Anda di halaman 1dari 42

PATOFISIOLOGI

NYERI / analgetik

DEMAM / antipiretik
 Sesungguhnya nyeri adalah anugerah yg
besar dari maha pencipta (Allah SWT)
 “Pain is alarm protection tell us that
something wrong in our body”.
 Sulit dibayangkan seandainya tubuh kita
tidak dilengkapi dengan “reseptor
nyeri”(nociceptor), sehingga kita tidak
pernah menyadari kalau tubuh kita telah
terancam kerusakan
• NYERI adalah gejala penyakit atau isyarat
bahaya tentang terjadinya gangguan di
jaringan seperti radang, infeksi atau
kejang otot .
• Pada keadaan sakit, tubuh merasakan nyeri.
Nyeri merupakan mekanisme pertahanan
tubuh sehingga individu memindahkan
stimulus nyeri
 MEKANIK
 SUHU
 KIMIWI

• Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan


mekanis, kimiawi, atau fisis (panas dan
listrik) dapat menyebabkan kerusakan
jaringan
• Sel-sel jaringan yang rusak akan melepaskan
mediator nyeri.

• Mediator nyeri  ransangan pada reseptor


nyeri yang terdapat di ujung-ujung saraf perifer

• Ransangan nyeri  ke pusat nyeri di otak besar.


HISTAMIN
PEMBEBASAN

SEROTONIN
KERUSAKAN
JARINGAN

1. LEOKOTRIEN

PEMBENTUKAN 2. BRADIKININ

3. PROSTAGLANDIN
PROSES TERJADINYA
1.PELEPASAN NYERI

SEL RUSAK

HISTAMIN SEROTONIN
MEDIATOR NYERI

NYERI RANSANGAN NYERI


PERTAMA

reseptor nyeri yang


terdapat di ujung-ujung
saraf perifer

pusat nyeri di otak besar.


SEL RUSAK

2.PEMBENTUKAN

PROSTAGLANDIN

NYERI LAMA

Meningkatkan sensifitas
reseptor nyeri

pusat nyeri di otak besar.


Meningkatkan kepekaan ujung saraf sensoris bagi
ransangan nyeri  Nyeri lama
vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas kapiler
yang mengakibatkan radang dan udema.
 mediator demam
MEKANISME PEMBENTUKAN PROSTAGLANDIN

Fospolipid
(Membran sel)

Fospolipase

Asam arakhidonat

Siklooksigenase (cox)

Enderoperoksida

COX-1 COX-2

Tromboxan Prostasiklin
Prostaglandin
Menghambat sintesis prostaglandin
dengan analgetik non narkotik

Menghambat penyaluran ransangan di


saraf sensoris dengan anastetika lokal

Blokade pusat nyeri di Susunan Saraf


Pusat dengan Analgetik Narkotik atau
anastetika umum
Demam ialah regulasi panas pada suatu tingkat suhu
yang lebih tinggi
Fungsi pengaturan suhu tubuh yaitu untuk memelihara
suhu pusat (suhu dalam bagian tubuh dan kepala) tetap
pada nilai rata-rata 37°C. Nilai ini dicatat oleh reseptor
suhu pada hipotalamus dan disampaikan ke pusat
pengaturan panas (termoregulasi) di hipotalamus.
Termoregulasi menerima hantaran ransangan dari
reseptor panas dan reseptor dingin di kulit.

Pada keadaan beban panas maka panas akan diturunkan


melalui pembentukan keringat dan peningkatan aliran
darah ke kulit. Sedangkan pada keadaan beban dingin
dilakukan peningkatan produksi panas dan menekan
pengeluaran panas melalui vasokontriksi perifer.(tapi juga
produksi panas ditingkatkan)
Demam merupakan gejala yang menyertai
hampir semua infeksi. Bakteri atau virus
penyebab infeksi menghasilkan pirogen yang
meransang tubuh untuk menghasilkan pirogen
tubuh sendiri. Pembentukan pirogen ini akan
menyebab-kan terjadinya sintesis Prostaglandin
di hipotalamus yang berfungsi menaikkan nilai
ambang suhu pusat menjadi lebih
tinggi, sedangkan suhu 37°C dianggap sebagai
suhu pada keadaan dingin. Kondisi ini
menyebakan terjadinya vasokontriksi pada
pembuluh perifer serta rasa dingin yang
menyebabkan gemetar.
Pada penurunan demam
(kembali ke nilai normal) suhu
pusat dirasakan terlalu tinggi
sehingga terjadi pengeluaran
keringat dan vasodilatasi perifer
serta rasa panas. Kondisi ini
menandai penurunan demam
PIROGEN
BAKTERI / VIRUS

