Anda di halaman 1dari 25

DAFTAR TILIK PENYELIAAN FASILITATIF PROGRAM KIA (PKD)

KELOMPOK 3
1. AGNES NIKITA
2. Durotun Nasecha
3. Mery Andani
4. Mei Ela Nafika
5. Nur ulifatul N
6. Siti Dewi Ismayatun
7. Ika Mindawati
8. Ida Mawar Ayu
9. Zumrotun Afifah
10. Evi Mawarti
A. POS KESEHATAN DESA (PKD)
 Pengertian
Pos Kesehatan Desa atau biasa disebut PKD atau poskesdes adalah
upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dibentuk di
desa dalam rangka mendekatkan atau menyediakan pelayanan kesehatan
dasar masyarakat desa.
B. TUJUAN POS KESEHATAN DESA

 1. Terwujudnya masyarakat sehat yang siaga terhadap permasalahan


kesehatan di wilayah desanya.
 2. Terselenggaranya promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.
 3. Terselenggaranya pengamatan, pencatatan dan pelaporan

 4. Tersedianya upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka


meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya di bidang
kesehatan.
 5. Terselenggaranya pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan
oleh masyarakat dan tenaga profesional kesehatan.
C. RUANG LINGKUP POS KESEHATAN DESA
Ruang lingkup poskesdes meliputi upaya kesehatan yang menyeluruh
mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan terutama bidan dengan melibatkan
kader atau tenaga sukarela. Contoh kegiatan, antara lain:
1. Promotif
2. Preventif
3. Kuratif
4. Rehabilitatif
D. KEGIATAN UTAMA POS KESEHATAN DESA

 Kegiatan utama poskesdes meliputi:


1. Pengamatan dan kewaspadaan dini (survei penyakit, survei gizi,
survei perilaku beresiko dan survei lingkungan dan masalah kesehatan
lainnya), penanganan kegawatdaruratan kesehatan dan kesiapsiagaan
terhadap bencana. serta pelayanan kesehatan dasar.
2. Promosi kesehatan, penyehatan lingkungan, pemberantasan sarang
nyamuk, dan lain-lain. Kegiatan dilakukan berdasar pendekatan edukatif
atau pemasyarakatan yang dilakukan melalui musyawarah mufakat yang
disesuaikan kondisi dan potensi masyarakat setempat.
E. FUNGSI POS KESEHATAN DESA
Fungsi pos kesehatan desa, antara lain:
 1. Sebagai wahana peran aktif masyarakat di bidang kesehatan.

 2. Sebagai wahana kewaspadaan dini terhadap berbagai resiko dan


masalah kesehatan.
 3. Sebagai wahana pelayanan kesehatan dasar, guna lebih
mendekatkan kepada masyarakat serta meningkatkan jangkauan dan
cakupan pelayanan kesehatan.
 4. Sebagai wahana pembentukan jaringan berbagai UKBM yang ada di
desa.
G. MANFAAT POS KESEHATAN DESA
 1. Bagi masyarakat
Permasalahan di desa dapat terdeteksi dini, sehingga bisa ditangani
cepat dan diselesaikan, sesuai kondisi, potensi dan kemampuan yang
ada dalam masyarakat.
Masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang dekat.
 2. Bagi kader

Mendapat informasi awal di bidang kesehatan.


Mendapat kebanggaan, dirinya dapat lebih berkarya bagi masyarakat.
 3. Bagi puskesmas

Memperluas jangkauan pelayanan puskesmas dengan mengoptimalkan


sumber daya secara efektif dan efisien.
I. SUMBER DAYA POS KESEHATAN DESA

1. Poskesdes diselenggarakan oleh tenaga kesehatan (minimal seorang


bidan), dengan dibantu oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang kader.
2. Untuk penyelenggaraan pelayanan Poskesdes harus tersedia sarana
fisik bangunan, perlengkapan dan peralatan kesehatan
3. Pembangunan sarana fisik Poskesdes
B. KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA)

 Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut :
 Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua fasilitas
kesehatan.
 Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten diarahkan ke fasilitas
kesehatan.
 Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas kesehatan.
 Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas kesehatan
ataupun melalui kunjungan rumah.
 Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga
kesehatan maupun masyarakat.
 Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat dan
pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
 Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
 Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
 Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.
1. PELAYANAN ANTENATAL

Dalam penerapannya terdiri atas:


 Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
 Ukur tekanan darah.
 Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).
 Ukur tinggi fundus uteri.
 Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
 Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
bila diperlukan.
 Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
 Test laboratorium (rutin dan khusus).
 Tatalaksana kasus
 Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
2. PERTOLONGAN PERSALIANAN

Pada prinsipnya, penolong persalinan harus


memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Pencegahan infeksi

 Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.

 Manajemen aktif kala III

 Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat


pelayanan yang lebih tinggi.
 Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

 Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru


lahir.
3. PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS

Pelayanan yang diberikan adalah :


 Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.

 Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).

 Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.

 Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.

 Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali , pertama


segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian
kapsul Vitamin A pertama.
 Pelayanan KB pasca salin
4. PELAYANAN KESEHATAN NEONATUS

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :


 Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 – 48 Jam
setelah lahir.
 Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3
sampai dengan hari ke 7 setelah lahir.
 Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8
sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.
DETEKSI DINI UNTUK KOMPLIKASI PADA NEONATUS DENGAN MELIHAT
TANDA-TANDA ATAU GEJALA-GEJALA SEBAGAI BERIKUT :

 Faktor risiko pada ibu hamil adalah :


 Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

 Anak lebih dari 4.

 Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.

 Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,
cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.
 Anemia dengan dari Hemoglobin < 11 g/dl.

 Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul
dan tulang belakang
6. PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN

A. Pelayanan obstetri :
 1. Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.
 2. Pencegahan dan penanganan Hipertensi dalam Kehamilan (pre-
eklampsi dan eklampsi)
 3. Pencegahan dan penanganan infeksi.
 4. Penanganan partus lama/macet.
 5. Penanganan abortus.
 6. Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi
rujukan.
B. Pelayanan neonatus :
 1. Penanganan asfiksia bayi baru lahir.
 2. Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR).
7. PELAYANAN NEONATUS DENGAN KOMPLIKASI

 Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus


dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan,
kecacatan dan kematian oleh dokter/bidan/perawat terlatih di polindes,
puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin dan rumah sakit
pemerintah/swasta.
8. PELAYANAN KESEHATAN BAYI

Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :


 1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan.

 2. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 bulan.

 3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan.

 4. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan.


9. PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA

Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang


meliputi :
1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang
tercatat dalam Buku KIA/KMS.
2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal
2 kali dalam setahun.
3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
5. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan
pendekatan MTBS.
10. PELAYANAN KB BERKWALITAS

Pelayanan KB bertujuan untuk menunda (merencanakan) kehamilan. Bagi


Pasangan Usia Subur yang ingin menjarangkan dan/atau menghentikan
kehamilan, dapat menggunakan metode kontrasepsi yang meliputi :
• KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi, coitus
interuptus).
• Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).
• Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi dan tubektomi).
C. INDIKATOR PEMANTAUAN

1. Akses Pelayanan Antenatal (Cakupan K1)


2. Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (Cakupan K4)
3. Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Pn)
4. Cakupan pelayanan Nifas oleh tenaga kesehatan (KF3)
5. Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN1)
6. Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0-28 hari (KN lengkap)
7. Deteksi faktor resiko dan komplikasi oleh masyarakat
8. Cakupan penanganan komplikasi obstetri (PK)
9. Cakupan penanganan komplikasi neonatus
10. Cakupan pelayanan kesehatan bayi 29 hari-12 bulan (kunjungan bayi)
11. Cakupan pelayanan anak balita (12-59 bulan)
12. Cakupan pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan
MTBS
13. Cakupan peserta KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate)
BAB III PEMBAHASAN
 Hasil Penyeliaan PKD
 Pelayanan imunisasi
 Dalam penyeliaan pelayanan imunisasi yang telah dilakukan di PKD
ngemplak mranggen demak telah sesuai dengan harapan dan telah mencapai
nilai yang diharapkan, kekurangan yang masih didapatkan yaitu diruangan PKD
belum terpasang poster imunisasi yang tertempel, kartu TT hanya ditulis
dikertas kecil.
 Pelayanan ISPA
 Dalam penyeliaan pelayanan ISPA dalam penilaian peralatan belum ada
penekan lidah dengan wadah antiseptik, tidak ada kloramfenikol injeksi dan
ampisilin injeksi dalam peralatan obat dan bahan, dalam prosedur klinis ISPA
untuk mengukur suhu badan dilakukan hanya menggunakan sentuhan tangan
pada kepala tanpa menggunakan termometer, menghitung nafas dalam satu
menit tidak dilakukan, tidak ada bagan tatalaksana kasus ISPA / bagan MTBS,
belum ada poster, leaflet dan lembar balik ISPA untuk kader diruangan, tidak
ada pencatatan kasus rujukan ISPA.
LANJUTAN . .
 Pelayanan DIARE
 Dalam penyeliaan pelayanan diare tidak ada tetrasiklin kapsul 250 ml ,
cairan RL/NaCl, wing nnedle n0 26 G, infus set ped, tidak dilakukan pengukuran
suhu badan sesuai SOP, tidak menanyakan apakah anak memuntahkan
semuanya yang telah dimakan, tidak ada kartu / status anak dan formulir MTBS
diruangan.
 Pelayanan Antenatal / postnatal dan anak
 Dalam penyeliaan pelayanan yang dilakukan belum ada tensimetr air
raksa yang berfungsi dengan baik, manset dewasa dan manset anak, tidak ada
korentang dan tempatnya, spatel lidah, IUD kit, implan kit, gelas, sendok, dan
teko tempat air matang yang bersih yang digunakan dipojok oralit, tidak ada
timer ISPA / arloji dengan jarum detik, tidak ada implan, kondom, tablet
klorokuin, tablet primakuin, table sulfadoksin pirimetamin, tablet kina, penisilin
prokain injeksi, ampisilin injeksi, kinin injeksi, fenobarbital injeksi, tablet nistatin
gentian violet 1%, tablet pirantel pamoat, oralit 200 cc, wing needle no. 26 G,
Infus set ped dan cairan RL, dexstrose 5%, NaCl, povidone iodine.
LANJUTAN..
 Pelayanan KB
 Dalam penyeliaan pelayanan KB bidan tidak memberikan konseling
dengan menggunakan ABPK – Ber KB, tidak tersedia buku pedoman pelayanan
kontrasepsi, tidak ada catatan bagi klien KB yang dirujuk.
 Program Kemitraan Dukun
 Dalam penyeliaan program pemitraan dukun, belum ada intensif bagi
dukun yang mengirim bumil ke bidan.
 Penyuluhan
 Dalam penyeliaan program penyuluhan belum ada sarana penyuluhan
berupa poster KB yang ditempe.
 Pelayanan Kesehatan Bayi dan Anak Balita
 Dalam penyeliaan program pelayanan Ksehatan Bayi dan Anak balita
demam bidan tidak menentukan daerah resiko malaria, tidak memeriksa
apakah ada kaku kuduk. Dalam penyeliaan gizi buruk dan anemia bidan tidak
menentukan klasifikasi gizi buruk dan anemia.

Anda mungkin juga menyukai