terkontaminasi, dalam perjalanan sebelum siap dikonsumsi antara
lain :
a. Dari sumbernya
Susu yang berasal dari sapi yang terinfeksi tuberculosis;
Daging sapi dari sapi yang terinfeksi cacing pita (Taenia saginata);
Sayuran yang dicuci dengan air selokan ( dapat terinfeksi macam-
macam cacing perut)
b. Waktu pengangkutan : diangkut dengan alat angkut yang tidak
seharusnya;
c. Tempat penyimpanan; Misalnya makanan terkontaminasi oleh
kotoran tikus atau kotoran kecoa karena tempat makanannya tidak
tertutup dengan baik;
d. Pengolahan : makanan yang diolah petugas yang sakit atau karier
suatu bibit penyakit;
e. Penyajian : Makanan yang dihinggapi lalat ( Musca domestica )
sebelum disantap.
Penyakit-penyakit yang menular dengan cara ini antara lain :
cholera, typhus abdominalis, poliomyelitis, disentri, penyakit karena
cacing (Ascaris lumbricoides, Enterobius vermicularis , Taenia
saginata);