BAKTERI / VIRUS
PIROGEN
TUBUH

PROSTAGLANDIN

suhu 37°C dianggap sebagai suhu pada


keadaan dingin. Kondisi ini menyebakan
terjadinya VASOKONTRIKSI pada pembuluh
perifer serta rasa dingin yang menyebabkan
gemetar. 39oC

37oC

THERMOREGULATOR

Pada penurunan demam (kembali ke nilai normal) suhu pusat dirasakan terlalu tinggi
sehingga terjadi pengeluaran keringat dan VASODILATASI perifer serta rasa panas.
Kondisi ini menandai penurunan demam.
ANALGETIKA

ANALGETIK NON
NARKOTIK
(PERIFER)

ANALGETIK
NARKOTIK
ANALGETIKA adalah senyawa yang dalam dosis terapeutiknya meringankan
atau menekan rasa nyeri . Berdasarkan potensi kerja, mekanisme kerja dan
efek samping analgetika dibedakan dalam dua kelompok.

•ANALGETIKA yang berkhasiat kuat, bekerja pada pusat (kelompok opiat )


atau dikenal analgetika narkotik
•ANALGETIKA yang berkhasiat lemah sampai sedang, bekerja terutama pada
perifer dengan sifat antipiretika dan kebanyakan juga mempunyai sifat
antiinflamasi dan antireumatik atau dikenal analgetik non narlotik
Obat-obat golongan analgetik perifer
memiliki struktur kimia yang berbeda, tetapi
menghasilkan efek farmakologi yang sama.

Disamping kerja analgetik, obat-obat ini


juga menunjukkan kerja sebagai Antipiretik
dan Antiinflamasi.

Prototipe obat golongan ini adalah aspirin,


karena itu disebut juga obat mirip aspirin
(aspirin-like drugs).
MEKANISME KERJA
Parasetamol bekerja pada lingkungan rendah kadar peroksid
seperti di hipotalamus, tetapi di lokasi infeksi dimana kadar
peroksid yang dihasilkan leukosit sangat tinggi menyebab-kan
parasetamol tidak bekerja efektif. Hal ini menjelaskan kenapa
efek anti inflamasi parasetamol tidak ada.

Dosis tunggal Aspirin 40 mg perhari telah cukup untuk


menghambat sintesis siklooksigenase karena trombosit
sebagai penghasil enzim tidak mampu melakukanregenerasi
enzim

Penghambatan sintesis prostaglandin juga dapat berakibat


kerusakan pada mukosa lambung.
•Tukak Peptik, yang disebabkan oleh :
•obat yang bersifat asam mengiritasi dinding
lambung sehingga terjadi difusi kembali asam
lambung ke mukosa lambung.
•Obat ini bekerja menghambat sintesis
Prostaglandin yang berfungsi menghambat
sekresi asam lambung dan meransang sekresi
mukosa
•Anemia yang disebabkan oleh pendarahan pada
lambung
•telinga mendenging, kemampuan mendengar
berkurang
Farmakokinetik
Pada pemberian oral absorbsi terjadi di lambung
dalam bentuk utuh dan sebagian besar di usus halus
bagian atas
Absorbsi pada pemberian rectal lebih lambat dan
tidak sempurna
Absorbsi cepat melalui kulit bila diberikan sebagai
obat gosok atau salep.
Puncak kadar plasma dicapai setelah 2 jam
Kira-kira 80-90% terikat pada albumin
Dapat menembus sawar darah otak dan sawar uri
Ekskresi terutama melalui ginjal
Sediaan dan Dosis : Tablet 100 mg
untuk anak-anak dan 500 mg untuk
dewasa
Dewasa 325 mg – 650 mg tiap 3-
4 jam
Anak-anak 15 mg – 20 mg /
KgBB tiap 4-6 jam
Contoh :
ASPIRIN®, ASPILET®, NASPRO®
oFarmakokinetik

oEfek analgetik dan antipiretiknya lebih


lemah disbanding aspirin, karena mengalami
FPE di usus halus.

