Anda di halaman 1dari 33

MUKOLOTIK

ALFINA AULIA
ANLING FIRDAUS
EFTI D.F
GIYANTI AISHAH
ERDOSTEIN
MEKASISME KERJA

1. Dengan meningkatkan volume serta menurunkan viskositas dahak yang ada di dalam trakea dan bronkus
sehingga dapat merangsang pengeluaran dahak
2. Merangsang reseptor yang terdapat di lapisan lambung sehingga terjadi peningkatan sekresi kelenjar dari
saluran lambung untuk memperbanyak sekresi dari kelenjar yang ada di saluran pernapasan. Rangsangan
dari saluran napas akan membuat reflek yang dapat mengentalkan dahak sehingga akan mudah
dikeluarkan.
FARMAKOKINETIK

• - Erdostein dengan cepat diabsorbsi setelah pemberian oral, setelah dosis oral tunggal, Tmax adalah 1.2
jam
• - Erdostein dengan cepat dimetabolisme menjadi 3 metabolit aktif yang mengandung gugus-gugus thiol
bebas
• - Pemberian berulang tidak mengubah farmakokinetik dari erdosetein
• - Usia tidak mengubah farmakokinetik dari erdostein dan metabolitnya
• - Pada pasien lanjut usia yang menderita gagal ginjal yang bersihan creatininya 25 dan 40 ml/menit,
karakteristik farmakokinetik erdostein dan metabolitnya tidak menunjukkan perbedaan signifikan dengan
subjek lanjut usia yang sehat.
FARMAKODINAMIK

Erdostein, selain mempunyai sifat sebagai pengencer mucus bronkus sehingga memudahkan ekspektorasi,
juga menunjukkan efek sebagai antagonis dan radikal-radikal bebas dan sangat berbeda dengan kerja
enzim elastase
INTERAKSI OBAT

Tidak ada interaksi yang berbahaya bila diberikan bersama obat lain yang pernah di amati, dan erdostein
dapat diberikan bersama-sama dengan antibiotic, bronkodilator (teofilin, B2-mimetik, sedative).
EFEK SAMPING

• mual
• muntah
• nyeri perut
• perubahan indra perasa
• sakit kepala
• rasa dingin
• sulit bernafas
• kulit gata-gatal dan kemerahan
DOSIS

• Kapsul 300: 1 kapsul 2-3 kali sehari


• Sirup kering: Anak-anak: 15-19 kg : 5 mL, 2 kali sehari
Anak-anak 20-30 kg: 5 mL 3 kali sehari
Anak-anak >30 kg dan dewasa: 10 mL, 2 kali
KONTRAINDIKASI

Individu yang diketahui hipersensitif terhadap produk ini:

• - Pada pasien yang menderita sirosis hepatic dan defisiensi


enzim cystathionine-syntetase
• - pada pasien dengan gagal ginjal berat
- penyakit hipertiroid, gastritis, glaucoma, pembesaran prostat
• - penderita ulserasi peptic aktif
BROMHEXIN
MEKANISME KERJA

Bromheksin merupakan secretolytic agent, yang bekerja dengan cara memecah mukoprotein dan
mukopolisakarida pada sputum sehingga mukus yang kental pada saluran bronkial menjadi lebih encer,
kemudian memfasilitasi ekspektorasi.
FARMAKODINAMIK

• BROMHEXINE bekerja dengan mengencerkan sekret pada saluran pernafasan dengan jalan
menghilangkan serat-serat mukoprotein dan mukopolisakarida yang terdapat pada
sputum/dahaksehingga lebih mudah dikeluarkan
FARMAKOKINETIK

Bromheksin hidroklorida dengan cepat diserap dari saluran


pencernaan;konsentrasi plasma puncak terjadi setelah sekitar 1 jam.

Bromhexine mengalami metabolisme lintas pertama yang ekstensif


dihati: bioavailabilitas oral yang dinyatakan menjadi hanya sekitar 20%. Hal ini
secara luas didistribusikan ke jaringan tubuh. Sekitar 85 sampai 90%dari dosis
diekskresikan dalam urin terutama sebagai metabolit.
INTERAKSI OBAT

• Bromhexine dapat berinteraksi dengan obat yang sedang di konsumsi, yang dapat mengubah cara kerja
obat atau meningkatkan risiko efek samping serius.
EFEK SAMPING

• Gejala sampingan yang biasa ditemui saat mengkonsumsi obat ini adalah yang berhubungan dengan
saluran pencernaan seperti : mual, muntah, nyeri ulu hati, dan diare. Kadangkali, terjadi peningkatan
kadar enzim hati. Reaksi alergi pada kulit pernah juga dilaporkan, walaupun jarang terjadi, sebagai efek
samping Bromhexine. Sampai saat ini, tidak diketahui gejala – gejala keracunan atau overdosis dari
Bromhexine.
DOSIS

• Pada orang dewasa dan anak diatas 10 tahun, dosis yang dianjurkan adalah 8 – 16 mg setiap hari,
dengan frekuensi pemberian tiga kali sehari.
• Anak dengan rentang usia 5 – 10 tahun dapat diberikan dengan dosis 4 mg, tiga kali dalam sehari.
• Sedangkan anak dibawah usia 5 tahun, dosis yang dapat diberikan adalah 2 mg, dengan frekuensi
pemberian tiga kali sehari
KONTRAINDIKASI

