3) Ketiga, pendekatan kultural dengan mengembangkan nilai yang memperkuat etos kerja
dan etika bisnis.
Sejajar dengan perkembangan muhammadiyah yang berkembang pesat, dibalik itu
semua juga menghadapi tantangan dalam diri muhammadiyah sehingga diperlukan
introspeksi bagi seluruh jajaran Muhammadiyah. Kelemahan tersebut berkisar antara lain :
a. Terlambat atau tidak meningkatkan kualitas dan intensitas pengelolaan masjid dan amal
usaha secara optimal dan secara lebih baik
c. Tidak selektif dalam menerima anggota atau mereka yang bekerja di amal usaha dan
kurang pembinaan
d. Kurang atau tidak memiliki militansi yang tinggi, berkiprah apa adanya, dan berbuat
sendiri-sendiri atau sibuk sendiri tanpa terkait dengan kepentingan Muhammadiyah
e. Lebih tertarik pada urusan politik dan hal-hal yang bersifat mobilitas diri serta tidak
peduli pada kepentingan dakwah dan menggerakkan Muhammadiyah
a. Membangun sentra kemandirian ekonomi umat di tingkat Ranting dan cabang, yaitu
dengan cara memberdayakan jama’ah yang ada pada tingkat ranting Muhammadiyah
menjadi kelompok swadaya masyarakat yang disebut sebagai Jama’ah Swadaya
Muhammadiyah (JSM) yang terdiri dari 10-25 anggota yang merupakan kerjasama warga
Muhammadiyah dalam menetapkan konsep tolong-menolong (ta'awun) di bidang
ekonomi dengan membentuk kelompok usaha bersama, kelompok koperasi atau
kelompok konsumen. Pada tingkat cabang, Jama’ah Swadaya Muhammadiyah yang telah
ditumbuhkan, diorganisasikan untuk membentuk Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
sebagai wadah kerjasama Muhammadiyah dalam memecahkan masalah permodalan dan
pembiayaan pada potensi swadaya yang mereka miliki. LKM yang dimaksud dapat
membentuk Baitul Maal wat Tamwil (BMT), dan Koperasi Simpan Pinjam. Selain
membentuk LKM di tingkat cabang, JSM secara bersama juga didorong untuk mendirikan
suatu Usaha Unggulan Jama’ah (UUJ) sebagai kegiatan usaha bersama pada sektor riil
dalam bidang produksi atau distribusi dengan mengutamakan peningkatan pengelolaan
sumber daya lokal untuk memanfaatkan peluang yang terbuka. Wujud dari UUJ dapat
berupa Perseroan Terbatas, CV, dan lainnya.
b. Mengembangkan organisasi sekunder dan badan-badan usaha
pendukung tingkat daerah dan wilayah. Untuk memperkuat amal
usaha di bidang ekonomi pada tingkat ranting dan cabang, maka
pada tingkat daerah dan wilayah ditumbuhkan dan dikembangkan
badan-badan usaha sekunder yang dapat berwujud organisasi
sekunder koperasi, Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM) dan
Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM).
c. Mengembangkan infrastruktur ekonomi, lembaga, dan
instrumen pendukung di tingkat pusat. Majelis ekonomi di tingkat
pusat bertugas menumbuhkan infrastruktur ekonomi
Muhammadiyah dalam rangka mendukung berbagai kegiatan
usaha ekonomi yang dilancarkan sejak dari tingkat ranting sampai
tingkat wilayah.