oMudah diabsorbsi di usus halus

oMeningkatkan efek dan toksisitas Na


Salisilat dan Asetaminofen karena
menghambat metabolisme Na Salisilat dan
Asetaminofen.
Sediaan dan Dosis : Dewasa : 300-
600 mg 3-4 kali sehari
Anak-anak : 65 mg/KgBB
perhari dibagi dalam 6 kali
pemberian
Contoh : NEOZEP®, REFAGAN®
Senyawa obat ini berupa cairan
dengan abu khas yang diperoleh dari
daun dan akar tumbuhan Akar wangi.
Terdapat juga dalam bentuk sintetis.
Sediaannya berbentuk obat gosok atau
krim untuk nyeri otot dan sendi.
 Contoh : RHEUMASON
BALSAM®, LAFALOS CREAM®, STOP-
X CREAM®
 Farmakodinamik
Memiliki efek analgetik dan antipiretik yang sama
dengan salisilat, tetapi efek anti inflamasinya lemah.
 Tidak memperlihatkan efek iritasi mukosa lambung

 Farmakokinetik
 Cepat diabsorbsi di saluran cerna
 Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu ½ jam
 Mengalami metabolisme di hati
 Ekskresi melalui ginjal
I. Efek samping
I. Pada penggunaan 3-4 gram sehari
dapat terjadi kerusakan hati
II. Interaksi obat
I. Dapat meningkatkan efek anti
koagulansia pada dosis tinggi
III.Sediaan & Dosis :
I. Tablet 500 mg dan 650 mg
II. Drops 80 mg/ml ; Syrup 120 mg/
5 ml, Syrup 250 mg / 5 ml, Supp
80mg. 160mg, 240mg
•Dosis :
• Dewasa : 2-3 kali 500mg-1 gr sehari,
•Anak-anak : 4 – 6 kali 10 mg / KgBB
sehari
•Contoh :
BODREX®, PANADOL®,TEMPRA®,PROPY
RETIC®
Dipiron larut baik dalam air dan dapat diberikan
dalam bentuk injeksi.
Obat golongan ini digunakan sebagai analgetik dan
antipyretic sedangkan anti inflamasinya lemah.
Efek samping: Dapat menyebakan kelainan sel
darah.
Sediaan dan dosis : Tablet 500 mg dan injeksi 500
mg/ml
Dosis 300 – 1000 mg perhari diberikan 3 kali
sehari
 Contoh : DOLO
NEUROBION®, NOVALGIN®,ANALSIK®, DANALGI

•Farmakodinamik
•Obat ini lebih ditujukan sebagai
analgetik, karena efek anti inflamasinya
tidak sebaik aspirin.
•Farmakokinetik
•Terikat sangat kuat pada protein plasma
sehingga dapat menggeser ikatan protein
plasma obat lainnya seperti anti koagulan.
 Efek samping
 Iritasi mukosa lambung
Sediaan dan Dosis : Tablet 250
mg dan 500 mg, dosis 2-3 kali 250-
500 mg sehari
 Contoh : PONSTAN®, MEFINAL®
PARACETAMOL ASETOSAL

ASAM
METAMPIRON
MEFENAMAT

ANALGETIK
NON NARKOTIK
PENGERTIAN

Analgetik
Narkotik adalah
obat yang bekerja
terhadap
reseptor opioid di
SSP, sehingga
respon nyeri
berkurang.
Diindikasikan pada kondisi nyeri
INDIKASI yang sangat kuat seperti nyeri
akibat kecelakaan, nyeri setelah
operasi dan nyeri tumor
Obat golongan ini bekerja pada
reseptor – reseptor nyeri di SSP. Reseptor
ini biasanya diduduki oleh senyawa
endorphin.
Apabila obat ini digunakan secara terus
menerus maka akan menstimulasi
pembentukan reseptor-reseptor baru dan
produksi endorphin dirintangi, akibatnya
terjadilah kebiasaan dan ketagihan
•menurunkan rasa nyeri
•sedasi
•meniadakan rasa takut dan rasa
bermasalah ( efek transkuilaizer )
•menghambat pusat pernapasan
dan batuk (antitusiv)
•anti emetik (anti mual)
•ketergantungan
memperlambat pengosongan
lambung
mengurangi motilitas saluran
cerna
meningkatkan tonus/ketegangan
otot saluran kemih
 menekan pernapasan
 hipotensi
 obstipasi
berlimpahnya kandungan urine
karena tidak dirasakan akibat
kerja analgetik
 ketergantungan
•bagi pasien yang sesak napas
•dapat melintasi plasenta, dan
disarankan tidak digunakan dalam
waktu lama karena dapat menekan
pernapasan janin serta memperlama
waktu persalinan
•hanya sedikit terdapat pada
ASI, sehingga boleh digunakan ibu
menyusui.
 Fentanil
 Morfin
 Pethidine
 Tramadol
 Kodein

Anda mungkin juga menyukai