• Penderita dengan ulkus peptikum sebagai pasien yang dikontraindikasikan menerima obat ini. Selain
itu, pemberian terhadap pasien dengan tuberkulosis aktif atau pasien dengan gangguan pada hati yang
parah perlu mendapatkan perhatian khusus. Penggunaan obat ini pada ibu hamil dan menyusui jika
dapat dihindari sebaiknya dihindari.
GUAIFENESIN
MEKANISME KERJA

memiliki aktivitas sebagai ekspektoran dengan meningkatkan volume dan mengurangi kekentalan sputum
yang terdapat di trakhea dan bronki. Dapat meningkatkan reflek batuk dan memudahkan untuk
membuang sputum
FARMAKODINAMIK

Cepat diserap dari saluran pencernaan (melalui 25-30 menit setelah konsumsi). Menembus jaringan,
mengandung mucopolysaccharides acid. Hal ini dimetabolisme di hati. T1/2 - 1 tidak. Kembali berdahak
melalui paru-paru dan ginjal sebagai metabolit tidak aktif.
INTERAKSI OBAT

Interaksi dengan obat lain dapat mengubah cara kerja obat atau meningkatkan risiko terjadinya efek
samping yang serius. Beritahu dokter dan apoteker tentang obat apa saja yang sedang dikonsumsi.
EFEK SAMPING

Sama seperti obat-obat lain, guaifenesin juga berpotensi menyebabkan efek samping. Beberapa efek
samping yang bisa saja muncul setelah mengonsumsi obat ini adalah:
• Sakit perut
• Diare
• Mual
• Muntah
• Pusing
DOSIS

• Dewasa : Sebagai sediaan konvensional : 200-400 mg setiap 4 jam. Sebagai tablet extended release :
600-1,200 mg setiap 12 jam. Dosis maksimal : 2.400 mg setiap hari.
• Anak usia 6-12 tahun : 100 mg 4 x sehari. Dosis masksimal : 400 mg setiap hari. Durasi pengobatan
maksimal : 5 hari.
• Anak usia ≥12 tahun : Sama dengan dosis orang dewasa
KONTAK INDIKASI

• Batuk basah berdahak berlebihan,


• tukak lambung atau ulkus duodenum,
• gastrorrhagia (sejarah)
• hipersensitivitas terhadap guaifenesin.
ACETYCYSTEINE
MEKANISME KERJA

Acetylcysteine bekerja dengan cara memecah serat asam mukopolisakarida yang membuat dahak lebih
encer dan mengurangi adhesi lendir pada dinding tenggorokan sehingga mempermudah pengeluaran
lendir pada saat batuk.
FARMAKODINAMIK

Aspek penting dari farmakodinamik Acetylcysteine adalah sebagai mukolitik dengan memecah ikatan
disulfida pada mukoprotein dengan cara memisahkan agregasi molekul glikoprotein inter dan intra
disulfida. Dengan mendepolimerisasi kompleks mukoprotein dan asam nukleat yang berperan dalam
viskositas mukus, maka mukus dapat mudah dikeluarkan dari saluran napas.
FARMAKOKINETIK

Farmakokinetik acetylcysteine sangat cepat pada administrasi per oral.


• Obat acetylcysteine diabsorbsi dengan cepat melalui saluran pencernaan. Bioavailabilitas acetylcysteine secara oral
adalah 4-10%. Waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi puncak pada plasma pada penggunaan
acetylcysteine secara oral adalah 0,5 – 1 jam.
• Volume distribusi acetylcysteine adalah 0,47 L/kgBB. Acetylcysteine berikatan dengan protein plasma (protein binding
plasma) sebanyak 83%.
• Acetylcysteine dimetabolisme di hati dan dinding saluran cerna. Acetylcysteine dapat dimetabolisme menjadi sistein,
disulfida dan konjugat
• Acetylcysteine diekskresi melalui urin. Waktu paruh obat acetylcysteine yang dikonsumsi secara oral adalah 6,25 jam.
Sedangkan waktu paruh obat acetylcysteine yang digunakan secara intravena adalah 5,58 jam. Waktu pengeluaran rata-
rata (mean clearance/CR) acetylcysteine adalah 0,11 liter/kgBB/jam.
INTERAKSI OBAT

Berikut adalah interaksi dengan obat-obat lain jika digunakan secara bersamaan :
• Sediaan oral : penggunaan bersamaan dengan antitusif dapat menyebabkan stasis lendir karena
obat-obat yang memiliki efek antitusif menekan refleks batuk. Oleh karena itu, kombinasi ini harus
digunakan dengan hati-hati.
• Penggunaan bersamaan dengan antibiotik tetracycline harus diberi jarak minimal 2 jam.
• Penggunaan bersamaan dengan gliserol trinitrat (nitrogliserin) dapat menyebabkan peningkatan
efek vasodilatasi dan aliran darah.
EFEK SAMPING

• Efek samping Acetylcysteine yang relatif ringan yaitu gangguan pada saluran pencernaan misalnya mual,
dan muntah.
• Efek samping yang lebih serius tetapi kejadiannya jarang misalnya bronkospasme, angioedema, ruam,
pruritus, hipotensi, kulit kemerahan, bengkak pada wajah, dispnea, sesak nafas, sinkop, berkeringat,
arthralgia, penglihatan kabur, gangguan fungsi hati, asidosis, kejang dan kadang-kadang demam.
DOSIS

• Untuk dosis muatan berikan 140 mg / kg berat badan, oral, sekali sebagai dosis pemuatan (lihat
instruksi di kemasan obat)
• Untuk Dosis Pemeliharaan berikan 70 mg / kg berat badan, secara oral, 4 jam setelah dosis pemuatan
dan setiap 4 jam untuk 17 dosis total, kecuali tes paracetamol berulang menunjukkan kadar nontoksik
(lihat instruksi persiapan di bawah)
• Untuk dosis untuk anak bisa diberikan berdasarkan berat badan anak tersebut.
KONTRAINDIKASI

Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki riwayat alergi / hipersensitivitas.

Anda mungkin juga menyukai